Bab 7

     Semalam setelah selesai acara, Al langsung menemui Naila yang sedang membantu pekerja lain nya membereskan sisa acara itu dan menarik nya hingga ke dalam kamar.

      Rasa cemburu membutakan akal sehat Al. Segala tudingan untuk diri Naila, ia ucapkan. Hingga ia merasa sampai di puncak kecemburuan, ia melepaskan emosi nya dengan cara menyetubuhi Naila dengan sedikit kasar.

Isakan tangis Naila, tak mampu membuat amarah Al mereda. Setelah pelepasan, Al menyadari perbuatan brutal nya terhadap Naila. Lagi dan lagi ego nya mengalahkan rasa simpati nya. Biasa nya jika Naila menangis, ia paling tidak bisa membiarkan air mata tangisan itu terus-terusan keluar. Tetapi beda saat ini, air mata itu hanya di anggap sandiwara nya saja agar di kasihani.

    Semalaman, Naila tidak bisa memejamkan mata nya. Bayang-bayangan Al, terus menari di kepala nya. Dengan beringas dan wajah nya yang terlihat garang itu semakin meyakinkan Naila untuk membiarkan nya beristri lagi. Entah apa yang akan di lakukan oleh Naila setelah nya. Seperti nya perkataan pria itu mampu menyehatkan akal dan pikiran Naila.

Hingga adzan subuh berkumandang ia tak dapat tidur, hanya memejam kan saja itu pun masih di paksa. Ia pun gegas untuk segera mandi bersih kemudian mengambil air wudhu. Setelah selesai menunaikan kewajiban umat muslim, Naila turun ke bawah untuk membuat sarapan bersama pekerja lain nya.

    Al meraba-raba tempat tidur nya, di buka kedua mata nya saat tak menyentuh sedikit pun kulit Naila. Ia terkejut, Naila tak ada di sisi nya. Lalu ia keluar kamar dengan tergesa-gesa tanpa mencuci muka terlebih dahulu. Saat di ujung anak tangga, ia mendengar suara berisik dari arah dapur.

"Wooiii,,, pada budek apa ngak ada yang menyahut." Dengan angkuh nya Monalisa berucap seakan-akan diri nya lah yang paling berkuasa.

"Iya non, ada apa.." Ucap bik Cia sedikit membungkukan badan nya.

   "Bukan kamu, tapi pembantu baru." Tunjuk nya dengan muka yang judes nya sembari melipat kedua tangan nya di depan dada nya.

"Di sini ngak ada pembantu baru, non." Dengan malas bik Cia meladeni Monalisa.

     "Upppssss sori.. Aku pikir dia pembantu baru di sini." Sindir Monalisa dengan lirikan mengejek.

Al yang mendengar, merasa kesal dengan sikap Monalisa.

"Siapa yang kamu maksud pembantu baru di sini? Jangan pernah kamu melewati batas mu di sini." Al menatap tajam Monalisa

    "Eemmmhhh,, aku pikir—"

"Sudah lah, mending kamu pergi dari sini." Al langsung memotong ucapan Monalisa, "kalo perlu kembali ke asalmu lagi." Sambung nya dengan mengangkat tangan ke udara sebagai isyarat pergi menjauh.

     Monalisa bedecak kesal, ia pun pergi meninggalkan tempat itu dengan menghentak-hentakan kaki nya.

"Silahkan di makan, sarapan nya sudah siap." Kata Naila sembari menata piring kosong.

  Tak banyak kata-kata yang di keluarkan Naila seperti biasa nya. Tak lupa ia mengambil sarapan untuk diri nya sendiri, lalu ia membawa ke taman belakang.

Al menyadari sikap Naila yang menjauh dari nya. Ia yang masih merasa kesal dengan Naila, membiarkan saja Naila sarapan di taman belakang.

     ~~

Setelah di usir oleh Al, Monalisa pergi menuju kamar Rossa. Di ketuk-ketuk nya pintu kamar Rossa dengan sedikit nyaring hingga membangunkan sang pemilik kamar tersebut.

    Klek,,

"Ada apa sih pagi-pagi begini datang, ganggu mimpi indah ku saja." Roosa menggerutu sebal.

   'Ck, untung saja calon mertua. Tunggu saja entar kalo aku sudah nikah, ngak bakal bisa seenak nya marai aku.' Gumam Monalisa dalam hati.

    "Ayo kita masuk, bicara di dalam saja." Monalisa sedikit mendorong tubuh Rossa hingga mereka berdua sudah berada di tengah kamar. Monalisa langsung mendaratkan tubuh nya di atas tempat tidur Rossa.

'Apa-apaan ini anak, asal rebahkan tubuh nya. Yang ada bisa gatalan diriku.'

     Rossa menatap jengah tingkah Monalisa. Bagaimana tidak, bukan hanya merebahkan tubuh nya saja, Monalisa pun bangun dari tempat tidur lalu berjalan ke meja rias Rossa. Mata nya melotot nyaris terbuka lebar dengan sempurna saat melihat beberapa set perhiasan yang selama ini ia impikan.

    "Eits,, apa-apaan kamu berani mencoba nya." Hardik Rossa saat melihat Monalisa memakai cincin nya.

"Cuman nyobain aja kok, ngak di ambil." Tukas nya

      "Tidak bisa, nanti jari saya bisa gatal-gatal karena alergi." Berucap dengan sombong nya.

"Aku bukan Naila, mah." Ujar nya pelan dengan lirih

   Drama segera di mulai oleh Monalisa, mata nya berkaca-kaca membuat Rossa menjadi bersalah. Rossa takut jika Monalisa mengambek lalu membatalkan untuk menikah dengan Al. Ia tak ingin malu akan hal itu. Apa lagi diri nya telah mengumumkan di media sosial tentang pertunangan Al dan Monalisa, dan akan segera di selenggarakan pernikahan secepat nya.

"Maaf sayang..! Mamah tak sengaja" ucap nya lembut. "Ya sudah kamu boleh meminjam nya. Ingat ya, hanya minjam bukan di ambil." Lanjut Rossa dengan penekenan yang langsung di angguki Monalisa. Senyuman mengembang dari sudut bibir nya.

    "Aahhh nyaman sekali kalo seperti ini terus. Aku harus bisa secepat nya menikah dengan Al."

Kata Monalisa yang tentu saja dari dalam hati dengan girang.

     "Terimakasih, mah" kata nya sembari memeluk Rossa

Rossa membalas sebentar pelukan itu, kemudian perlahan di lepasnya.

    "Ada apa pagi-pagi begini kamu ke kamar mamah?" Tanya Rossa yang sedikit penasaran.

"Emmm..... Gara-gara perempuan itu aku jadi nya di usir dengan Al, mah." Adu nya dengan wajah bersedih

   "Maksud kamu, Al berani mengusir kamu karena membela wanita tak tau diri itu, heum!" Pekik Rossa. Yang mendapatkan anggukan kecil.

"Kurang ajar sekali wanita itu." Rahang nya terlihat mengeras dan juga tangan yang mengepal.

"Bahkan, Al menyuruhku untuk pergi dari rumah ini." Isak tangis nya pun pecah, Rossa semakin tak tahan dengan Naila yang ada di rumah itu.

Ia mempercepat langkah nya keluar dari kamar, lalu menuruni anak tangga. Kemudian ia kembali berteriak-teriak seperti orang kesetanan.

"Nailaaaaa.....Sini kamu wanita lajang" pekik Rossa saat berada di lantai bawah sembari berkacak pinggang.

Sementara Naila yang asik menyiram bunga setelah selesai sarapan terkejut saat mendengar suara teriakan sang mertua nya.

Dengan cepat ia mematikan keran air, kemudian pergi ke tempat Rossa berada.

"Ada apa mah,?" tanya Naila sopan.

Rossa menatap tajam pada Naila, kemudian ia mendekat lalu menarik rambut Naila, dengan kasar.

"Sakit, mah..!" Rintih nya

"Sakit kamu bilang,! Ini karena kamu sudah berani menghasut Al untuk mengusir Monalisa dari sini." Sarkas nya

Monalisa yang melihat nya dari lantai atas hanya tersenyum senang karena Rossa sudah mewakilkan diri nya untuk menyakiti Naila.

Terpopuler

Comments

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

minjam tapi gak balik lagi /Tongue/

2024-11-26

1

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

🐠🐠 untukmu thor 💪💪

2024-07-27

0

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

huuuhhh,dasar tukang ngadu,dah kaya bocil

2024-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!