Di sebuah restoran, Naila dan Al sedang menikmati makan siang. Tak ada suara yang terdengar hanya dentingan sendok dan garpu yang sesekali terdengar.
Setelah makan siang, Al mengajak Naila ke sebuah taman bunga. Di sana banyak berbagai jenis bunga-bunga.
Naila sangat antusias. Ingin cepat-cepat masuk ke dalam taman bunga itu. Mata nya berbinar-binar tak kalah melihat sepucung bunga indah. Aroma nya sangat harum dan juga tenang.
"Kamu suka tempat ini?" Al merangkul pundak Naila.
Dengan cepat Naila mengangguk. "Aku ingin di rumah baru nanti di tanami seperti ini." Ujar nya pelan
"Apa kamu yakin ingin pisah rumah? Kenapa tidak mencoba bertahan saja, Nai"
Naila melepas tangan Al, yang masih merangkul nya. Ia berjalan sedikit menjauh dari tempat itu yang sekira nya aman dari telinga orang-orang.
"Sudah cukup aku mengalah selama ini, Mas. Apa tunggu sampai istri baru mu hamil setelah itu kamu membiarkan aku pergi dari rumah itu, Mas?"
Naila sedikit menaikan volume suara nya. Al tau jika istri pertama nya kesal.
"Terus kenapa kamu pindah ke kamar tamu kalo memang ingin keluar dari rumah itu ?" Al masih menganggap kalo istri nya itu hanya becanda saja karena tak ingin terus bertemu dengan madu nya.
Tetapi pertanyaan Al, membuat Naila tersinggung. Hati terasa perih. Suami yang di kira akan membela dan membujuk nya baik-baik itu justru ingin kan diri nya pergi dari rumah itu.
"Setelah ini aku akan pergi, mas. Kamu tenang saja, aku tidak akan minta bantuan kamu." Tutur nya dengan sedih
"Bukan maksud aku untuk mengusir kamu sayang. Aku hanya ingin kamu berada di rumah itu sampai aku pulang dari eropa." Kata Al dengan lembut
"Tidak.! Keputusan ku sudah bulat, mas. Aku akan keluar dari situ setelah ini. Aku juga sudah dapat tempat tinggal yang nyaman buat aku." Naila berkata dengan tegas.
Nampak, Al menghela nafas. Bukan itu yang ia mau. Al hanya ingin Naila, tetap berada di rumah itu bersama diri nya sampai kapan pun itu.
"Aku mohon, Nai." Al menangkupkan kedua tangan nya di depan dada nya.
"Tetap bertahan lah di rumah itu. Aku janji setelah Monalisa hamil dan melahirkan, aku akan menceraikan dia. Dan kita akan bahagia karena memiliki anak. Meski itu bukan anak kandung mu, tapi dia anak ku dan pasti tetap jadi anak kamu juga."
Entah setan apa yang merasuki nya, hingga mampu berkata seperti itu.
"Biar lah aku yang mengalah, mas. Sudah sering aku mengalah dengan mamah kamu demi membuat nya senang. Sekarang kamu ikuti saja kemauan mamah mu. Bukan kah aku sudah merelakan kamu menikah lagi, mas? Lalu untuk apa lagi kamu menceraikan istri baru mu, nyata nya dia bilang bisa memberikan kamu anak."
Dada Naila, terasa sesak. Ia menahan air mata nya agar tidak terjatuh. Tanpa Naila duga, Al memeluk erat tubuh nya.
"Jangan pergi." Al menangis di pundak Naila.
Hingga sedikit merasa tenang, Al melepas pelukan nya.
"Jika kamu tetap ingin pindah dari rumah itu, biar aku yang mengantar mu. Tapi, izin kan aku untuk bisa tinggal juga di rumah baru itu."
Naila terkekeh, "kenapa takut, mas? Kamu itu masih berstatus suami ku. Jadi kamu kapan pun boleh datang." Kemudian di hapus air mata sang suami denga dua ibu jari nya.
"Ayo kita pulang. Sudah sore, aku takut istri kamu nyariin."
Sepanjang perjalanan, Naila tidak bersuara sama sekali. Ia menikmati indah nya suasana kota di sore hari.
Sesampai nya di rumah, benar saja sudah ada sepasang manusia wanita yang menunggu. Siapa lagi jika bukan Monalisa adik madu nya dan juga Rossa sang mertua.
"Bagus kamu yaaa....! Harus nya kamu itu sadar diri. Al, itu baru saja nikah. Jangan di ganggu dong dengan istri baru nya. Percuma kamu tidur sama Al, tetap juga ngak bisa kasi anak. Jadi biarkan Al dengan Monalisa tidur sama-sama, lebih sering lebih bagus cepat hamil." Kata Rossa yang penuh sindirian terhadap Naila.
"Aku akan pergi dari rumah ini, jadi mereka bisa sepuas nya bergelut di atas ranjang. Aku doa kan semoga Monalisa, beneran mengandung anak nya Al." Tukas Naila kemudian berlalu sebelum ia mendengar celotehan tak jelas dari Rossa dan juga Monalisa.
Di kamar, Naila langsung mengambil koper nya. Di seret nya koper itu menuju ruang tamu berhenti tepat di depan Al, Monalisa dan juga Rossa.
"Baik nya kamu di sini saja, Mas. Biar aku pergi di antar supir." Kata Naila dengan tenang.
"Sadar diri juga rupa nya kamu. Bagus lah kalo pergi dari sini. Jadi ngak bakal ada penghalang untuk Al dengan Monalisa." Sewot Rossa
"Halah,, paling setelah di ceraikan Al, jadi gembel di luar sana." Monalisa berkata dengan angkuh
"Aku tunggu kabar perceraian nya yaaa.!" Ledek Monalisa yang menutup mulur nya dengan telapak tangan nya namun masih terlihat tersenyum meski di tutup.
"Jika aku bercerai, kamu pun akan bercerai juga. Kita lihat saja nanti rahasia apa yang terbongkar." Pungkas Naila yang membuat Monalisa terdiam.
Senyuman yang sempat terukir di wajah Monalisa mendadak hilang. Rossa mengerutkan kedua kening nya mendengar perkataan Naila.
"Rahasia apa yang kamu maksud.?" tanya Rossa penasaran
"Bukan rahasia nama nya kalo di beri tau sekarang. Biarlah menjadi kejutan untuk kalian."
"Mas, aku pamit dulu. Jika kamu ingin berkunjung datang saja. Pintu rumah terbuka lebar untuk mu."
Naila pun keluar meninggalkan rumah itu. Benar-benar diri nya membuktikan ucapan nya tidak akan mengeluarkan air mata nya lagi di depan orang yang menyakiti nya.
***
Sesampai nya di rumah baru, tepat nya apartement milik Vian, Naila langsung membersih tubuh nya.
Selesai membersihkan tubuh nya, ia memesan makanan. Tak lupa ia mengabari sang kakak jika sudah berada di apartement nya.
Vian sengaja menyuruh Naila untuk tinggal di apartement nya sampai waktu nya tiba nanti. Vian juga meminta Naila, untuk tidak memberi tau suami nya jika sudah menemukan sodara yang sudah terpisah lama. Sebagai seorang adik, Naila hanya menurut saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
/Coffee/ aku haus thor, minum dulu yuuk
2024-12-25
0
Utayiresna🌷
kamu cocoknya jadi apa ya.. oh aku panggil bunga bangkai atau bunglon
2024-07-17
0
Kak Dsh 14
Udh nai memding ma al ghozali aja
2024-07-11
0