MEMINTA IZIN

Arumi keluar dari kamar dan hendak melangkah menuju dapur dan disana ia bertemu dengan bik Sumi.

"Itu untuk Denizh?" Tanya Arumi saat melihat bik Sumi mengangkat nampan berisi cangkir kopi dan cemilan.

"Iya, nyonya. Tuan minta di buatkan kopi" Sahut Bik Sumi.

"Mau di bawa kemana?" Tanyanya lagi.

"Keruang kerja tuan, nyonya" Jawab Bik Sumi.

"Diatas" Sela Arumi.

Bik Sumi mengangguk.

Arumi menatap keatas dan tiba- tiba hatinya berbisik:

"Aku harus membicarakan masalah seminar itu pada Denizh".

Arumi memang berniat untuk berbicara dengan Denizh sehabis makan malam, tapi ia tidak sempat melakukan itu karena tiba- tiba mendapat telpon dari rekan sekampusnya.

"Biar saya saja yang mengantarkannya bu, ibu lanjut berberes saja" Tawar Arumi.

"Tapi nyonya".

"Udah, nggak apa- apa bu. Saya bisa kok" Arumi mengambil alih nampan dari tangan bik Sumi lalu membawanya kepada Denizh.

Arumi menaiki anak tangga satu persatu dengan perasaan deg degan karena untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di lantas atas rumah suaminya. Ternyata lantai itu tidak lah terlalu luas, hanya ada satu ruangan besar yang memisahkan dua kamar dan ruangan tersebut langsung menghadap balkon. Dari kedua kamar tersebut, salah satunya adalah kamar Denizh dan satunya lagi adalah ruang kerjanya.

Dengan langkah pasti Arumi berjalan menuju ruang kerja Denizh dan ia langsung mengetuknya pelan.

Tok tok tok

"Masuk" Sahut suara dari dalam.

Arumi mulai membuka pintu lalu dengan perlahan melangkah masuk dan ia sempat terkesima melihat ruang kerja Denizh yang terlihat rapi dan elegan. Arumi terus mendekat hingga sampai di depan meja kerja Denizh lalu meletakkan nampan itu diatas meja. Arumi memperhatikan Denizh yang tampak sibuk dengan berkas- berkas di depan hingga tidak mengetahui kedatangannya.

"Apa kamu sibuk?" Tanya Arumi pada suaminya.

Denizh mengangkat wajahnya dan ia terkejut melihat Arumi di ruang kerjanya.

"Kamu! Bagaimana kamu bisa berada disini?" Tanyanya.

"Aku masuk melalui pintu" Jawab Arumi seraya menunjuk pintu.

"Bukan itu maksudku. Aku bertanya kenapa kamu berada disini?".

"Tadi kamu tidak bertanya seperti itu" Elak Arumi.

Denizh menghela nafas lalu meletakkan berkas di tangannya diatas meja.

"Sekarang katakan, ada apa? Kenapa kamu bisa berada disini?" Tanyanya.

"Aku mengantarkan kopi untukmu" Arumi menunjuk nampan yang berisi kopi.

"Kenapa kamu yang mengantarkan kopi? Dimana bik Sumi" Tanya Denizh.

"Bu Sumi sedang repot membereskan dapur jadi aku membantunya untuk mengantarkan kopimu" Dusta Arumi.

Denizh mengangguk mengerti.

"Lalu kenapa kamu masih disini? Apa kamu tidak ingin pergi?" Ucapnya.

Arumi diam.

"Terima kasih atas kopinya dan sekarang kamu boleh pergi" Usir Denizh.

Denizh kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Hm, Denizh,,,!" Arumi menjeda ucapannya.

"Apa lagi?" Denizh kembali menatap Arumi.

"Aku ingin bicara" Ucap Arumi.

Denizh kembali menghela nafas, lalu bangkit dan melangkah mendekati Arumi.

"Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Apa kamu ingin membuat kesepakatan lagi? Memangnya belum cukup semua kesepakatan yang telah kamu buat sebelumnya? Lalu kesepakatan apa lagi yang kamu inginkan?" Denizh menghujani Arumi dengan rentetan pertanyaan.

"Bukan itu. Aku tidak ingin membahas masalah kesepakatan. Ada masalah lain yang ingin aku bicarakan padamu" Jawab Arumi.

Denizh terdiam, ia menelisik gerak gerik Arumi.

"Apa,,,?" Tanyanya.

"Akhir pekan ini aku harus menghadiri seminar di luar kota dan untuk itu lah aku datang kemari. Aku ingin meminta izin padamu, bolehkan aku pergi?" Tanyannya.

"Untuk apa kamu bertanya, kamu boleh melakukan apapun tanpa harus meminta izin padaku" Jawab Denizh.

"Tapi kamu suamiku, aku tidak bisa pergi begitu saja tanpa izin darimu" Balas Arumi.

"Kalau begitu pergilah, aku tidak akan melarangmu" Ucap Denizh.

"Terima kasih" Ucap Arumi tersenyum riang.

"Baiklah, kembalilah bekerja. Aku akan kembali kekamarku" Sambungnya.

Arumi berbalik lalu melangkah keluar, ia merasa sangat senang karena Denizh tidak mempermasalahkan pekerjaannya, meski sebenarnya ia sedikit kecewa karena waktu kebersamaan mereka akan semakin sedikit. Denizh memberikan waktu satu jam dalam sehari dan itu hanya untuk lima hari saja, artinya Arumi hanya punya waktu lima jam selama satu minggu untuk bisa mendekati Denizh.

Beberapa hari yang lalu Arumi mendapat tawaran untuk mengisi sebuah seminar di kampus yang berada di luar kota namun ia belum memberikan jawaban karena belum meminta izin pada suaminya dan tadi rekannya kembali menelpon untuk meminta jawaban darinya. Sekarang Arumi bisa langsung memberikan jawaban setelah mendapat izin dari suaminya.

♥︎♥︎♥︎

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!