Setiap gerimis datang, selalu hadirkan kenanganmu.
Saat Pelangi terbentang, seolah kenangan itu terulang,
Pelangi hidupku ...
Akan selalu ada artimu dalam hidup Daddy
Dan akan selalu Daddy kenang indahmu di hidup Daddy
Seindah Pelangi itulah dirimu,
Yang selalu hadirkan sejuta arti untuk hidup Daddy.
Ya ... ya ... ya ... itulah penggalan bait puisi yang di buat Daddy khusus untukku, selain membuat puisi untukku, Daddy juga sering membuat puisi untuk Abin, dan untuk Mommy. Tapi, seringnya Mommy gak suka dengan puisi buatan Daddy, katanya norak. Hhee
“Huhh ...” Aku menyeka keringat yang menjalar di pelipisku. Aku ingin pulang cepat, apalagi kalau inget Daddy, bawaannya kangen terus sama Daddy dan rumah. Kebetulan sudah tidak ada acara lagi di kampus. Tapi Mang Diman gak bisa jemput, gara gara harus nganterin Mommy ke toko kue katanya. Lalu, aku terpaksa harus pulang sendiri naik taksi online.
Setelah pesanan taksi onlineku tiba, aku segera menaikinya, lalu taksi bergegas menuju alamat yang tadi sudah ku tulis di aplikasi.
Mobil melaju pelan, waktu menunjukkan pukul dua belas lewat tiga puluh menit. Cuaca cukup panas. Berkali kali aku merutuki diriku sendiri. Hari pertama ke kampus kok sial banget ya?? Dari mulai berangkat pagi tadi terkena macet, dan terpaksa harus ngikut motornya Fadli. “Menyebalkan!” Aku segera menggelengkan kepala, rasanya sebel banget, kalau inget kejadian tadi pagi, lalu waktu di kelas, kenapa juga aku harus dihukum?? “Semuanya gara gara Fadli!” Aku mengeratkan gigiku, membulatkan tanganku. Aku bener bener benci banget sama Fadli.
“Aaaawwww ...” Seketika rasa ngilu dan pegal di betisku semakin terasa
Cekkkiiittt !!!!
Taksi tiba tiba berhenti di depan gapura menuju komplek perumahan rumahku.
“Pak, kenapa berhenti disini?? Kan belum nyampe? Rumahku masih di sebelah sana” Aku menunjuk arah rumahku
“Duh, maaf Mbak, ini mobilnya mogok kayaknya. Mbak turun disini aja gak apa apa ya??” Pintanya dengan wajah menyesal
“Loh?? Kok gitu sih??” Aku merengut kesal, gimana gak kesal? Sekarang kesialanku bertambah, masa iya aku harus jalan kaki juga?? Sumpah! Ini kaki udah gak bisa di ajak kerjasama. Keliling lapangan sepuluh kali putaran, sambil berjongkok, rasanya tulang kakiku mau patah semua.
“Maaf ya Mbak” Sopir taksi mengatupkan kedua tangannya. Mau tidak mau aku harus mengalah. Aku segera turun dari dalam taksi, setelah membayarnya. Kemudian berjalan. Jarak dari gapura menuju rumahku lumayan jauh jika jalan kaki, sekitar lima belas menit.
Dengan kaki terseok seok, aku memaksakan diri, untuk terus berjalan. Tapi, aku sudah tidak kuat lagi.
“Daddy ... hiks ...” Seketika rasa kesal, kecewa, sebel dan lain sebagainya menyeruak dari dalam hatiku. Aku teringat Daddy yang selalu memanjakanku. Yang tak pernah membiarkan aku terluka, ataupun kesusahan.
Di bawah pohon cemara besar di pinggir jalan, yang terdapat sebuah bangku kosong, aku terduduk sejenak. Mencoba mengurut kakiku dengan pelan.
“Dasar cowok gila! Awas aja, aku pastiin dia juga susah jalan!” Kutukku sambil melanjutkan memijat kakiku, sementara tangan lainnya sibuk menyeka keringat dan air mata yang mulai hendak tumpah.
“Heh!!! Cengeng!!” Tiba tiba teriakan itu terdengar lantang. Aku mengangkat wajahku
“Abin???” Ucapku dengan lemas
“Cengeng! Kamu kenapa duduk di sana sambil nangis nagis??” Tanyanya menatapku dari dalam taksi online, Abin juga pasti baru pulang sekolah. Dia masih sekolah menengah atas. Kelas dua.
“Kaki aku sakit” Keluhku, sambil terus mengurut kaki
“Yah, manja amat, baru jalan dari sana aja udah mewek!” Teriaknya tak peduli
“Bukan cuman karena jalan, tapi kaki aku pegel juga, karena abis mengelilingi lapangan!” Teriakku tak terima, Abin selalu ngatain kalau aku itu cengeng dan manja. Adik yang gak ada akhlaknya dia!
“Yah ... baru ngelilingin lapangan kan?? Belum ngelilingin hati aku, hhiii” Dia terkekeh, jahil
Aku memasang wajah jutek, sambil memonyongkan bibirku, kesel banget sama Abin.
“Ayo buruan naik!” Teriaknya lagi
“Aku susah buat jalannya!” Keluhku lagi
“Ya elah, cengeng! Dasar!” Abin turun dari dalam taksi online, lalu mendekatiku
“Ayo sinih!” Dia mencengkram tanganku
“Aku gak bisa jalan Abin!” Teriakku, kakiku emang sakit banget kok, malahan udah nimbulin warna biru lebam juga. Kalau Daddy tau, Daddy pasti marah!
“Ya ampuuunnn ... cengeng! Ya udah, sinih” Abin berjongkok memberikan pundaknya padaku, seketika aku tersenyum jahat. Lumayan juga bisa di gendong si jahil. Hhiii
Aku menurut, menaiki punggung Abin, abin berdiri lalu berjalan dengan aku di punggungnya.
“Buseeettt!!! Lu berat juga Kak! Lu makan segimana sih tadi??” Tanyanya, meskipun dia baik, tapi kata katanya tetep aja kayak gituh! Nyebelin!
“Berisik! Aku bilangin Daddy baru tau rasa kamu!” Seruku sambil memukul pelan punggungnya
Tak lama aku sudah berada di dalam mobil. Tak butuh waktu lama, hanya beberapa menit, taksi online yang membawa kami sudah tiba di depan rumah.
“Turun!” Perintahnya
“Gendong lagi, hheee” Rayuku manja
“Kagak!” Teriaknya sambil turun dari dalam mobil, dan berlalu mendahuluiku.
“Abin! Tunggu!” Teriakku sambil berusaha keluar dari dalam mobil dengan kaki terpincang pincang
“Mbak!” Suara sopir taksi menghentikan langkahku
“Iya Pak??” Aku memutarkan tubuhku menatapnya
“Ongkosnya belum di bayar Mbak” Ucapnya
“Apaaa???? Abiiiiiinnnnn!!!!!”
***
“Sayang! Kaki kamu kenapa nak??” Daddy terlihat panik, kala melihat aku tengah merendam kakiku dengan air hangat sambil menonton tv. Sementara itu, sore hari, Daddy baru aja pulang kerja.
“Cuman lebam dikit Daddy, tadi katanya dia di hukum, disuruh keliling lapangan sepuluh kali putaran” Jelas Mommy, sambil mengelus kepala Abin yang tengah tiduran di pangkuannya. Kadang, Mommy suka gituh, aku
yang sakit, tapi Abin yang di belai. Sebel!
“Apa????!!! Siapa yang berani menghukum Pelanginya Daddy??” Teriak Daddy sambil langsung memeriksa kakiku.
“Gak usah lebay, namanya juga anak salah, ya wajar kalau di hukum” Lagi lagi Mommy yang bicara
“Bilang sama Daddy Kakak, siapa yang berani membuat Kaki Kakak jadi biru biru kayak ginih???” Daddy masih menatapku
“Ada temen Pelangi Daddy” Jawabku, mencoba mengadukan apa yang terjadi tadi pagi padaku.
Setelah kuceritakan semuanya, tanpa terlewatkan ...
“Apaaaaaa???? Berani laki laki gak ada akhlak itu, membuat Kaki anak Daddy jadi seperti ini??? Awas aja kalau ketemu!!!” Daddy membulatkan tangannya
“Emangnya mau apa kalau ketemu??” Tanya Mommy, masih asik dengan Abin yang tengah bermanja padanya
“Mau Daddy ajak panco! Beraninya dia berbuat begitu! Pada Kakak Pelangi!!” Jawab Daddy sambil membulatkan tangannya
“Idih, kayak yang kuat aja” Mommy terkekeh
“Mommy! Anak lagi di dzalimi kok sikapnya kayak gitu sih??” Daddy menatap Mommy tajam
“Ya ampun Daddy, anak tuh jangan terlalu di manja, apa apa di bantuin, biarin mereka dewasa dengan alami, jangan dikit dikit di perlakukan kayak gituh” Mommy selalu aja kayak gituh.
“Loh?? Wajar dong?? Namanya juga sama anak kesayangan Daddy, iya kan Kak?? Ya udah, kalau sampai cowok tengil itu, berani berbuat kurang ajar lagi sama Kakak Pelangi, bilang Daddy ya nak” Yes! Daddy mah emang paling the best lah.
“Ck!” Mommy berdecak sambil menggelengkan kepalanya berkali kali.
“Apa??? Mommy cemburu??” Daddy menatap Mommy sambil menaik turunkan alisnya
“Hah?????? ............”
Bersambung ............................
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya readers, like komentar, bintang lima, dan vote juga sebanyak banyaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ana Mahbubah
zain posessifnya sm yg disayang g hilang2😀😍😍
2021-02-23
1
hairina jawasri81
ceritanya jgn pakai aku atau gue dong thor ..pakai sebut namanya saja lebuh bagus..ini semua orang pakai gue..
TRUS MOMY NYA KAK YAS PAKAI JILBAB SYAR'I ANAKNYA KOK NGGAK PAKAI JILBAB..yas dan zain dulu di ceritakan agamis dan taat agama ya..kok cerita ini anak zain dan yas nggak pakai hilbab
2020-08-14
1
Zaky Badut Pekanbaru D'Kompenk
Dady Zain 🤩🤩
2020-08-05
1