Arumi menatap langit dengan tatapan kosong, pikirannya melayang jauh memikirkan ucapan ibunya semalam.
"Ibu sudah menemukan calon yang cocok untukmu. Dia berasal dari keluarga baik- baik. Ibu kenal baik dengan ibunya" Ucap bu Rosna dengan senyum merekah.
Arumi menghela nafas panjang, pikirannya begitu mumet memikirkan banyak hal yang saat ini tengah di hadapinya. Ibunya telah memiliki calon untuknya sementara hatinya telah terpaut pada pria lain. Arumi bingung bagaimana cara menyampaikan masalah ini pada ibunya, ia ragu untuk mengatakan jika dirinya sedang menunggu Ikram sementara Ikram sama sekali tidak memberikan kepastian padanya.
Pernah suatu hari Arumi meminta kejelasan pada Ikram, namun Ikram tidak memberikan kejelasan yang pasti untuknya. Kejadian itu terjadi dua tahun yang lalu, sebelum Ikram berangkat ke Timur Tengah untuk melanjutkan studinya.
"Ibu memintaku untuk menikah" Ucapnya kala itu.
"Lantas, bagaimana tanggapanmu?" Tanya Ikram.
"Aku tidak memberi jawaban apapun, karena aku bingung harus menjawab apa" Jawabnya.
"Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus menerima permintaan ibu?" Tanyanya penuh harap, ia berharap Ikram menahannya dan memintanya untuk menunggu kepulangan dirinya.
"Kamu sudah dewasa Rum, aku yakin kamu pasti bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk hidupmu" Jawab Ikram.
Jlebbb
Bukan itu jawaban yang ingin ia dengar, Arumi ingin Ikram memberikan kepastian untuknya. Arumi ingin tahu apakah Ikram memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.
Setelah itu Ikram pergi dan hingga kini ia tidak tahu kabar dari pria itu. Bagaimana keadaannya?Apakah dia baik- baik saja? Entahlah, Arumi tidak tahu jawabannya. Pernah sekali ia menanyakan kabar Ikram pada orang tuanya, namun mereka hanya tersenyum sembari berucap
"Minta do'anya ya nak Rumi. Semoga Ikram bisa segera kembali dan membawa banyak ilmu untuk kita".
Sejak saat itu, Arumi berusaha untuk tidak lagi memikirkan Ikram, ia mencoba untuk menghapus bayang- bayang pria itu dan membuangnya jauh- jauh. Mungkin memang ini lah jalan yang terbaik untuknya, ia harus move on dan mulai membuka hati untuk pria lain.
Arumi kembali menghela nafas panjang setelah memorinya memutar jauh ke belakang.
"Eh, bu Ar. Disini ternyata" Sapa bu Sarah saat melihat Arumi menyendiri di taman kampus.
"Eh, bu Sarah" Balas Arumi sembari tersenyum manis.
"Bu Ar kok duduk disini? Kenapa di masuk kedalam?" Tanya bu Sarah lagi.
"Ah iya bu, saya hanya sedang mencari udara segar sambil memeriksa tugas mahasiswa" Jawabnya seraya menunjuk tumpukan kertas di atas meja.
"Oh, begitu ya".
"Iya bu".
"Oh iya bu Ar, apa ibu sudah tahu jika beasiswa S3 ke luar negeri sudah keluar?" Tanya bu Sarah.
"Ah, benarkah! Saya belum tahu bu. Apa benar beasiswa itu sudah keluar?" Tanyanya penuh antusias.
"Benar bu, infonya sudah di kirim langsung oleh pak rektor di grup dosen. Apa ibu belum melihatnya?".
"Saya baru keluar dari kelas bu, jadi belum sempat memeriksa ponsel" Jawabnya seraya tersenyum.
"Lah, bu Ar ini bagaimana sih, jangan di jadikan kebiasaan loh. Kita harus memeriksa ponsel kita tiap tiga puluh menit sekali karena siapa tahu ada berita penting" Ucap Bu Sarah.
"Iya, bu. Saya hanya lupa" Jawabnya.
"Ya sudah ya bu Ar, saya permisi dulu. Mau masuk kelas. Jangan lupa pesannya di baca" Ucap bu Sarah seraya melangkah pergi.
"Baik bu, terima kasih infonya" Balas Arumi.
Setelah itu Arumi mencari ponselnya dan ia menemukan benda itu didalam tas. Arumi membuka grup percakapan dosen dan menemukan info beasiswa itu.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah" Ucapnya penuh syukur.
Arumi begitu senang saat melihat namanya keluar sebagai salah satu penerima beasiswa S3 di Jerman. Arumi langsung membereskan seluruh barang- barangnya dan bergegas pulang, ia ingin memberitahukan kabar gembira ini kepada ibunya".
.
Arumi terduduk lesu setelah mendengar ucapan ibunya, ia tidak menduga jika sang ibu tidak menyambut baik kabar bahagia yang ia bawa.
"Untuk apa kamu kuliah jauh- jauh, nduk. Jika kamu ingin melanjutkan kuliah, kamu kan bisa melanjutkannya disini. Bukannya kamu sendiri pernah bilang jika di kampusmu juga ada pendidikan S3 nya" Ucap bu Rosna.
"Tapi ini lain bu, beasiswa ini berasal dari kampus terkenal di Jerman. Banyak orang yang ingin kuliah di kampus itu dan ini juga salah satu mimpi Rumi, bu. Rumi ingin sekali melanjutkan studi di kampus tersebut" Jawab Arumi.
"Terus, jika kamu melanjutkan studimu disana, lantas rencana pernikahanmu bagaimana? Tidak mungkin toh kita meminta calon suamimu untuk menunggu kepulanganmu".
Arumi terdiam, ia bingung harus menjawab apa.
"Jadi menurut ibu, Rumi harus bagaimana?" Tanyanya putus asa.
"Tunda dulu rencana studimu tahun ini dan terimalah lamaran dari anak teman ibu. Setelah menikah nanti, kamu bicarakan masalah ini dengan suamimu. Ibu yakin, dia pasti mengizinkanmu kuliah lagi" Ucap bu Rosna bijak.
"Umurmu sudah menginjak dua puluh sembilan tahun dan sebentar lagi akan genap tiga puluh. Jika kamu menunda pernikahanmu tahun ini untuk melanjutkan kuliah, maka kamu akan menikah di umur berapa? Apa kamu yakin kamu bisa langsung menikah setelah selesai kuliah? Siapa yang bisa menjamin itu. Bagaimana jika tidak ada pria yang melamarmu, nduk? Umurmu akan terus bertambah dan kamu akan menjalani hari tua seorang diri".
"Bu,,,!" Arumi bisa merasakan kekhawatiran ibunya.
"Tidak bisakah Rumi menjalankan keduanya. Rumi akan menikah sesuai dengan permintaan ibu tapi Rumi juga ingin melanjutkan studi Rumi, bu".
"Nduk, semakin tinggi pendidikan seorang perempuan maka semakin sedikit pria yang ingin meminangnya karena mereka merasa rendah diri saat melihat calon istrinya lebih berpendidikan dari dirinya, terlebih lagi jika si perempuan lebih sukses dari pada si pria. Apa menurutmu mereka tidak akan sungkan untuk mendekati perempuan tersebut".
"Rumi! Ibu tidak pernah melarangmu untuk menuntut ilmu setinggi- tingginya, justru ibu bangga jika kamu bisa meraih kesuksesan dalam hidupmu. Tapi bukan hanya itu yang ibu inginkan, hal yang paling utama yang ibu ingin adalah melihatmu menikah dan hidup bahagia bersama suamimu" Ucap bu Rosna.
Arumi semakin tertunduk memikirkan ucapan ibunya.
"Ibu minta pikirkan ucapan ibu baik- baik dan ambillah keputusan yang paling bijak. Ibu tidak menuntut banyak darimu. Ibu hanya ingin kamu bahagia, itu saja" Sambung bu Rosna sembari mengusap wajah putrinya.
"Ya, bu. Rumi tahu. Rumi akan memikirkan ucapan ibu" Balasnya dengan hati terluka.
Malamnya, Arumi tidak dapat tidur, ia terus memikirkan ucapan ibunya. Arumi begitu bingung untuk mengambil keputusan, ia bingung harus memilih yang mana.
Menikah dengan calon pilihan ibunya?
Menunggu kepulangan Ikram?
Atau melanjutkan studinya?
Bingung dan bingung
Manakah yang harus di pilihnya
☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Firza
jadi bingung ya Rum kamu mau pilih yang mana
2024-06-11
0
Firza
salah satu ke khawatiran seorang ibu pada anak gadisnya , udah cukup umur tapi belum juga menikah
2024-06-11
1
Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲
next lanjuuut.... 👌
2024-05-27
1