Setelah di rasa cukup aman, Vian melepaskan tangan nya yang mencekal kuat lengan Naila. Bukan niat untuk menyakiti, melainkan untuk meyakin kan pada Naila, bahwa diri adalah adik yang hilang selama puluhan tahun lama nya.
"Lepasin..! Kalo ngak mau lepasin, aku bakal teriaki kamu mau maling di sini." Ancam nya.
Vian hanya terkekeh, "Coba saja" tantang Vian.
"Toloo—"
Mulut Naila langsung di tutup oleh Vian. Telapak tangan yang besar itu tak hanya menutup mulut nya, tetapi juga hidung nya. Sehingga, Naila kesulitan untuk bernafas. Dengan kuat Naila melepas kan tangan kekar itu.
"Ha hah haaa haaaa..." nafas Naila ngos-ngosan karena sulit bernafas tadi.
"Gila ya, mau bunuh aku apa kamu yak." Gerutu nya kesal
"Berikan aku waktu untuk berbicara pada mu sebentar." Pinta Vian
"Sori, aku ngak ada waktu buat dengerin omongan kosong mu."
"Kapan kamu ada waktu buat dengarin omong kosong ku? Apa susah nya sih untuk mendengarkan? Setelah itu kamu pikir lagi ucapan ku dengan isi memori kepalamu tentang masa kejam itu." Vian merasa kesal dengan Naila yang keras kepala menurut nya.
Naila, tak memperdulikan Vian yang berusaha menahan nya. Ia tetap pergi hingga langkah nya terhenti—
"Jika kamu masih sayang dengan adik-adik dan juga ibu panti serta rumah panti itu, berhenti lah dan kemarilah. Dengar kan dulu penjelasan ku." Vian memohon dengan sedikit ancaman.
***
Di dalam ruangan yang di penuhi riasan lampu yang juga dekorasi nan megah itu, terdapat sepasang manusia yang baru saja resmi menjadi kekasih yang halal. Ia masih berada di atas panggung yang berbeda untuk menyambut para tamu. Mereka masih berada di panggung sebelah tempat ia mengatakan Ijab kabul tadi.
Pasangan yang terlihat sangat serasi. Siapa pun yang melihat nya akan merasa iri. Mereka pun di minta untuk kembali ke atas pelaminan tempat menyambut para tamu.
***
"Dengarkan aku dulu. Jika kamu masih ragu aku ini kakak mu, tatap lah mataku. Lihat mata ku ini yang sama seperti mu." Ujar Vian meyakinkan.
Naila pun menatap kedua mata orang di hadapan nya itu. Dan benar saja mata itu sama. Pelupuk nya mulai mengembun di penuhi cairan bening.
Tes
Tes
Tes
Jatuh sudah cairan bening itu. Naila pun menghambur pelukan pada pria di hadapan nya. Pria yang berhasil menemukan nya setelah berpuluh-puluh tahun lama nya terpisah.
Vian membalas pelukan Hilda adik nya. Di kecup nya kening sang adik sembari mengusap lembut kepala nya.
Tetapi ada sepasang mata yang telah berani mengambil foto momen pelukan dan kecupan tadi kemudian pergi tanpa ada tau.
"Apa kamu masih tak percaya bahwa aku ini kakak mu. Kakak yang selalu menemi mu bermain masak-masakan." Vian sengaja membuka kembali kenangan kecil mereka agar adik nya itu percaya.
"Terus kenapa nama ku kamu sebut Hilda, tadi?" Naila bertanya dengan polos nya. Ia masih harus berinteraksi lebih dengan sang kakak agar tidak kaku saat berdekatan maupun berbica sambil menatap.
"Cerita nya panjang. Mungkin kamu bisa bertanya pada ibu panti mu bagaimana bisa kamu berada di panti itu dulu nya."
"Kata beliau, aku di temukan di pinggir jalanan di dekat hutan-hutan dengan keadaan terbaring lemah. Di penuhi luka dan koreng di tubuh saat ia ingin mencari sayuran."
Naila tak mengingat lagi kejadian beberapa tahun lalu. Di karena kan diri nya saat itu sedang tidur siang. Saat bangun keadaan sudah sangat gelap. Ia terus menangis berteriak-teriak memanggil Stevan ayah nya dan juga Cantika sang bunda selama sepanjang malam. Hingga tubuh nya terasa nya lemas yang membuat nya kembali tidur. Tak ada asupan yang masuk dalam tubuh nya. Saat matahari muncul menyinari seluruh isi bumi, ia terbangun dan berjalan kaki menyusuri jalanan berharap ada yang mau membantu nya keluar dari tempat yang menyeram kan itu. Karena jalanan itu jarang di lewati orang, Hilda (Naila) berhenti di sebuah gubuk tua yang tidak berpenghuni. Entah sudah berapa hari diri nya berada di tempat itu. Seluruh badan nya luka-luka dan juga korengan karena gatal. Beruntung saat itu hujan turun, Bu Siti pun mampir untuk singgah berteduh di gubuk tua itu. Bu Siti tak sengaja melihat nya keadaan meringkuk. Dari sana lah Bu Siti membawa nya pulang ke panti bertemu dengan anak-anak lain nya di panti. Di sana ia di obati dengan obat herbal yang di racik sendiri oleh ibu Siti. Nama Naila di berikan oleh ibu panti nya karena saat itu ia kesusahan untuk berbicara. Butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan di panti. Sehingga ia tumbuh besar kemudian menikah.
***
Malam hari nya, acara pun terus berlangsung. Vian masih terus memantau adik nya dari kejauhan. Ia harus memastikan semua nya aman dan baik-baik saja.
Acara telah selesai. Satu persatu tamu undangan telah pergi meninggalkan acara tersebut.
Kini yang tersisa tinggal lah sepasang pengantin itu dan juga Rossa.
"Selamat ya sayang, kamu sudah menjadi menantu ku." Kata Rossa dengan tersenyum bahagia
"Aku pasti akan menjadi istri yang baik buat mas Al, dan juga menantu yang sempurna. Karena aku akan segera memberikan anak dan cucu untuk kalian." Dengan bangga nya berucap, sembari merangkul lengan Al.
"Ya sudah, kalian langsung saja masuk kamar. Buatkan mamah cucu yang banyak." Rossa menggoda sang anak dan menantu.
Tanpa mereka tau ada seseorang yang mengepalkan telapak tangan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
itu hanya dibibir mu saja kan
2024-12-10
1
Kak Dsh 14
Gak suka ada poligami !!!
2024-07-07
2
Atha Diyuta
2 iklan meluncur smngt ka
2024-06-29
0