"Kamu tahu, kamu adalah laki- laki paling bodoh yang pernah aku temui di dunia ini. Seandainya saja kamu mengatakan hal ini sejak awal, tentu pernikahan ini tidak akan pernah terjadi".
"Jika kamu tidak bisa menolak perjodohan ini kenapa kamu tidak mengatakannya padaku. Kita pernah bertemu sebelumnya tapi kenapa kamu tidak mengatakan apapun, kamu justru hanya terdiam seolah kamu ikhlas menerima perjodohan ini".
"Jika aku mengatakannya padamu, memang apa yang bisa kamu lakukan?" Tantang Denizh.
"Aku akan menolak perjodohan ini" Ucap Arumi dengan tegas.
"Mungkin ibu akan marah dan kecewa padaku karena aku menolak untuk menikah tapi itu lebih baik dari pada aku harus menikah dengan laki- laki yang tidak menginginkan pernikahan ini".
"Kamu sungguh mengecewakan".
Arumi menghentakkan kakinya ke bumi lalu ia langsung berbalik meninggalkan Denizh yang terus menatapnya penuh keheranan. Hatinya mulai bertanya
"Apakah aku telah melakukan kesalahan? Benarkah jika aku telah salah mengambil keputusan?".
Denizh menyugarkan rambutnya kebelakang, ucapan Arumi barusan terus berputar di otaknya.
"Ah, shittt,,,,!" Umpatnya kesal.
.
Seharian ini Arumi terus memikirkan masalah tersebut, ia memutar otaknya dan mencoba mencari jalan keluar terbaik dari permasalahan yang tengah terjadi saat ini. Lelah karena seharian berpikir, tiba- tiba Arumi merasa perutnya sakit.
"Ah, aku lapar" Gumamnya.
Arumi memutuskan untuk keluar, ia ingin mencari sesuatu untuk menghilangkan rasa laparnya. Ternyata Arumi keluar disaat yang tepat, ia keluar kamar bersamaan dengan kedatangan bik Sumi.
"Ada apa bu?" Tanya Arumi saat melihat bik Sumi datang menghampirinya.
"Tuan meminta bibi agar memanggil nyonya untuk makan malam" Jawab bik Sumi.
"Ternyata perhatian juga".
"Oh, iya bu. Baik" Balasnya.
Arumi mengangguk mengerti, ia kemudian mengikuti bik Sumi menuju ke ruang makan. Di luar dugaannya ternyata Denizh telah berada disana dan ia terlihat sedang menikmati makan malamnya dengan lahap. Tanpa sepatah katapun, Arumi langsung mengambil tempat duduk yang lumayan jauh dari Denizh. Ia sengaja ingin menghindari Denizh karena entah mengapa hatinya masih merasa kesal pada pria itu.
Beberapa menit kemudian, Denizh menyudahi makannya, ia menenguk segelas air hingga tandas tak bersisa. Setelah itu Denizh bangkit dan hendak melangkah pergi namun Arumi menahannya.
"Tunggu,,,!" Suara Arumi menghentikan langkah Denizh.
Denizh berbalik dan melihat Arumi.
"Aku ingin bicara" Ucap Arumi kemudian.
Pandangan keduanya saling bertemu untuk sesaat.
"Selesaikan makanmu, aku akan menunggu di belakang" Sahut Denizh, setelah itu ia pun langsung pergi.
Arumi menghela nafas, kemudian ia kembali melanjutkan makan malamnya sembari memikirkan kata- kata yang tepat yang akan ia bicarakan nanti. Usai makan, Arumi menyempatkan diri membantu bik Sumi untuk membereskan meja makan, ia tidak terbiasa bila orang lain membersihkan piring makan bekasnya. Bik Sumi sempat menolak bantuan Arumi namun Arumi tidak menghiraukannya, ia tetap bersikeras untuk membantu.
Setelah semuanya selesai, Arumi pergi menemui Denizh yang tengah menunggunya di teras belakang. Perlahan ia mendekat dan menghampiri pria yang telah resmi menjadi suaminya itu.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Denizh saat menyadari kedatangan Arumi.
"Aku membantu bu Sumi membereskan meja makan terlebih dahulu" Sahut Arumi.
"Untuk apa kamu membantunya, itu kan sudah menjadi tugasnya".
Arumi tidak menjawab, ia memutuskan untuk duduk di kursi yang bersebelahan dengan Denizh.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Denizh to the point.
Arumi menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan sebelum akhirnya mulai bersuara
"Apa rencanamu selanjutnya?" Arumi balik bertanya.
"Ehhggg,,,!" Denizh mengerutkan keningnya bingung.
"Dia yang mengajakku untuk bicara tapi dia sendiri tidak tahu apa yang mau dibicarakan".
"Maksudku, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya" Arumi mempertegas pertanyaan karena melihat raut kebingungan di wajah Denizh.
"Kita sama- sama sudah tahu jika kita tidak menginginkan pernikahan ini, aku tidak mencintaimu dan begitupun dengan dirimu. Lantas apa selanjutnya? Apa yang harus kita lakukan dengan pernikahan ini?" Tanya Arumi.
"Kamu sendiri bagaimana? Apa yang kamu inginkan sekarang?" Denizh justru balik bertanya. Denizh ingin mengetahui apa yang di inginkan oleh Arumi.
"Kita tidak mungkin membatalkan pernikahan ini bukan? Dan kita juga tidak mungkin bisa menjalani pernikahan ini karena kita tidak saling mencintai" Tegas Arumi.
"Kemaren saja kamu tidak bisa membatalkan perjodohan kita dan aku yakin saat ini kamu juga tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini. Aku tahu kamu tidak akan berani bicara pada orang tuamu tentang masalah ini, kan!".
"Ya kamu benar, aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada mereka" Sahut Denizh.
"Kalau begitu mari kita buat kesepakatan, kesepakatan yang hanya kita berdua yang tahu" Ucap Arumi.
"Maksudmu?" Denizh kembali bertanya.
"Tiga bulan. Mari kita jalani pernikahan ini selama tiga bulan. Aku akan berperan sebagai istrimu dan kamu menjadi suamiku. Kita jalani rumah tangga ini selayaknya pasangan suami istri sesungguhnya. Aku akan menjalani hak dan kewajibanku sebagai istri dan kamu menjalankan kewajibanmu sebagai suami".
"Kamu yakin mampu melakukan itu?" Denizh meragukan ucapan Arumi.
"Bagaimana bisa kita menjalani pernikahan ini seperti pasangan suami istri lainnya sementara kamu sendiri sudah tahu jika kita tidak saling mencintai".
"Itulah sebabnya aku minta waktu tiga bulan padamu. Selama tiga bulan aku akan mencoba untuk mengenalmu dan berusaha mencintaimu" Ucap Arumi.
"Jika dalam waktu tiga bulan aku gagal, maka aku akan melepaskanmu. Aku sendiri yang akan mengurus perceraian kita".
"Hah! Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan" Cela Denizh.
"Lantas apa kamu berharap aku akan jatuh cinta padamu selama tiga bulan itu? Jangan mimpi. Aku bukan orang yang mudah untuk jatuh cinta" Tegasnya.
"Oh ya, apa kamu yakin?" Sindir Arumi.
"Kamu menyindirku?" Seru Denizh.
"Tidak, aku hanya ingin tahu seberapa yakin kamu dengan ucapanmu tadi".
"Kamu tidak perlu meragukan keyakinanku, karena aku yakin seyakin yakin nya jika aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu" Ucapnya dengan Tegas.
"Ok, kalau begitu mari kita lihat. Keyakinan siapa yang akan terwujud, keyakinanku atau keyakinanmu" Tantang Arumi.
"Terserah, terserah apa mau mu. Aku tidak peduli dengan semua omong kosongmu itu" Ucap Denizh.
"Baiklah, mari kita lihat nanti siapa yang akan menjadi pemenang, aku atau kamu" Usai mengatakan hal itu, Denizh langsung bangkit dan bergegas pergi, ia sudah tidak ingin mendengar omong kosong apapun lagi dari bibir Arumi.
Sementara itu Arumi menatap kepergian Denizh dengan hati merana. Dengan terpaksa Arumi harus membuat kesepakatan itu karena ia tidak ingin sang ibu terluka mengetahui prahara rumah tangganya. Sebenarnya Arumi sendiri tidak yakin apakah ia bisa mencintai Denizh, tapi ia berjanji akan berusaha untuk mencintai suaminya tersebut.
Jatuh cinta boleh berulang kali tapi menikah cukup satu kali, itulah prinsip yang selama ini di yakininya. Oleh sebab itu Arumi bertekad akan berusaha untuk membuat Denizh jatuh cinta padanya meski ia tahu hal itu tidak akan mudah.
"Aku pasti bisa membuatmu jatuh cinta padaku, meski aku tahu itu tidak akan mudah".
"Semoga keputusanku kali ini adalah keputusan yang tepat" Ucapnya penuh harap.
"Ya Allah, tolong bantu hamba. Bantu hamba dalam menghadapi masalah ini".
☆
.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Khairul Azam
trs ini nanti hubungan suami istri ( hubungan badan) trs si lakinya ttp gak cinta, ayoo lah jgn bikin crita seperti itu, yg rugi perempuannya
2024-09-12
0
Siti Ashari
bagus sich
2024-07-31
1
Uthie
Mulai suka 👍❤️
2024-05-06
1