...~XAVIERA TRANSMIGRATION~...
Viera mengusap wajahnya kasar, pria didepannya itu membuatnya harus berpikir sangat keras. Pernyataan tadi ternyata membuat kepalanya berdenyut.
Gadis itu mencoba mengatur emosinya, kini ia tidak menatap Xavier tajam tapi dengan tatapan datar.
"Benarkah kau mau membantu Daddyku jika aku menyetujui syaratnya?"
Xavier sekarang malah merasa serba salah, kalau dia mengiyakan itu sangat terlihat jika ia begitu egois. Tetapi ia juga menginginkan gadis itu bersamanya! Dalam hati ia merutuki rencananya.
Ternyata benar kata Marcel, cara seperti itu hanya akan menyiksanya. Kenapa ia tidak berpikir lebih baik waktu itu?
Pria itu berdehem sejenak "Ingat kata-kataku ini, mungkin caraku di awal salah. Tapi sungguh aku ingin membantu Daddymu, karena aku ingin melindungimu juga. Kamu bisa menembakku dengan pistol ini jika aku berbohong" Xavier menyodorkan sebuah pistol dengan isi ulang timahnya.
Viera melirik benda itu lalu beralih menatapnya "Dasar bodoh! Bagaimana mungkin aku membunuh seseorang?" pekik Viera spontan.
Xavier menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Lalu bagaimana cara untuk meyakinkanmu?"
Pertanyaan itu tambah membuat Viera menggerutu kesal "Tanyakan kepada Dora!" gadis itu rasanya ingin memberi bogeman mentah kepada pria bodoh itu. Apakah tidak ada cara yang lebih manusiawi?
Viera sejak ini sadar, bahwa berurusan dengan pria seperti Xavier itu lebih menguras tenaga daripada berurusan dengan pacarnya dulu.
"Terserah, aku tidak tau. Jika kau bersungguh-sungguh buktikan sendiri, jangan pernah kau mengancam Daddyku lagi! Camkan itu!" Xavier mengangguk dan mengiyakan.
Ia tersenyum tipis melihat gadis itu yang ternyata sangatlah galak! Tapi tidak apa, selagi dia tidak menangis kecewa seperti tadi. Ini artinya ia diberikan kesempatan kan? Xavier bertekad tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Terlihat Viera mulai beranjak membuat pria itu panik "Mau kemana?"
"Ke Mars!"
...⏳...
Disebuah kantin sudah ramai dengan murid-murid yang sedang makan dan juga bercanda ria.
Seperti di meja Lyn, kali ini ia makan tidak di temani Viera. Membuatnya berulang kali menghembuskan napasnya kasar.
"Kenapa sayang?" Damian resah dengan pacarnya itu yang sepertinya sedang gelisah sendiri.
"Aku khawatir dengan Viera."
"Kenapa dia?"
Lyn mengedikan bahunya tidak tau "Tadi pagi dia menelpon untuk minta di buatkan surat izin, katanya sakit. Tapi menurutku dia seperti terburu-buru, makanya aku khawatir. Ponselnya aja ngga aktif" ia bercerita dengan lesu.
Tangan Damian terangkat untuk mengelus surai hitam pacarnya "Berpikir positif aja sayang, yakin kalau dia akan baik-baik aja ya?" Lyn mengangguk lesu.
"Hey Damian!" sapaan itu membuat mereka menoleh ke arah suara.
Ternyata itu Joshua, cowok itu datang dengan menenteng americano lalu duduk di depan dua sejoli itu.
"Kenapa Josh?"
"Nanti sore latihan seperti biasa, kata Coach kita harus latihan ekstra kali ini!"
Damian mengangguk "Baiklah, kenapa tidak chat saja? Kau mengganggu waktu kami!"
Joshua berdecih sinis "Ini tempat umum kalau kau lupa, lebih baik pacaran di semak-semak saja sana!" ucapnya membuat Damian menggeplak tangannya.
"Kau pikir aku kucing?"
Joshua hanya mengedikan bahunya acuh, ia tersadar sesuatu. Ternyata pacar Damian itu sendirian, dimana sahabatnya si Viera itu?
"Temanmu kemana?"
Pertannyaan tiba-tiba itu membuat Lyn tersentak, ia menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"
"Iya kau!" Joshua mengangguk.
"Viera sedang sakit katanya."
Joshua nampak berpikir "Sakit?" gumamnya.
"Kenapa Josh? Kau menyukai Viera ya?" Damian tersenyum mengejek, membuat Joshua menatap cowok itu datar.
...⏳...
Setelah perdebatan yang menguras tenaga itu, Viera memutuskan untuk pulang saja. Tapi dari tadi Xavier terus saja mengikutinya, membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
Viera menghembuskan napasnya kesal, "Berhenti! Jangan mengikutiku!" terlihat Xavier hanya menggeleng samar.
"Tidak mau" Xavier mendekatkan dirinya pada Viera.
Saat ini mereka berada di depan mansion, dekat mobil Viera yang terparkir.
"Viera membolos ya?"
"Tidak" jawab Viera acuh tak acuh.
"Benarkah?" Xavier tersenyum geli. Sebenarnya ia bingung harus bersikap bagaimana menghadapi seorang gadis, tapi nalurinya mengatakan untuk bersikap apa adanya saja. Walaupun terlihat memalukan karena dia seorang ketua mafia, ia tidak peduli.
Yang penting ia ingin meluluhkan Viera!
"Tadi izin kok" jawab Viera sekenanya, ia merogoh kunci mobil di tasnya. Setelah dapat kuncinya dirampas oleh Xavier. "Ihh balikin ngga!"
"Kamu bilang mau mengikuti syaratnya kan? Jadi menurutlah padaku" balas Xavier lembut, ia menyeka keringat dari dahi Viera. Cuaca mulai terik dan matahari mulai pindah ke atas kepala.
"Stop Tuan Xavier! Tau ngga? Geli banget aku-kamu gitu" Viera bergidik ngeri dan merasa sangat geli, bahkan di dunia aslinya aku-kamu itu hanya terdapat jika sedang kumpul keluarganya. Dan ia tidak terbiasa dengan itu, apalagi yang bicara seorang Xavier!
"Terus apa? Sayang gitu?" Xavier kali ini benar-benar tersenyum manis sambil menaik turunkan alisnya.
Viera jadi salah tingkah sendiri, ia melirik kesana kemari untuk tidak menatap mata pria itu. "Kok gitu?"
Pria itu menarik tangannya lembut menuju mobil miliknya, Xavier membukakan pintu untuk Viera.
"Mau kemana?"
"Udah ikut saja ya?"
Viera masuk ke dalam mobil, sebelum ikut masuk Xavier memberikan kunci mobil kepada salah satu anak buahnya.
"Kembalikan mobil ini ke mansion Tuan Sebastiano, jika ada yang bertanya katakan saja Viera bersamaku!"
"Baik Tuan" pengawal itu mengangguk hormat.
Setelahnya Xavier bergegas masuk ke dalam mobil, disampingnya Viera ternyata tengah mengamati gerak geriknya.
"Mobilku gimana?"
"Tenang ya, mobilmu sudah aman" Xavier memberanikan diri untuk mengusap surai Viera lembut. Perlakuan seperti itu malah membuat jantung gadis itu berdetak tidak karuan.
"Ya Tuhan orang ini meresahkan banget!" batinnya menjerit.
Xavier mulai melajukan mobilnya dengan sesekali melirik ke arah Viera yang tengah menikmati perjalanan. Mereka hanya diam saja dan itu membuat Xavier tidak betah. Satu tangannya terulur untuk menggenggam jemari Viera yang lebih kecil darinya.
Lagi-lagi perlakuannya membuat Viera terkaget, ia menatap Xavier terheran-heran.
"Ada apa?" tanya Xavier santai.
"Apa ini?" Viera mengangkat tangan yang di genggam Xavier.
"Ya tangan lah."
Viera menggerutu sebal dengan jawaban dari pria itu, punggung tangannya yang bebas mencoba mengecek dahi Xavier. "Ngga panas kok" gumamnya.
Xavier menghela napasnya, dalam hati ia merutuki tingkah Viera yang tidak peka itu. "Viera, ayolah kerja sama denganku. Aku hanya ingin bersikap lebih baik, jadi kamu harus bersikap lebih peka juga!"
"Peka? Peka ngapain?"
Sungguh jika ini bukan Viera, Xavier pasti sudah menenggelamkan nya di laut lepas. Tapi tidak akan mungkin ia melakukan itu, itu hanyalah ide gilanya!
Disebelahnya Viera tersenyum jahil tanpa Xavier tau. Ya kali seorang Viera tidak peka! Gadis itu hanya ingin melihat saja, apakah perkataan Xavier di markas tadi itu sungguh-sungguh atau hanya bualan saja?
Ia akan mencoba membiarkan Xavier melakukan apapun yang pria itu inginkan, selagi tidak melewati batas Viera akan membiarkan itu.
Lucu juga melihat Xavier saat ini, sangat berbeda dengan pertemuan pertama mereka disaat ia sedang di hadang preman itu.
Suasana di dalam mobil itu tetap sunyi. Walaupun ingin berbicara, Xavier selalu urung karena ia tidak terbiasa juga banyak bicara.
Pria itu tetap menggenggam tangan kecil Viera dan sesekali mengelus punggung tangan gadis itu. Membuatnya bingung bagimana mengekspresikan diri, ia begitu bahagia sekarang!
Setelah memarkirkan mobilnya, mereka sudah sampai di sebuah tempat.
"Ngapain kesini?" Viera bingung, ia tau ini tempat apa. Ia menebak jika gedung yang menjulang tinggi itu adalah sebuah kantor.
"Temani aku bekerja!" pintanya, ah itu adalah sebuah titah yang tidak ingin di tolak. "Mau berjalan sendiri atau aku gendong?" ucapnya kemudian disaat tidak ada tanda-tanda dari Viera yang mau turun dari mobil.
Dengan cepat Viera keluar dari mobil membuat Xavier tekekeh dengan tingkahnya.
Di luar mobil Xavier melepas jasnya lalu memakaikannya ke badan kecil Viera.
"Kenapa pake jas? Gamauu!"
"Diamlah, tidak lihat seragam putihmu itu seperti apa?"
Viera mengalihkan pandangannya. "Ngga ada yang salah kok" gumamnya.
Gadis itu mengenakan seragam putih yang tidak longgar, sehingga dapat mengecap bra nya. Juga seragamnya itu agak crop top, jadi jika ia mengangkat tangan dapat membuat pusarnya terlihat. Dan karena itu Xavier tidak suka! Maksudnya tidak terima jika tubuh Viera di pandang oleh pria lain!
"Tidak ada yang salah, tapi aku tidak suka badan cantikmu dilihat orang lain!"
.
.
.
Bagaimana part ini?
Boleh ngga sih gemes sama ketikan sendiri?
Terimakasih dukungannya♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Moh Rifti
/Rose//Rose//Rose//Kiss//Kiss//Kiss/
2024-05-07
0
Sribundanya Gifran
lanjut thor🌹🌹🌹💪💪💪💪
2024-05-04
0