Pelangi P.O.V
Gara gara Abin semalaman suntuk mengajakku begadang untuk menemaninya mengerjakan PR sekolahnya. Aku jadi kurang tidur, alhasil pagi ini aku bangun kesiangan. Dengan kantung mata membesar dan menghitam. Setelah selesai shalat subuh aku segera melesat memasuki kamar mandi. Dengan grasak grusuk, aku segera mandi, lalu berdandan seadanya. Gak apa apalah, yang penting aku tetep cantik dan wangi.
Aku segera turun ke lantai bawah dengan tergesa gesa, hari ini ada kuliah pagi.
“Duuuhhh ... gaswat ini!!! Bisa bisa aku di larang masuk kelas. Udah jam tujuh kok Mommy sama Daddy gak bangunin aku sih??” Gerutuku kesal.
“Loh?? Abin juga belum kelihatan, apa dia juga belum bangun ya??” Aku baru mengingat Abin yang sama sama tidur lewat tengah malam. Aku putar badan, kembali berlari ke lantai atas. Menuju kamar Abin.
Kkrriiieettt ...
Kubuka pintu kamar Abin
“Astagfirullah! ...” Aku menutup mulutku, kala melihat gaya tidur Abin yang sudah semerawut, kaki ke atas, dan kepala hampir mengenai lantai
“Abiiiinnnn!!! Banguuunnn!!! Kok kamu tidurnya juntai gini sih??? Kalau kepalamu jatuh kelantai pasti sakit!!!” Teriakku seraya mengguncangkan tubuhnya.
“Abbiiinnn!!! Ya Allah ... ni anak tidur udah kayak kebo aja!” Aku kembali berteriak
“Bentar lagi Mommy!!” Abin menggeliat, lalu kembali tertidur masih dengan posisi yang sama
“Ini aku!! Bukan Mommy!! Ayo bangun!! Kita kesiangan!!” Teriakku lagi
“Apaaa????!!!! Kita ke – si – a - ngan???” Abin mengerjap, bangun, lalu kembali tertidur
“Astagfirullah ... ni anak!! ABBBBIIIINNNNN!!!” Aku kembali berteriak sekuat tenaga
“Hah???!!! Apa????” Abin tiba tiba bangkit, sambil mengucek matanya
“Kita kesiangan! Ayo cepetan mandi! Kita berangkat sekolah!” Teriakanku akhirnya berhasil membuat Abin tersadar, dan segera berlari menuju kamar mandi
Baru dua menit, Abin sudah keluar dari kamar mandi.
“Hah?? Abin?? Kamu gak mandi??” Tanyaku sambil mengendus endus tubuhnya
“Eeehhheee ... di cuci yang pentingnya aja Kak” Abin cengengesan
“Dasar jorok kamu, kayak Daddy” Gerutuku, sambil keluar dari kamar Abin, yang lebih cocok jika di sebut dengan gudang. Anak cowok emang suka gituh, meskipun berulang kali Mommy beresin kamar Abin, ya sebanyak itu pula Abin berantakin lagi kamarnya.
Aku segera berlari menuju lantai bawah “Kok lampu masih pada mati sih?? Berarti Mommy sama Daddy juga belum bangun dong??? Ya amppuuunnn!!! Berarti kita kesiangan berjamaah??” Aku menepuk jidatku, waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan, sementara kelasku di mulai pukul delapan. Yakin! Aku pasti kesiangan!
Ku hampiri kamar Mommy dan Daddy, lampunya pun masih gelap. “Mommy ...” Panggilku
Tak ada sahutan. “Aku berangkatnya gimana ya?? Mang Diman kan masih sakit gigi” Aku menggerutu sendiri
“Kak! Mommy mana?? Sarapannya mana?? Kok gak ada??” Tiba tiba Abin menepuk pundakku
“Ish ... kamu masih aja inget sama sarapan, kita kesiangan! Kakak pasti gak di bolehin masuk kelas” Aku menghentakkan kakiku. Sangat kesal dengan suasana pagi ini
“Aku juga kak, tapi aku mah santai aja” Abin mengedikkan bahunya, lalu berlalu
“Abin, Mang Diman masih sakit gigi, kita berangkatnya gimana?? Kamu pesen taksi online aja” Perintahku
“Iya, ini juga lagi pesen, eh Kak, minta uang dong” Abin menengadahkan tangannya
“Buat apa??” Tanyaku
“Laper Kak, Mommy gak bikin sarapan sih, terus Gue juga gak punya bekel buat jajan di sekolah, terus buat nanti naik taksi” Jelas Abin
“Ih ... minta sanah sama Daddy” Aku menggidikkan bahuku
“Ya elah, pan elu tau Kak, Daddy sama Mommy belum bangun” Wajah Abin terlihat murung.
“Ish ... ya udah nih” Aku meraih dompet, lalu kuberikan uang senilai seratus ribu rupiah
“Yah ... kurang dong Kak, mommy suka ngasih lebih dari ini” Abin mengerucutkan bibirnya
“Ish ... itu juga jatah uang jajan Kakak buat dua hari, udah Kakak kasih buat kamu” Aku mendelik
“Elu kan di kasih ATM sama Daddy Kak, Gue di kasih jatah jajan tiap hari sama Mommy, cash. Gak pake kartu kek Elu” Abin semakin memonyongkan bibirnya
“Berisik! Yang penting ada buat ongkos pulang, sama bisa jajan di sekolah, udah gitu aja kok repot. Inget! Pulang sekolah langsung pulang ya!” Peringatku
“Iya, cerewet!” Abin menghentakkan kakinya
“Dan satu lagi!” Aku membentikkan telunjukku
“Apaan Kak??” Abin menatapku
“Itu uang musti di ganti, kalau Mommy udah ngasih uang jajan buat kamu!” Lagi lagi aku memperingatkannya
“Pelit lu Kak, eh taksi Gue udah datang, Gue dulan ya Kak” Secepat kilat Abin segera melesat menaiki taksi online nya. Meninggalkan aku yang tengah terbengong sendirian
“Eh! Abbbiiiiinnnn!!! Terus Kakak gimana???” Dengan kesal aku segera mengeluarkan ponselku, kembali melakukan pesanan taksi online. Aku kira Abin memesan taksi online untukku juga, ternyata enggak. Dasar Abin!
Tak lama pesanan taksi online ku pun datang. Waktu menunjukkan pukul delapan. Kelas di mulai pukul delapan juga. Dduuuhhh ... sepanjang perjalanan aku terus mendesah. Gelisah. Takut kena semprot dari Dosen yang terkenal galak itu.
Dan tepat! Aku kesiangan, tiba di kampus waktu menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh menit. Aku segera turun dari taksi, setelah membayarnya. Dengan tergesa aku segera berlari menuju kelasku.
“Haddduuuhhh ... gimana ini?? Aku jadi terlambat kan?? Semua ini gara gara Abin!! Awas aja!!” Gerutuku
Aku terus berjinjit sambil mengintip keadaan kelas, yang sudah hening karena seluruh mahasiswa sedang menyimak materi dari dosen.
“Heh!!! Ngapain Loe di sini” Tiba tiba suara seorang pria mengagetkanku, terlebih tepukannya di pundakku, aku segera memutar tubuh, lalu menatap orang yang bertanya padaku. Fadli.
“Kamu ngapain disini?? Kesiangan juga??” aku bertanya balik
“Menurut Loe???” Tanya Fadli dengan juteknya
“Kamu kesiangan?? Tapi kok tas kamu ada di sana??” Tanyaku sambil menunjuk tas Fadli yang tergeletak di belakang bangkuku.
“Cerewet!” Sentakknya sambil berlalu melewati lorong sebelah kanan
“Idih, dasar cowok aneh!” Akupun segera menghentakkan kaki, menuju lorong sebelah kiri. Bingung. Sekarang tujuanku mau kemana coba?? Setelah habis jam ini, aku harus mengikuti kelas selanjutnya.
Udahlah, daripada aku bosen nunggu, mending aku ke mesjid aja. Yang kebetulan mesjidnya terletak di samping gedung yang terdapat kelasku.
Perlahan, kubuka sepatu sport yang pagi ini kugunakan, ku ikat rambut panjang bergelombangku, lalu aku menuju tempat wudhu. Kata Mommy, kalau aku ada waktu di pagi hari, ada baiknya jika aku mengerjakan shalat dhuha. Katanya, selain shalat dhuha juga bisa membuat rizky kita jadi lancar, juga bisa mendekatkan jodoh dan membuat wajah menjadi semakin cantik.
“Ya mungkin aja aku ketemu jodohku disini kan?? Hhiii ...” Aku terkikik sendiri, geli dengan pemikiranku. Aku baru delapan belas tahun. Kok bisa sih aku mikirin jodoh?? Daddy pasti gak suka.
Tiba di dalam mesjid, aku segera meraih mukena yang tersedia di sana, memakainya, lalu segera ku tunaikan empat rakaat shalat sunnah ini untuk mengawali siangku. Setelah selesai mengucapkan salam, lalu aku menengadahkan kedua tanganku. Berdoa sebanyak mungkin, doa yang terus ku ulangi pagi ini, adalah agar aku terhindar dari amarah pak Dosen.
Aamiin ...
Segera ku telungkupkan kedua tanganku. Aku segera berdiri, lalu melipat mukenaku. Menyimpannya di tempat semula, lalu berjalan menuju luar mesjid.
Aku duduk di teras mesjid untuk menggunakan sepatuku kembali.
“Loe abis shalat??” Suara itu?? Kenapa selalu terdengar di mana mana
“Kelihatannya??” Jawabku setelah menatapnya, untuk memastikan wujudnya
“Cerewet!” selalu saja, kata kata itu yang terdengar. Aku yakin, dia pasti masih punya dendam padaku, ya berhubung aku sering banget ngerjain dia.
Dia beranjak pergi meninggalkan aku, kala dia sudah selesai mengikat seluruh tali sepatunya.
“Dasar cowok aneh!” Teriakku, yang kuyakin pasti sudah tak di dengarnya
“Pelangi??” Aku kembali menoleh kebelakang, kala seseorang meepuk punggungku
“Senja?? Kamu ngapain disini??” Aku tersenyum menatap Senja. Senja kesiangan juga??
“Eeemmhh ... aku ... aku ... Loh?? Pelangi?? Kok di rambut kamu ada permen karetnya sih???” Tiba tiba senja menunjuk rambut bagian belakangku
“Apaaaaaa???? Gak mungkin!!! Permen karet dari mana???” Aku histeris kaget, mahkota kebangganku. Masa iya kena permen karet?? Dari tadi aku hanya shalat.
“Iya, itu hampir dekat ke ujung pangkal rambut kamu!! Banyak banget lagi!!” Senja masih menunjuk nunjuk rambut bagian belakangku
“Siapa sih yang tega banget jahilin aku???, tapi dari tadi aku belum ketemu siapapun kok, kecuali kamu dan FADLI!!!” Segera aku teringat Fadli. Pasti dia yang udah jahilin aku! Gak mungkin Senja, dia sahabat aku!
“AAAAAAAAAAA ... Daddy!!!! Aku gak mau di botakin!!” Seketika aku histeris, lalu menangis meraung raung. Tak sanggup membayangkan, jika kepalaku harus jadi botak!
“Fadli!!! Aku benci sama kamu!!!” Teriakku kemudian, di iringi tangisan yang memilukan
Bersambung .............
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya teman teman, like, komentar, bintang lima dan vote nya juga. Aku tunggu yaaaa ... terimakasiihhh ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nukifaljen
ih... ternyata senja jahat
2021-04-08
0
Efan Zega
mungkinkah senja yg kerjain pelangi saking irinya
2021-02-16
1
WulanTanti
koq gondok sendiri ya liat senja
2020-08-16
1