BAB 18 SATE KAMBING part 2

" Hah? Ebrar kamu ngapain?" tanya Bunda saat melihat ujung mata pisau Ebrar mengarah ke Aga.

Karena, Bunda panik. Bunda buru-buru mendekati mereka. Ainsley dan Zidan terdiam mematung. Dan Ebrar? jangan tanya tentang dia. Karena, Dia masih mengarahkan ujung pisau itu ke wajah Aga. Aga yang cepat menyadari situasi, langsung membuat senyum palsu di wajahnya.

" Eh bunda, ini tadi Ebrar mau nunjukin kalau pisau Dia lebih tajem. Ternyata emang tajem Bun. Ngeri juga kalau kena orang hehe..." Aga mengambil pisau yang masih dipegang Ebrar. Dan meletakkannya diatas meja. Ebrar hanya mengawasi perbuatan Aga. Sedang Zidan dan Ainsley hanya saling tatap

" Lebih aman kalau ditaruh diatas meja. Yakan Brar? Gue percaya kok Pisau Lo emang tajem." ucap Aga pada Ebrar.

" Hehe.... Iya Tante. Tadi cuma mau nunjukin aja sama Aga. Kita mah nggak ngapa-ngapain, abisnya udah dibilangin kalau pisau Gue lebih tajem nggak percaya"

" Oh yaudah kalau gitu, Bunda kira berantem."

" Nggak mungkin lah Bun kita mah bestie, ya kan Brar?" ucap Aga merangkul Ebrar.

" Yo.i Bro, bestie banget kita." Ebrar membalas rangkulan Aga, dan mengencangkan rangkulannya. Hingga membuat Aga meringis, namun karena ada Bunda Ia tetap tertawa.

" Lagian Bunda ada-ada aja, mana mungkin lah mereka berantem. Lagian udah pada tua juga" ucap Zidan, dan tentunya mendapatkan pelototan dari Aga dan Ebrar.

" Bunda bawa bumbunya kan? Sini Bun bumbu sama tusukannya. Biar Ainsley sama Zidan yang nyelesaiin." ujar Ainsley yang sedari tadi hanya diam menyimak pembicaraan.

" Bunda ke atas dulu kalau gitu." pamit Bunda meninggalkan mereka.

" Lepas rangkulan Lo. Nyaman banget kayaknya," Ebrar menghempaskan tangan Aga dengan kasar.

" Ciiihhh.... Lo kali yang nyaman." balas Aga.

" Kalian bisa diem nggak?" Ainsley memelototi Aga dan Ebrar. Kepala Ainsley rasanya pusing melihat mereka bertengkar sedari tadi.

Mereka pun langsung menunduk dan meraih tusukan sate, lalu menusuk daging satu persatu. Mereka bekerja dalam diam dan damai. Ainsley membagi tugas, Ia dan Zidan akan membakar sate didapur. Sedangkan Aga dan Ebrar menusuk daging.

" Jauh-jauh sono....!!" usir Aga.

" Gue juga amit-amit deket Lo." Ebrar berdiri pindah ke bangku seberang Aga.

" Gue juga." Aga saut Aga tak mau mengalah.

" Lama banget Lo nusuk daging secuil gitu." ucap Ebrar dengan nada yang meremehkan.

" Kenapa Lo sewot? Serah Gue lah."

" Nggak siiih.... Gue cuma jadi mikir, segitu doang tenaga Lo? Nusuk daging secuil aja kek nggak punya tenaga."

" Lo kalau mau ngajak ribut, mending langsung ngomong aja. Nggak usah perkara nusuk sate Lo permasalahin" ucap Aga yang masih sabar meladeni Ebrar.

"Lagian kalau dilihat-lihat, kayaknya tubuh Gue jauh lebih bagus ketimbang tubuh Lo." ujar Aga tersenyum miring.

" Enak aja..Tubuh Gue kali yang lebih bagus. Lagian Gue juga nge-Gym tiap Minggu. Mau adu Lo sama Gue."

" Emang mampu?" Serangan yang tak disangka-sangka. Dua kata yang baru dikeluarkan dari mulut Aga, langsung membuat Ebrar naik pitam. Ebrar pun berdiri dari kursinya.

" Oh Lo nantangin nih?..... Oke ayok, Gue jabanin" ucap Ebrar. Aga pun ikut berdiri menyambut Ebrar.

Alhasil jadilah pertarungan sengit antara mereka. Mereka bergulat saling mengadu kekuatan untuk membuat lawannya terbanting. Alhasil Ebrar lah yang jatuh duluan karena tidak terima. Ebrar pun kembali bangkit dan mendorong Aga.

Aga yang belum siap, keseimbangannya pun oleng dan jatuh ke belakang menghantam kursi. Membuat kursi itu terdorong ke belakang. Aga pun meringis karena punggungnya terkena kursi.

" Kok Lo dorong Gue!!.... Dasar sampah!!. Emang bisanya cuma curang." Aga berdiri, kemudian menonjok Ebrar tepat di pipinya. Membuat Ebrar terhuyung. Ebrar pun meludah.

" Shitt.... Lo....!! Beraninya Lo mukul Gue..."

" Sakit? Iya? Ciiihh.... Cuman segitu doang?"

Ebrar yang tak terima pun langsung meraih kerah Aga dan menariknya, Aga pun membalas. Dan akhirnya mereka pun saling memukul. Suasana ruang makan sangat kacau akibat perkelahian mereka.

" BUG...." Satu pukulan mendarat diperut Aga.

" PAAAK....!!" tendangan Aga melesat mengincar tubuh Ebrar. Namun dengan cepat Ebrar dapat menghindarinya. Aga pun tak putus asa kembali melayangkan pukulan dan berhasil mengenai pipi Ebrar.

" Shit!!... Looooo.....!!" Aga tersenyum karena berhasil mengenai Ebrar. Ebrar pun mendorong Aga, hingga tangannya tak sengaja menyenggol bak yang berisi tusuk sate. Dan tanpa sengaja terjatuh dan membuat kebisingan.

" Ya Allah..... Kalian ngapain.......!!" teriak Bunda saat melihat ruang makan yang begitu kacau. Ainsley yang mendengar kebisingan dan teriakan Bunda langsung menuju ruang makan dan ikut terkejut melihat kekacauan itu. Dan Zidan hanya menganga.

" Kalian ini, sudah tua masih berantem. Pembuat onar!!.... Nggak malu kalian dilihat Zidan?" ucap Bunda dengan nada yang tinggi sambil berkacak pinggang. Ainsley dan Zidan hanya diam. Jika begini Mereka pun juga takut dengan Bunda.

" Maaf Bunda." ujar Aga merunduk.

" Maaf Tante. Lagian Aganya ngajak ribut Tan." saut Ebrar.

" Kapan Gue ngajak ribut?" ucap Aga tak terima

" Masih mau berantem Kalian?" Bunda menatap nyalang pada Mereka berdua. Sekarang, Mereka seperti dua ekor tikus dihadapan kucing yang siap menerkam.

" Nggak Bun, Tan" ucap Aga dan Ebrar bersamaan.

" Sekarang Kalian pergi kepojok sana. Cepatt!!...." Aga dan Ebrar menurut.

" Aga pegang telinga Ebrar dan sebaliknya!... Angkat satu kaki kalian. Dan jongkok berdiri 20 kali setiap mau jongkok dan berdiri kalian harus saling mengucap love you. Cepat!!..." titah Bunda. Aga dan Ebrar pun langsung menurut. Zidan tertawa, pasalnya tiap kali Ia bertengkar dengan Kakaknya. Ia juga mendapatkan hukuman yang sama.

" Ayo cepat jongkok. Dan mulai ucap kata penuh cinta." ucap Bunda dengan senyuman yang sadis. Bunda duduk di kursi sambil memerintah. Aga dan Ebrar mulai jongkok, namun mereka kesusahan. Pasalnya butuh kekompakan untuk bisa jongkok karena posisi Mereka yang saling menjewer satu sama lain.

" Jongkok bangsat!!... Telinga Gue sakit ketarik Lo." ucap Aga, namun dapat lirikan tajam dari Bunda. Ebrar pun ikut jongkok.

" Mana ucapannyaaaaa....??" tanya Bunda.

" Love you..." ujar Aga dengan malas.

" To." balas Ebrar singkat.

" Ebraaaar..... Itu terlalu panjang sayang. Mohon lebih singkat lagiiiiii.... Ulangi!!." ucap Bunda dengan nada yang membuat Ainsley dan Zidan bergidik.

" Love you." Aga kembali berucap.

" Love you to." ucap Ebrar. Dan begitu terus mereka menjalani hukuman. Dengan pengawasan Bunda yang penuh. Sampai sate telah matang dan dihidangkan di atas meja. Ainsley dan Zidan sedang menikmati sate sambil melihat pemandangan Aga dan Ebrar yang sedang tersiksa. Ainsley hanya tersenyum kecut. ' Kasian sekali Mereka. Lagian siapa suruh berantem di depan Bunda. Ya tanggung sendiri konsekuensinya.' batin Ainsley sambil memakan sate.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!