“Selamaaattt ulang tahun, kami ucapkan”
“Selamat panjang umur, kami do’akan”
“Semoga sejahtera ... sehat sentosaaaaaaa”
“Selamat, panjang umur dan bahagiaaaaa ...”
“Hollleeeeeeee!!!”
Ramai terdengar nyanyian mereka dengan kompak. Acara di lanjutkan dengan tiup lilin dan potong kue.
“Claraaaaa!!!! Gue pastiin, habis ini, Elu Gue cincang!” Teriak Gue, dengan mengeratkan gigi, menahan suara Gue dengan gemas plus sebal tingkat dewa!
“Hheee ... pis Bang, maafin Gue, tapi kan Gue kagak bohong ama Elu Bang” Jawabnya, tersenyum tanpa dosa, sambil mengacungkan dua jarinya.
“Lu gak bohong, tapi kenapa Lu gak jelasin hah?? Kalau yang ulang tahun itu, adiknya temen Elu yang masih lima tahun?? Emang bener bener Lu ya! Dari awal Gue udah curiga, mana ada acara anak remaja di jam segini??” Ucap Gue masih geram
“Yah ... Abang, emang salahnya apa coba? Acara adik temen Gue, ya sama aja sama acara temen Gue” Bisiknya lagi
“Terus?? Maksud Lu apaan?? Nyuruh Gue pake beginian??” Geramku sambil menunjuk topi kertas khas anak ulangtahun.
“Hhee ... biar seru aja Bang, Abang tambah cakep lho, pake beginian” Jawabnya tanpa dosa, sambil melirik topi kertas bergambar mickey mouse yang Gue kenakan
“Clara, Abang Fadli, terimakasih sudah hadir ke acara adik aku ya” Tiba tiba suara seorang perempuan terdengar dari belakang kami
Aku menoleh, dan memaksakan diri untuk tersenyum “Sama sama” Jawab Gue singkat, sambil hendak berlalu
“Om, nyanyiin lagu dong” Tiba tiba salah satu anak kecil itu menarik narik tangan Gue
“Om??? Apa gue kelihatan setua itu ya?? Ya ampuuunnn ...” Hati Gue bermonolog, gak rela Gue di panggil om. Sumpah!
“Kakak gak bisa nyanyi” Jawab Gue sambil mencoba melepaskan tangannya
“Om, nyanyiin doooonnngg” Pintanya dengan wajah memelas, hingga mengundang perhatian semua orang
“Ah, eh, Kakak gak suka nyanyi” Jawab Gue lagi. Sumpah, habis ini Gue mesti minta Ayah buat gak ngasih Clara uang jajan lagi. Ngerjain abis abisan tuh cewek.
“Hhuuuuaaaaa ...!!!” Tiba tiba saja anak itu berlari dengan teriakan tangisnya. Semua orang semakin menatap Gue. Dengan tatapan kesel, kecewa, dan sebal mungkin, tapi ada juga yang tertawa. Menertawakan wajah Gue yang udah kayak kepiting rebus ini.
“Udah Bang, nyanyi aja, kasian kan anak kecil pada nangis” Clara menyenggol bahu Gue
“Awas lu ya!” Teriak Gue sambil menghampiri anak tadi, berniat menghentikan tangisannya.
“Jangan nangis lagi ya ... Kakak mau nyanyi kok” Pinta Gue sambil berjongkok mengelus rambut poninya. Dia menghentikan tangisnya, lalu mengangguk senang. Gue segera berdiri.
“Eeekkhheemm, ekhem, ekhem,” berkali Gue berdeham, hanya untuk mengusir rasa grogi, gimana gak grogi?? Di lihatin emak emak segini banyaknya. Huuuhhh ...
“Pelangi Pelangi, alangkah Indahmu ...”
“Merah, kuning, hijau, di langit yang biruuuuu ...”
“Om, sambil ngedance dong!!” Tiba tiba suara bocah bocah itu terdengar bersahutan di antara lengkingan suara Gue. Suara mereka gak Gue gubris. Ya kali, Gue harus nyanyi sama joged joged? Ayah ... Ibu ... Tolong Fadli ... dengan PD Gue melanjutkan nyanyian Gue.
“Pelukismu agung, siapa gerangan?”
“Pelangi, Pelangi, ciptaan Tuhan”
“Hoooollllllleeeeee!!!” Teriak anak anak ini riang. Sementara Gue?? Boleh gak sih?? Gue menghilang sekarang juga dari muka bumi ini??
“Bang, suara Lu bagus” Seru Clara sambil mengacungkan dua jempolnya, di iringi senyuman aneh dari teman temannya. Tanpa menggubris mereka Gue segera berlalu. Demi apapun sumpah! Gue malu!
“Cla, Gue boleh minta nomor telpon Abang lu gak?? Dia lucu banget, ganteng pula, mobilnya juga keren, kenalin Gue dong Cla” Sempat Gue dengar ocehan cewek cewek aneh itu. Dasar cewek rese!
Tiba di luar rumah, Gue celingukan, mencari tempat buat berlindung. Meskipun si Clara rese banget, tapi gak mungkin juga kan? Kalau Gue ninggalin dia sendirian? Bisa bisa Gue yang di cincang sama Ibu.
Akhirnya, Gue memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat. Tempat di mana Gue bisa menenangkan diri. Tempat di mana Gue bisa hidup dengan aman, tentram dan damai. Di mana lagi? Kalau bukan di rumah Allah. Yap ... Gue mendatangi sebuah mesjid, yang kebetulan terletak tidak jauh dari rumah tempat acara ini berlangsung.
Tiba di mesjid, Gue ngelirik jam tangan yang Gue kenakan. Tepat jam sembilan lewat tiga puluh menit. Masih ada waktu buat melaksanakan shalat dhuha. Gue segera melepas sepatu, dan kaus kaki. Sempat gue lirik, ada sepasang sandal perempuan. Pasti ada seorang perempuan juga di dalam mesjid sanah.
Setelah berwudhu, Gue segera memasuki masjid tersebut. Mesjid ini, tidak menggunakan sekat untuk jamaah perempuan atau laki laki, hingga Gue bisa ngelihat, ada seorang perempuan tengah menengadahkan tangannya. Khusyuk, kira kira doa apa yang dia pinta? Sampai dia bisa sekhusyuk itu??
Gue langsung menunaikan shalat dhuha. Ini adalah ajaran dari Ibu. Kata kata Ibu selalu terngiang di telinga Gue, kala beliau memberi petuah tentang shalat dhuha.
“Kalau Fadli punya waktu di waktu matahari sepenggalah naik, Fadli harus menunaikan shalat dhuha ya nak, karena shalat dhuha itu merupakan salah satu shalat sunnah, yang banyak sekali keutamaannya, salah satunya agar rezeky Fadli di cukupkan oleh Allah, dan juga salah satu hadist mengatakan ‘Barang siapa yang menjaga shalat dhuha, maka dosa dosanya di ampuni, walaupun dosanya itu sebanyak buih di lautan’ (HR. Tirmidzi)” itulah Ibu, malaikat tak bersayap yang di kirim Allah buat Gue, bukan hanya shalat sunnah dhuha yang Ibu ajarkan ke Gue, tapi juga shalat sunnah lainnya.
Tak jarang, kita sekeluarga sering menunaikan shalat tahajud bersama. Gue gak maksud sombong lho, beneran!.
Setelah puas menatap punggung cewek yang lagi berdoa itu, Gue langsung menunaikan shalat dhuha empat rakaat rakaat sesuai perintahnya. Banyak doa yang gue panjatkan. Eeemmmhhh ... jodoh adalah salah satunya.
Setelah Gue selesai menunaikan shalat dhuha, Gue segera berjalan menuju luar mesjid.
Masih terlihat perempuan tadi, dia sedang duduk termenung sendirian, sambil memegang sandalnya.
“Hay ...” Entahlah, kenapa juga Gue mau menyapa cewek ini. Cewek dengan rambut lurus sebahunya, menoleh, tapi tidak mengatakan apapun, hanya menatap Gue, lalu memalingkan wajahnya. Bukan menundukkan pandangan lho ya, tapi memalingkan wajah, kayak enggan gituh.
“Baru shalat ya??” lagi, Gue menyapanya. Entah kenapa? Tapi sumpah Gue tiba tiba aja penasaran sama dia.
“Kelihatannya?” Jawaban sekaligus pertanyaan sukses meluncur dari bibir mungilnya.
Jujur, Gue heran, kenapa juga ada cewek yang berani bersikap demikian sama Gue?
“Oh, sorry” Jawab Gue, yang udah selesai menalikan tali sepatu yang Gue kenakan, lalu Gue segera memajukan langkah, menuju rumah tadi. Hari ini bener bener hari yang melelahkan banget buat Gue. Kenapa juga Gue harus ketemu sama cewek cewek aneh hari ini??
Bersambung .............
Hay readers, jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaaaa, like, komentar, bintang lima, sama votenya juga. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Beby Ainun
clara ,,,clara😂😂
2021-01-15
1
Shafa
keren... selalu suka novelnya
2020-08-30
1
maura shi
siapa ya??
2020-08-27
1