MULAI DARI AWAL

Arumi memukul lengan Denizh yang terus menerus menggodanya.

"Lalu kenapa jika kamu sudah melihat semuanya? Apa kamu tertarik padaku? Apa kamu ingin melihatnya lagi?" Tantang Arumi.

"Jika kamu mengizinkannya maka aku tidak keberatan" Sahut Denizh seraya tersenyum nakal.

"Hah! Untuk apa aku menunjukkannya padamu, bukankah aku bukan tipemu. Bukankah aku tidak masuk dalam kriteria wanita idamanmu".

Denizh terdiam, ia tidak ingin menanggapi ucapaan Arumi. Denizh melangkah mundur kemudian memandangi seluruh sudut kamar istrinya.

"Apa kamu menyukai kamarmu?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Katakan jika kamu tidak suka. Aku akan mendekor ulang kamar ini untukmu" Sambungnya.

"Tidak perlu! Kamar ini sudah cukup untukku. Lagi pula aku hanya tinggal sendiri, jadi tidak perlu repot- repot untuk mendekor ulang" Tolak Arumi.

Denizh mengangguk pelan kemudian ia kembali memandangi seluruh isi kamar Arumi, kamar itu terlihat bersih dengan perabotan dan barang- barang yang tertata rapi. Kamar itu terlihat sangat nyaman hingga Denizh betah berlama- lana disana.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku. Untuk apa kamu datang kemari?" Tanya Arumi.

"Apakah tidak boleh jika aku mengunjungi kamar istriku sendiri" Denizh balik bertanya.

"Kamar istriku!" Arumi mengerutkan kening mendengar ucapan Denizh.

"Baru kali ini aku mendengar ada seorang suami mengatakan kamar istriku. Setahuku, pasangan yang sudah menikah tidak tinggal di kamar terpisah" Sindir Arumi.

"Kamu bertingkah seperti seorang raja yang memiliki banyak selir dan mereka semua tinggal di kamar istanamu. Kamu akan mendatangi mereka dikamarnya disaat kamu menginginkan mereka. Begitukan! Memangnya aku salah satu dari selirmu itu"

"Hei, jangan mengada- ngada. Aku tidak punya istri lain selain kamu" Sanggah Denizh.

"Ya, istri di atas kertas" Sindir Arumi.

Denizh merasa tersindir mendengar ucapan Arumi, harus ia akui jika dirinya telah membuat kesalahan dengan mengabaikan istrinya itu.

"Tarik kembali ucapanmu itu, aku tidak suka mendengarnya" Ucap Denizh penuh ketegasan.

Arumi kaget melihat reaksi Denizh

"Dia kenapa? Biasanya dia tidak terlalu nanggapi ucapanku.Tapi kenapa hari ini terlihat berbeda".

"Maaf! Aku hanya bercanda" Ucap Arumi menyesal.

"It's ok! Aku juga minta maaf karena telah membuatmu salah paham" Balas Denizh.

Denizh menatap Arumi dan membalas tatapan suaminya, keduanya saling menatap dalam diam.

"Kamu sudah berkunjung kekamarku, lantas apa aku boleh berkunjung kekamarmu?" Tanya Arumi tiba- tiba.

"Tentu saja" Sahut Denizh.

"Benarkah! Kapan aku boleh berkunjung ke kamarmu?" Tanyanya lagi ingin memastikan.

"Terserah. Kamu boleh berkunjung kapanpun kamu mau. Atau,,,,!" Denizh mengayunkan langkah mendekati Arumi.

"Apa kamu ingin berkunjung sekarang?" Tawarnya seraya menunduk tepat di hadapan Arumi.

Arumi kaget karena wajah Denizh begitu dekat dengan wajahnya, namun ia berusaha untuk bersikap tenang.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanyanya.

"Hmm, boleh. Apa yang ingin kamu tanyakan?" Sahut Denizh yang kembali berdiri tegak.

"Apa kamu sudah menerima pernikahan kita?" Tanya Arumi.

"Maksudmu?".

"Apa sekarang kamu sudah mengakui jika aku adalah istrimu?".

"Pertanyaan konyol apa itu. Bukankah kamu memang istriku" Sahut Denizh seraya terkekeh.

Arumi kecewa karena Denizh tidak serius menanggapi pertanyaannya, ia memalingkan wajah, enggan melihat wajah suaminya. Tawa Denizh langsung sirna saat menyadari perubahan wajah Arumi. Tubuh Denizh lebih tinggi dari Arumi yang memiliki tubuh kecil dan imut sehingga Denizh harus sedikit menunduk untuk menyamakan tinggi tubuh mereka.

Denizh kembali menunduk lalu menyentuh dagu Arumi agar melihatnya.

"Apa kamu marah,,,?" Tanya Denizh.

"Tidak. Kenapa aku harus marah. Aku sudah sering menerima penolakanmu. Jadi, aku baik- baik saja" Dusta Arumi.

"Kamu marah!"

"Tidak. Aku bilang aku tidak marah" Sanggah Arumi.

"Kamu memang marah" Denizh semakin memojokkan Arumi.

"Kamu ini kenapa sih? Kenapa kamu,,,,,!"

Cup

sebuah kecupan mendarat bebas di bibir Arumi.

Arumi melongo dengan mata terbelalak lebar, ia berusaha mengendalikan diri yang hampir hilang keseimbangan.

"Dasar cerewet!" Ucap Denizh.

"Jika kamu masih cerewet, aku akan menciummu lagi" Ancam Denizh.

Refleks Arumi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan dan hal itu membuat Denizh kembali tertawa. Namun tawa Denizh hanya sebentar karena setelah itu ia kembali menatap Arumi dengan tajam. Arumi menelan air liur dengan susah payah, tatapan Denizh membuatnya semakin gugup dan gelisah. Sementara itu Denizh tidak peduli meski Arumi risih dengan tatapannya, ia masih betah memandang wajah Arumi hingga ia tidak sadar jika semakin lama wajahnya semakin mendekat dan tubuhnya makin terhuyung kedepan.

"Hmm,,, Den!" Arumi menahan tubuh Denizh saat menyadari wajah pria itu semakin mendekat namun sayangnya Denizh tidak bergeming. Tubuh kecil Arumi mana sanggup melawan tubuh Denizh yang tinggi dan besar.

"Bisakah kamu mundur sedikit, aku tidak nyaman di tatap seperti ini" Ucap Arumi sembari memalingkan wajahnya.

"Aku hanya ingin melihat wajahmu. Apa tidak boleh?" Balas Denizh.

"Ya boleh. Tapi, jangan seperti ini".

"Lalu seperti apa?" Balas Denizh.

"Apa seperti ini!" Denizh menarik tubuh Arumi lalu mengangkat tubuh kecil istrinya tinggi.

"Denizh,,,!" Arumi mengalungkan kedua tangannya ke leher Denizh agar tubuhnya tidak jatuh.

"Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku!" Protes Arumi.

"Tidak mau. Aku akan tetap menggendongmu seperti ini hingga kamu diam" Tolak Denizh.

"Tapi Den,,,,!".

"Jangan banyak bergerak. Kamu mau kejadian semalam terulang lagi" Ancam Denizh.

Arumi seketika terdiam dengan bibirnya tertutup rapat, ucapan Denizh membuatnya merinding. Denizh tersenyum, ternyata ancamannya mampu membuat istrinya takluk.

"Good grils,,,,!" Ucapnya seraya tersenyum.

Setelah memastikan Arumi tenang, Denizh melangkah maju mendekati sebuah meja lalu ia menurunkan Arumi dan mendudukkannya ke atas meja. Tangan Denizh terangkat lalu menyentuh jilbab Arumi sembari berkata

"Boleh aku melihatnya lagi?"

"Hah!"

Arumi belum bisa mencerna ucapan Denizh namun ia sudah kembali di buat terkejut saat tangan Denizh perlahan menyikap jilbabnya. Seketika rambut Arumi terurai bebas setelah jilbab itu tanggal dari kepalanya. Denizh mengusap tanda merah yang ia tinggalkan di leher istrinya sembari tersenyum penuh bangga, tanda yang menunjukkan jika Arumi adalah miliknya.

"Arumi,,,!" Seru Denizh sembari menatap mata istrinya.

"Haruskah kita mulai dari awal?"

Arumi tersentak kaget mendengar ucapan Denizh.

"Aku ingin mencobanya" Sambungnya.

"Aku ingin kita mulai dari awal lagi" Tegasnya lagi.

"Denizh,,,!" Arumi tidak mampu berkata, seketika itu juga hatinya di penuhi bunga- bunga yang bermekaran.

"Aku mengaku salah dan aku minta maaf karena pernah menolak pernikahan ini, tapi kini aku ingin memperbaikinya. Mari kita coba lagi" Ucap Denizh.

"Maukah kamu memulai dari awal lagi bersamaku?" Tanyanya.

"Ya, aku mau. Aku mau kita mulai dari awal lagi" Sahut Arumi penuh haru.

Denizh tersenyum lalu ia langsung memeluk Arumi dengan erat dan Arumi membalas pelukan suaminya dengan hati gembira sekaligus lega.

"Akhirnya aku berhasil meluluhkanmu".

Mungkin cinta itu belum hadir namun peluang itu masih terbuka lebar. Denizh dan Arumi telah membuka hati dan kita hanya bisa menunggu cinta itu datang dan masuk kedalam hati mereka.

♥︎♥︎♥︎

Terpopuler

Comments

SRI HANDAYANI

SRI HANDAYANI

cemungut💪💪💪💪💪

2024-05-05

1

Rosmeini Yazid

Rosmeini Yazid

lanjut Thor!

2024-05-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!