Pesta telah usai, kini saatnya Arumi dan Denizh menjalani kehidupan mereka yang baru, kehidupan baru dalam biduk rumah. Setelah rangkaian ritual pernikahan selesai, Denizh langsung memboyong Arumi pulang ke rumah. Denizh membawa Arumi ke rumah miliknya, rumah yang telah ia persiapkan sejak lama untuk calon istrinya. Sebelumnya, mereka memang telah sepakat untuk tinggal terpisah dari orang tua setelah menikah nanti dan Arumi menyetuinya meski dengan berat hati karena sesungguhnya ia tidak terbiasa tinggal jauh dari ibu dan adiknya.
Dengan pelan, Arumi mengikuti langkah seorang wanita paruh baya yang hendak mengantarnya menuju ke kamar. Wanita itu bernama Sumi, seorang pelayan yang bertugas untuk menjaga dan merawat rumah Denizh.
"Silahkan nyonya, ini kamar anda" Ucap bik Sumi sembari membukakan pintu kamar untuk Arumi.
Arumi sempat terdiam, ia memperhatikan ruangan yang kini tengah berada di hadapannya. Ternyata kamarnya berada di lantai satu dan rumah itu memiliki dua lantai. Arumi mengalihkan pandangannya kelantai atas dan ia bisa langsung menebak jika ada sesuatu yang tidak beres.
"Ini kamar ku, bu,,,?" Tanya Arumi sopan.
"Iya, nyonya. Ini kamar nyonya" Jawab bik Sumi.
"Lalu kamar Denizh dimana?" Tanya Arumi penasaran.
"Kamar tuan Denizh berada di lantai atas nyonya" Jawab bik Sumi sembari menunjuk sebuah kamar yang berada di lantai atas.
"Aaaaahhhh,,,! Jadi diatas ya" Arumi mengangguk mengerti lalu kembali menatap ke lantai atas.
"Jadi, Denizh ingin pisah kamar".
Sekarang Arumi tahu jika Denizh ingin tinggal terpisah dengan dirinya, meskipun mereka tinggal di rumah yang sama namun laki- laki itu tidak ingin tinggal satu kamar dengannya, artinya pria itu hanya ingin tinggal bersama tapi tidak ingin hidup bersama.
"Silahkan nyonya, mari masuk. Saya sudah membereskan kamar nyonya" Ucap bik Sumi lagi.
"Ya, terima kasih bu" Balas Arumi.
Arumi mengikuti bik Sumi dan masuk kedalam kamar, kemudian mereka mulai membereskan barang- barang satu per satu dan merapikankannya ke dalam lemari. Arumi membawa banyak barang dan kebanyakkan dari barang itu berupa buku untuk kebutuhan mengajarnya, tapi itu baru sebagian karena ia masih memiliki banyak buku di rumah ibunya dan ia berniat untuk membawanya secara bertahap.
Usai membereskan kamarnya, Arumi pun keluar. Ia melangkah menyusuri rumah Denizh hingga ke berbagai sudut dan harus di akui rumah itu memang bagus dan nyaman. Arumi memandangi keseluruh bagian rumah hingga tiba- tiba pandangan matanya menangkap sesosok pria yang tengah berdiri di halaman belakang. Arumi langsung mengayunkan langkahnya dan berjalan menuju ke tempat Denizh berada.
"Sepertinya anda harus menjelaskan banyak hal kepada saya pak Denizh" Seru Arumi tiba- tiba hingga mengejutkan Denizh.
Denizh terkejut mendengar suara Arumi, ia berbalik dan melihat gadis berhijab itu kini tengah berdiri dan menatap dirinya.
"Ah, kamu disini!" Balas Denizh.
"Kamu sudah melihat kamarmu?" Tanyanya.
"Kamarmu,,,! Jadi benar jika kami akan tinggal di kamar yang berbeda".
"Bagaimana dengan anda, pak Denizh. Apa anda sudah melihat kamar anda?" Arumi balik bertanya.
Denizh terkejut mendengar jawaban Arumi, ia tidak menyangka jika perempuan itu akan membalasnya dengan pertanyaan yang sama.
"Aku tidak perlu melihatnya karena aku sudah tahu dimana kamarku berada" Jawabnya.
Arumi mengangguk, ia mengerti maksud ucapan Denizh tapi ia masih penasaran kenapa pria itu melakukan hal itu. Kenapa mereka harus tinggal di kamar terpisah padahal mereka telah resmi menjadi suami istri.
"Tolong jelaskan pada saya, pak Denizh. Apa maksud dari semua ini?" Tanyanya.
Denizh menyunggingkan senyum, ternyata perempuan ini lebih berani dari dugaannya.
"Aku rasa kamu pasti sudah tahu apa maksudku, kamu adalah seorang pengajar jadi aku yakin kamu pasti sudah tahu situasi apa yang tengah terjadi saat ini".
Denizh melangkah mendekat dan berdiri tepat di hadapan Arumi lalu menatapnya dalam.
"Dengar baik- baik Arumi. Kita memang sudah menikah, tapi aku ingin kita tinggal terpisah. Aku tidak ingin tinggal satu kamar dengarmu" Tegasnya.
"Kenapa anda melakukan itu?" Arumi kembali bertanya.
"Aku hanya tidak terbiasa tinggal bersama orang asing dalam satu ruangan, jadi aku harap kamu bisa memahami itu" Jawabnya.
"Orang asing! Tapi aku istrimu" Balas Arumi, ia tidak terima dengan panggilan orang asing yang di sematkan untuknya.
"Ya, kamu memang istriku. Tapi itu hanya sebuah status semata karena aku tidak menganggapnya seperti itu. Bagiku, pernikahan ini hanya sebuah formalitas semata".
"Tapi kenapa anda melakukan itu?".
"Karena aku tidak mencintaimu. Aku tidak bisa tinggal satu kamar dengan wanita yang tidak aku cinta" Jawab Denizh.
"Hah!!!" Arumi tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, ini adalah sebuah penghinaan untuknya.
"Lalu kenapa kamu menikahiku?" Tanyanya dengan geram.
"Karena permintaan ibuku" Jawab Denizh singkat.
Arumi tersenyum sinis, laki- laki ini benar- benar berengs ek. Dia menyalahkan ibunya hanya demi membenarkan perbuatannya. Arumi tidak percaya jika ada pria sebere ngsek itu di dunia ini.
"Dengar ya, pak Denizh. Apa menurutmu aku menerima lamaranmu karena aku mencintaimu?" Tanya Arumi.
"Hahhh,,,!Tidak" Jawabnya lagi.
"Asal kamu tahu. Aku menerima pernikahan ini bukan karena aku mencintaimu tapi karena permintaan ibuku juga. Tapi, aku tidak sepengecut dirimu" Tegasnya dengan suara tertahan sembari menunjuknya wajah Denizh.
"Aku bukan pengecut yang lari dari kenyataan lalu malah menyalahkan ibunya atas apa yang terjadi. Aku berbeda denganmu" Sambungnya dengan tatapan mata tajam.
Denizh melotot melihat tangan Arumi menunjuk wajahnya, ia tertegun melihat keberanian perempuan itu yang menatapnya dengan tajam.
"Aku bukan pengecut" Balas Denizh kemudian.
"Jika bukan karena permintaan ibuku, aku tidak akan pernah mau menikah denganmu" Tegasnya.
"Lantas kenapa kamu menikahiku jika kamu tidak mencintaiku" Sergah Arumi dengan suara mulai meninggi.
"Seharusnya kamu menolak perjodohan ini jika kamu tidak menginginkannya" Ucapnya.
"Aku sudah menolaknya" Balas Denizh.
"Sudah berulang kali aku menolak perjodohan ini tapi ibuku terus memaksaku".
"Hah!!!" Arumi memalingkan wajahnya dengan hati kesal.
"Dasar bodoh,,,!" Cibirnya kemudian.
"Kamu bilang apa?" Tanya Denizh ingin memastikan kembali pendengarannya.
"Aku bilang, DASAR BODOH" Teriaknya dengan kencang.
"Kamu!!!" Denizh menggepalkan tangannya tidak terima akan hinaan Arumi terhadap dirinya.
Hilang sudah sosok wanita anggun dan lemah lembut yang selama ini melekat pada diri Arumi, sikap sopan santun yang selama ini di jaganya kini telah hilang melayang jauh. Arumi adalah seorang pakar psikologis, jadi ia paham betul bagaimana harus menghadapi setiap orang yang di temuinya. Semua sikapnya tergantung dengan lawan bicaranya, jika lawannya berkata baik maka baiklah ia tapi jika lawannya berkata buruk maka buruklah balasannya.
☆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ririn Nursisminingsih
gini cewek kyak arumi cerdas and smartmending ikut beasiswa aja kejerman yaa arumu
2024-08-07
0
Sita Sit
yes Arumi ,keren mau,lawan aja suami durjana itu,jangan mau ditindas
2024-07-29
1
Firza
jangan mau kalah dgn Denizh ya Arumii🤣
2024-06-11
3