“Ayah!! Kamu melihat putramu sedang di dzalimi! Tapi kenapa kamu diam saja??!” Terdengar suara teriakan dari seorang perempuan yang tengah memegang sebuah gunting.
“Kejadiannya begitu cepat sayang, aku tidak menyangka, Ayah Pelangi akan berbuat senekat itu” Jelas pria yang usianya berada di sekitaran menuju kepala lima itu, berusaha menjelaskan sambil sesekali beristighfar mengurut dadanya.
Sementara itu, Fadli hanya terdiam mematung, memasrahkan rambutnya, yang terpaksa harus di potong pendek, atau lebih tepatnya menjadi botak.
“Apa iya Pelangi mengadukan sesuatu yang tidak Gue lakukan pada Daddy nya?? Hari ini, Pelangi absen kuliah, apa yang terjadi sebenarnya?? Kenapa Pelangi memfitnah Gue?? Hari ini, kami hanya bertemu sekilas tadi, ketika di mesjid setelah shalat dhuha, selebihnya Gue tidak bertemu lagi dengan Pelangi. Emang bener bener si Pelangi. Niat banget ngerjain Gue, dengan menggunakan Daddy nya” Batin Fadli terus bermonolog
“Sayang, memangnya kamu punya masalah apa sama perempuan itu??” Tanya Anjani masih emosi, tak terima jika putranya di lakukan semena mena
“Bu, udah dong, jangan marah marah terus, Fadli gak apa apa kok” Fadli menatap Ibunya dengan sendu
“Gak apa apa gimana?? Kamu itu sedang di fitnah! Mana mungkin putra Ibu tega melakukan semua ini??” Anjani masih histeris
“Sayang, udah dong, Fadli kan anak cowok, gak usah terlalu di fikirin, hal kayak gitu mah wajar” Anwar mengelus bahu sang istri, berusaha menenangkan
“Kamu juga, jadi Ayah gak becus banget! Lihat anak sendiri di gituin orang, malah diem aja!” Kali ini Anwar yang jadi sasaran kemarahan Anjani. Ibu itu, selalu seperti itu, tidak pernah terima jika anaknya di sakiti orang lain,meski karena hal sepele sekalipun.
“Lagian, si Pelangi itu, kenapa dia gak dewasa banget?? Kenapa dia nyuruh Ayah nya yang datang kesini? Buat balas dendam sama kamu??” Tanya Anjani sambil terus memotong rambut putranya secara acak.
“Assalamu’alaikum ...” Tiba tiba suara ucapan salam dari seorang perempuan membuat mereka menoleh
“Wa’alaikumsalam sayang” Anjani menjawab salam keponakannya. Clara
“Astaga! Abang lu kenapa?? Gak mampu ke salon lu??” Tanya Clara sambil mencium pipi Anjani, lalu mencium tangan Anwar yang tengah terduduk di kursi sofa, dan meletakkan sebuah papper bag di atas meja.
“Idih, ya kali, Gue mah anaknya hemat, gunting rambut, kalo Ibu bisa kenapa mesti ke salon??” Fadli berkelit
“Etapi, kenapa di botakin kayak gini modelnya??, lagi patah hati ya??” Lagi lagi Clara tertawa, meledek Fadli
“Abang kamu ini, lagi di dzalimi, bukan lagi patah hati!” Anjani kembali menggertakkan giginya, gemas. Sementara Anwar hanya bisa mengacak rambutnya. Merasa jengah karena istrinya terus mengomel.
“Loh?? Di dzalimi gimana Mih??” Clara duduk di samping Anwar, sambil mencomot kacang yang tergeletak di meja
“Rambutnya dia, di tempelin permen karet, sama Bapak cewek, yang katanya rambutnya sudah Abang kamu ini tempelin permen karet juga” Jelas Anjani, sambil menepuk nepuk pundak sang putra
“Hah?? Serius Bang?? Lu jahilin anak gadis orang??” Clara membelalakan matanya
“Mana mungkin Abang kamu begituh?? Ini pasti fitnah! Awas aja kalo aku ketemu gadis itu!” Anjani kembali membulatkan tangannya.
“Sayang, jangan begitu terus ah, gak baik” Kali ini, Anwar memperingatkan istrinya menatapnya dengan serius. Semua orang terdiam.
“Ibu mana yang suka ngelihat anaknya di perlakukan seperti ini??” Mata Anjani berkaca kaca
“Bu, udah dong, cuman permen karet ini, besok juga rambut Fadli tumbuh lagi kan??” Kali ini Fadli menatap Ibunya, sambil memegang tangan Ibunya lembut
“Kamu juga! Jangan berurusan lagi sama perempuan kayak gitu!” Peringat Anjani
“Iya, Bu” Fadli mengangguk lalu tersenyum
“Bang, Pelangi itu cantik gak??” Tanya Clara mendekati Fadli, seketika Anjani dan Anwar menatap Clara
“Cantik” Jawab Fadli sambil mengangguk, lalu dia mengulum senyum
“Hiiihhii ... Jangan jangan dia jodoh elu Bang” Clara mengambil gunting dari tangan Anjani, lalu meneruskan menggunting rambut sepupunya itu.
Anjani terdiam, memundurkan langkah, lalu duduk di samping suaminya. Menatap ekspresi putranya, yang terlihat aneh.
“Jodoh?? Anak manja sama cengeng kayak gituh?? Tapi, jodoh kan urusan Allah” Fadli mengedikkan bahunya, lalu menunduk, menahan senyumannya.
“Etapi, Bapaknya serem juga ya Bang?? Nih ya, kalo Elu punya cewek kek dia, kalo dikit dikit ada masalah, pasti Bapaknya ikutan maju paling depan Bang, ngeri juga ya?? Hhiiihhh ...” Clara menggidikkan bahunya.
“Cerewet Lu, mana kue bikinan Tante Indah??” Fadli berdiri, lalu berjalan menuju kursi, mendaratkan bokongnya di kursi, lalu menyambar papper bag, yang sebelumnya di letakkan Clara di atas meja.
“Itu, kata Mamah makan nya jangan banyak banyak Bang,” Peringat Clara
“Kenapa??” Tanya Fadli, sambil meneruskan membuka kue yang di bungkuskan Tante nya untuknya
“Itu kebanyakan coklatnya, ntar elu diabetes lagi kebanyakan makan yang manis, di tambah di kampus ketemu sama cewek cewek manis lagi, haha” Clara tertawa meledek Fadli.
“Dasar Lu” Fadli membuka Kue brownies buatan tantenya, yang di tengahnya terdapat coklat lumer, membuat siapa saja yang melihatnya menjadi ngiler. Ingin juga ikut menikmati kue brownies tersebut.
“Bilangin makasih sama Mamah kamu ya sayang” Kini Anjani tersenyum menatap Clara
“Siap Mih, oh iya Pih, ehheee ...” Clara duduk di samping Anwar
“Apa nak??” Anwar menatap Clara
“Clara pengen jalan jalan sama temen temen, eehhhee ...” Clara cengengesan
Anwar mengeluarkan dompetnya, seolah faham dengan apa yang di inginkan Clara
“Nih, buat bekel jalan jalan” Anwar mengeluarkan beberapa lembar uang kertas, dan menyodorkannya pada Clara
“Gak tau kenapa ya Pih, Clara suka banget sama Papih yang pengertian kayak ginih, hhee” Clara terkekeh
“Dasar maruk lu! Dari tante sama Om minta duit, dari Ayah sama Ibu juga minta duit, lagian jadi cewek boros amat sih Lu??” Kini, Fadli angkat bicara sambil mengunyah kue nya.
“Yah, Abang kek gak tau aja, Mamah kan orangnya pelit banget, uang jajan Gue di pas banget” Clara mengerucutkan bibirnya.
“Kalau Pelangi, boros juga gak Bang??” Tanya Clara tiba tiba, lagi lagi Anjani segera menatap kembali wajah putranya, memperhatikannya dengan seksama
“Ya mana Gue tau??” Fadli mengedikkan bahunya, sambil menyembunyikan senyuman yang masih ketara
“Hati hati Bang, entar Lu jatuh cinta sama Pelangi” Peringat Clara
“Uhuk ... uhuk ... uhuk ... uhuk ...” Tiba tiba Fadli tersedak, segera Fadli meraih gelas berisi air putih yang ada di
hadapannya.
“Atau jangan jangan Elu emang udah jatuh cinta ya Bang?? Sama si Pelangi itu???” Tebak Clara sambil menatap tajam wajah Fadli, mencoba menelisik kebenaran yang sepupunya sembunyikan.
“Appppaaaa????!!!” Teriak Anwar dan Anjani kompak
“Ups ... hhhheeee ... “ Clara menutup mulutnya, “Cuman nebak aja kok Mih ...” Ucap Clara sambil cengar cengir.
Anjani berdiri, lalu berlalu melewati mereka, sementara Anwar hanya menggelengkan kepalanya berulang kali.
“Hati hati, kalau berurusan dengan perasaan Ibu, bisa berabe” Ucap Anwar sambil menepuk bahu putranya, berjalan melewati Putranya, mengikuti istrinya.
“Elu sih, suka ngasal kalo ngomong” Fadli mendelik pada Clara
“Hheee ... pis ...” Clara mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
Bersambung ............
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya readers ... like, komentar, bintang lima, dan vote sebanyak banyaknya, aku tunggu yaaaa ... terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍇🍇selllaa🍇🍇
resep iiihhh rameee
2021-02-19
1
maura shi
selain usil,senja juga jahat
2020-11-03
1
Minka Sainajami
kasian Fadli kasian Pelangi jg, cepet deh tunjukin yg jahatnya thor..gemes, tar gk ada romantis² nya dong kalo berantem beneran
2020-08-15
4