Setelah perjalanan yang lumayan Aga menepikan mobilnya di sebuah rumah makan sederhana namanya " Rumah Makan Mang Enchim" . Tempatnya menyatu dengan rumah penduduk warga. Rumah makan ini tidak terkenal, tapi makanan disini dipastikan rasanya seperti restoran bintang lima.
Restoran ini hanya menyiapkan menu yang sederhana. Seperti, nasi goreng, ayam geprek, mie ayam, nasi soto, ayam bakar. Bahkan, tersedia juga mie level, seblak, batagor, siomay dll. Minumannya cukup simpel, es teh, es jeruk wedang cemue, bir pletok, kelapa bakar dll.
Karena Rumah Makan Mang Enchim ini terletak di tengah perumahan warga. Aga senang makan di sini karena tidak beresiko dikenali orang. Dan Aga sudah mengenal Mang Enchim dengan sangat baik. Saat ini mereka berdua duduk di salah satu meja paling pojok. Cukup banyak orang yang makan disini, suasananya sedikit ramai. Tak lama kemudian Mang Enchim mendatangi meja mereka.
" Mau pesan apa Aga? Lama eih.... Nggak kesini. Ini teh saha'?" tanya Mang Enchim sambil menyerahkan buku menu ke Aga, Lalu melirik Ainsley.
" Biasalah Mang lagi sibuk. Ini Aga lagi kangen sama Mang Enchim, makanya Aku kesini. Ini calon pacar Mang, Kenalin namanya Ainsley. Cantik kan Mang?" ucap Aga. Membuat Ainsley tersenyum kikuk. Tidak tahu mau merespon seperti apa.
" Iiihh.... Ini mah geulis pisan. Kok mau neng sama Aga? Ati-ati anaknya suka makan paku kalau lagi kumat" bisik Mang Enchim ke Ainsley. dengan suara pelan. Namun masih terdengar oleh Aga. Sedang Aga memicing menatap Mang Enchim.
" Iya kah Mang?.... Waaahh.... Ngeri juga ya ternyata...." ucap Ainsley ikut-ikutan seakan sudah mengenal Mang Enchim dari lama. Dalam sekejap mereka bisa akur, seperti layaknya teman. mereka bersatu membuat Aga kesal.
" Iya ngeri, jangan mau sama Aga. Mending pikir-pikir dulu. Takutnya nanti diajak makan paku hahaha..."
" Hahaha..... Ainsley mah nggak mau mang, diajak makan paku. Nggak enak wkwk"
" Emang Aga tukang debus? Kok kamu jadi ikut-ikutan ngeledek sama Mang Enchim?" saut Aga sebagai korban.
" Siapa yang tahu atuh. Mungkin aja, Hidup teh harus selalu waspada. Bener kan Ainsley?..." tanya mamang.
" Bener Mang, Setuju Ainsley." mengindahkan pertanyaan Aga. Membuat Aga semakin kesal. Sedang Ainsley malah ber_tos ria dengan Mang Enchim.
" Jangan cemberut atuh Aga. Nanti Teteh geulis nya kabur, liat Aga begitu"
" Ya Mang Enchim abisnya aneh-aneh. Orang ganteng gini masa disamain sama kang debus..." ucap Aga.
" Terus menurut Aga kang debus jelek gitu? Ih ngawur ya.... Nanti dilaporin sama kang debus, kapok kamu. Ini namanya penghinaan tau. Yakan Teteh Geulis?"
" Iya Mang. Parah sih Aga. Kalau menurut Aku sih harus minta maaf sih.... Kalau perlu kasih pesangon juga hihihi" ucap Ainsley ikut menakut-nakuti Aga.
" Aga nggak maksud gitu yaaa.... Maaf ya kang debus. Kalian ganteng kok. Tapi Aga juga ganteng ya..."
" Bisa ae si Aga.... Iya iya si paling kasep" Aga tertawa mendengar ucapan Mang Enchim.
" Emang Aga ganteng" Ainsley yang mendengar kePDan Aga hanya menggeleng. Karena, Dia tidak bisa mengelaknya. Karena, dilihat dari sudut manapun. Dia memang tampan. Aga mempunyai mata yang sorotnya seperti burung elang, tapi bisa terlihat lucu saat Ia bercanda, Hidungnya yang mancung, Alisnya yang terbentuk tanpa harus ngalis terlebih dulu, Rahangnya yang tegas, serta bibirnya seperti paruh burung, Jangan lupakan badannya atletis karena Aga rajin berolah raga. Dan, Aga juga memiliki tinggi 1,79cm. Membuat Ainsley terlihat imut saat bersebelahan dengan Aga, karena tinggi Ainsley hanya 160cm.
" Nih.... Pesen dulu. Pesen yang banyak. Biar kenyang." ucap Aga menyudahi perbincangan diantara mereka. menyerahkan menu ke Ainsley.
"Aku nasi sama ayam bakar ya mang sama es teh, sama batagor seporsi. Nih... Pesan sendiri" memberikan menu ke Aga.
" Samain aja Mang."
" Oke siap. Mamang siapin dulu. Mamang meninggalkan mereka berdua menuju dapur. Menyerahkan menunya ke sang istri, karena yang memasak makanan adalah istri mang Enchim dibantu anaknya.
...****************...
Suasana yang cukup hening saat menunggu makanan. Tema Rumah Makan Mang Enchim cukup sederhana, meja yang bundar tidak terlalu kecil, dan tidak terlalu besar. Ada bunga Anemone kecil berwarna-warni didalam pot yang cantik. membuat meja ini terlihat nyaman dipandang.
Setiap meja ada bunganya. Namun, setiap meja memiliki bunga yang berbeda-beda. Tak lama kemudian makanan mereka tiba. Diantar oleh anak Mang Enchim, Tara namanya. Gadis berusia 16 tahun.
" Ini pesanannya Bang Aga. Kata Bapak, Bang Aga bawa cewek. Eh ternyata bener. Tumben, biasanya kalau kesini sendiri. Ini spesial ya Bang?" tanya Tara, sambil menyajikan makanan.
" Emang bakso aci spesial...." ucap Aga.
" Hai Kak.... Kenalin Aku Tara, dulu sih cita-citanya pengin jadi istri Bang Aga. Tapi karena Kakaknya lebih cantik dari Tara. Ambil deh Bang Aganya. Lagian sekarang Tara udah nggak nggak mau jadi istrinya Bang Aga. Sekarang Tara maunya nikah sama Oppa Sunjae aja" ucap Tara menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan Ainsley. Tentu saja Ainsley menerimanya dengan senang hati. Perkenalan yang manis, pikir Ainsley.
" Kenapa kok udah nggak ngefans sama Aga?" Aga yang tadinya ingin makan, berhenti melihat Tara yang mau menjawab. Aga juga kepo, ingin mendengar apa yang akan dikatakan Tara. Pasalnya, gadis berusia 16 tahun itu setiap kali Aga kesini pasti dia selalu menempel ke Aga dan menemani Aga makan.
" Hehehe...." menggaruk tengkuk yang tidak gatal, gadis berkepang dua itu kembali berucap, " Soalnya Bang Aga nggak punya dimple. Oppa Sunjae punya."
Aga yang mendengar jawaban itu sontak menganga. Jawaban yang sungguh mengejutkan. Ia pikir Tara akan menjawab bahwa Oppa Sunjae nya itu pintar, pekerja keras, dan positif vibes, serta membuat Tara semangat belajar.
Sungguh, jika itu yang Tara ucapkan maka Aga pasti bangga pada Tara yang Ia anggap sebagai adiknya. Ia pikir Tara sudah dewasa dalam mengungkapkan/menilai sesuatu. Nyatanya Aga harus sadar dengan kenyataan bahwa Taranya masih kecil. Dan agak ngawur.
" Sampai kapan mau jadi istrinya Sunjae?" tanya Aga.
" Nggak tahu. Paling nanti kalau ada Drakor baru, suaminya ganti" ucap Tara mantap menganggukkan kepala dengan gaya bicaranya yang lucu. Ainsley sampai dibuat gemas oleh Tara.
" Emang boleh kayak gitu?"
" Boleh dong Bang Aga, siapa juga sih yang ngelarang. Bang Aga ganggu aja, Tara mau ngomong sama Kakak cantik. Lagian Tara udah bosan ngomong sama Bang Aga. Jadi, bolehkah Tara berbicara pada kakak cantik ini?...." tanya Tara tetap dengan gaya bicara dan ekspresi yang sangat lucu. Aga tentu saja mempersilahkannya.
" Jadi, nama Kakak siapa?" tanya Tara yang belum mengetahui nama Ainsley.
" Ainsley nama kakak Ainsley Zayyana Putri" ucap Ainsley.
" Waaahh... Cantik banget namanya, sama kayak orangnya."
" Oh ya? Tara juga nama yang cantik, sama kayak orangnya. Manis lagi"
" Mana ada manis?...." ucap Aga sambil mengunyah nasi ayam bakarnya.
" Kalau mau ngomong Telen dulu makanannya. Udah ah, Tara pergi dulu Kak Ainsley yang cantik. Tara yang manis pergi dulu.... Daaa.... Aga jelek" Tara berbalik langsung lari menuju dapur. Aga yang sedang sibuk mengunyah itu, langsung mengarahkan sendok nya ke Tara yang sudah tak terlihat.
" Dasar Bocil Kematian.... Awas aja nanti..." ucapnya setelah menelan makanannya.
" Hahaha...... Haha.... Sama anak kecil kok mau diajak berantem." ucap Ainsley tertawa melihat muka Aga yang memerah.
" Lagian ngeselin banget tu anak." ucap Aga. Ainsley hanya menggelengkan kepalanya Lalu makan nasi ayam bakar. Karena, perutnya sudah keroncongan sejak tadi, berhubung tadi siang Ia hanya mengganjalnya dengan roti.
Terimakasih sudah membaca, kalu mau ngasih saran untuk bab selanjutnya komen aja ya.... Makasih supportnya.... Sampai jumpa di bab selanjutnya..... 🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments