SULIT DIDEKATI

Bik Sumi sedang menyiapkan makan malam ketika Arumi datang dan langsung turun tangan membantunya di dapur.

"Biar saya bantu ya, bu" Ucap Arumi.

"Tidak usah nyonya. Bibi jangan di bantu. Nyonya langsung ke ruang makan saja, biar bibi yang selesaikan disini" Tolak bik Sumi dengan halus.

"Nggak apa- apa bu, saya bantu rapikan saja" Arumi tetap bersikeras ingin membantu.

Bik Sumi tidak lagi menolak karena melihat Arumi yang langsung bergerak cepat, untuk sesaat beliau tertegun melihat kecekatan istri majikannya dalam membantu dirinya. Arumi membawa makan yang telah bik Sumi siapkan ke meja makan lalu menatanya dengan rapi. Arumi sempat terdiam saat menatap menu makan malam hari ini, setidaknya ada lima jenis menu makanan dan semuanya berbahan dasar daging sapi dan daging ayam, tidak ada menu ikan yang merupakan menu faforitnya.

"Ada apa nyonya? Apa ada yang kurang?" Tanya bik Sumi saat melihat Arumi terdiam.

"Ah, tidak apa- apa bu. Saya hanya ngiler melihat masakan ibu, semuanya terlihat lezat. Saya jadi tidak sabar ingin segera menikmatinya" Dusta Arumi.

"Ah, nyonya bisa saja memujinya, bibi jadi ge er" Ucap bik Sumi tersipu malu.

Arumi tersenyum, dia selalu saja bisa membuat orang lain bahagia dengan pujiannya.

"Oh ya bu, Denizh suka menu makanan seperti ini ya? Semuanya menunya berbahan dasar daging dan selama beberapa hari ini saya tidak melihat lauk ikan" Tanyanya.

"Iya, nyonya. Tuan Denizh sangat menyukai daging dan beliau tidak suka ikan. Selama ini bibi tidak pernah menyiapkan lauk ikan untuk Tuan Denizh" Jelas bik Sumi.

"Oh,,,!" Arumi menganggu mengerti.

"Memangnya kenapa, nyonya? Apa nyonya ingin saya siapkan lauk ikan?" Tanya bik Sumi.

"Tidak perlu bu, saya makan apa yang ada saja. Selera saya gampang kok. Lidah saya mudah diajak kompromi jadi saya bisa makan menu apapun" Jawabnya.

Bik Sumi mengangguk.

Tidak lama kemudian, Denizh datang dan ia langsung mengambil tempat duduk di posisi biasa. Melihat kedatangan suaminya, Arumi langsung meminta bik Sumi untuk kembali ke dapur setelah itu ia pun bergerak cepat untuk melayaninya. Arumi mengambilkan nasi dan beberapa menu makanan untuk suaminya lalu meletakkannya di depan sang suami seraya berkata

"Selamat menikmati" Ucapnya seraya tersenyum manis.

Denizh tidak menyahut, perlakukan Arumi juga tidak menarik perhatiannya. Tanpa sepatah kata pun, Denizh langsung menikmati makanan yang telah diambilkan oleh Arumi dan ia memakannya dengan lahap. Sementara itu Arumi juga mengambil makanan untuk dirinya sendiri namun ia tidak langsung memakan. Arumi justru asyik memperhatikan gerak gerik suaminya yang duduk tepat di hadapannya dan memandanginya tanpa kedip.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Protes Denizh saat menyadari Arumi menatap dirinya.

"Tidak ada apa- apa, aku hanya ingin memandangimu" Jawabnya santai.

"Aku tidak suka di pandangi saat sedang makan" Protes Denizh lagi.

"Lantas kapan aku boleh memandangimu? Selama beberapa hari ini kita bahkan hampir tidak pernah bertemu dan bertegur sapa. Pagi- pagi kamu sudah berangkat kekantor dan pulang menjelang sore, sore kamu sibuk di ruang kerjamu dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun, dan malam harinya kita tidur terpisah, kamu tidur di kamarmu dan aku tidur dikamarku. Lalu kapan kita punya waktu untuk ngobrol? Makanya aku menggunakan waktu makan malam seperti ini untuk ngobrol denganmu" Jelasnya panjang lebar.

Denizh cuek, ia tidak peduli dengan ucapan Arumi.

"Denizh, kita harus buat kesepakatan" Ucap Arumi kemudian.

"Kesepakatan apalagi? Bukahkan kamu sudah membuat banyak kesepakatan sebelumnya. Lalu kesepakatan apa lagi yang kamu inginkan?".

"Aku ingin kamu meluangkan waktu untuk kita" Ucapnya.

Denizh melirik Arumi sekilas kemudian ia melanjutkan kembali makannya.

"Kita sudah satu minggu menikah, Denizh. Tapi kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama. Kita terlihat seperti orang asing yang tidak saling mengenal".

"Kita kan memang orang asing, memang kamu baru menyadari hal itu" Sahut Denizh.

"Maka dari itu aku memintamu untuk meluangkan waktu agar kita bisa menggunakan waktu itu untuk saling mengenal".

"Tidak perlu. Aku rasa aku tidak memerlukan itu" Elak Denizh.

"Tapi aku perlu" Tegas Arumi.

"Aku ingin satu jam dalam sehari kamu menyempatkan waktu agar kita bisa mengobrol dan aku minta satu hari dalam seminggu kamu meluangkan waktumu untuk kita habiskan bersama" Ucap Arumi.

Denizh meletakkan sendok makannya lalu menatap Arumi.

"Aku tidak bisa melakukan itu" Ucapnya.

"Kenapa?" Tanya Arumi.

"Karena aku tidak bisa?" Jawab Denizh.

"Tapi apa alasannya? Kamu tidak bisa menolak begitu begitu saja tanpa alasan yang jelas" Ucap Arumi.

"Dengar baik- baik" Denizh mulai bicara.

"Kalau satu jam sehari aku masih bisa menyetujuinya tapi kalau satu hari dalam seminggu aku tidak bisa mengabulkannya. Kamu harus tahu jika setiap akhir pekan aku harus keluar kota untuk memantau proyek yang sedang perusahaanku tangani dan aku harus lakukan itu selama lima bulan kedepan hingga proyek tersebut selesai. Apa kamu paham?" Jelasnya.

"Setiap akhir pekan?".

"Ya, setiap akhir pekan selama lima bulan" Tegas Denizh.

"Hah, yang benar saja. Jika setiap akhir pekan Denizh keluar kota lalu kapan dia punya waktu untukku. Bagaimana aku bisa mendekatinya jika kami tidak pernah bisa bertemu".

"Kalau begitu izinkan aku ikut denganmu" Pinta Arumi.

"Tidak bisa" Sahut Denizh.

"Kenapa tidak bisa? Aku kan istrimu jadi aku boleh ikut kemanapun kamu pergi".

"Tapi aku tidak mau kamu ikut" Tegas Denizh.

"Aku tidak suka di ikuti kemanapun aku pergi" Sambungnya.

"Tapi Den,,,!".

"Arum,,,!" Panggil Denizh hingga membuat Arumi berhenti bicara.

"Kamu minta waktu tiga bulan dan aku sudah mengabulkan itu, lantas kenapa kamu masih meminta waktuku. Aku membiarkan kamu melakukan apapun di rumah ini tapi jangan pernah mengaturku. Aku punya privasi dan aku tidak suka jika kamu mencampuri kehidupan pribadiku" Ucap Denizh.

Arumi terdiam.

"Pembicaraan kita cukup dan aku tidak ingin membahas masalah ini lagi. Aku ingin makan dengan tenang" Ucap Denizh.

Arumi tidak menyahut apapun, ia hanya menatap Denizh dengan perasaan kesal.

"Denizh pasti sengaja melakukan itu agar kami tidak sering bertemu. Dia sengaja menjaga jarak agar aku tidak bisa mendekatinya. Jika begini terus, waktu tiga bulan tidak akan cukup bagiku. Aku harus melakukan sesuatu kalau tidak semuanya akan sia- sia".

Kenapa Arumi terus ngotot untuk menaklukan Denizh karena ia berkeyakinan jika dirinya bisa melakukan itu. Arumi hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya dan ia akan berusaha untuk mempertahankan pernikahannya dengan Denizh. Andai saja Arumi tahu jika Denizh tidak ingin menikah dengannya tentu ia akan menolak pernikahan itu tapi semua sudah terlanjur terjadi, kini mereka telah resmi menjadi suami istri. Biar bagaimana pun Arumi harus menerima takdir itu dan ia akan tetap berusaha membuat Denizh untuk jatuh cinta padanya. Arumi tidak menginginkan ada perceraian dalam pernikahannya dan tidak pernah mau menjadi seorang janda.

♥︎♥︎♥︎♥︎♥︎

Terpopuler

Comments

Wiwit Wilowati

Wiwit Wilowati

semangat Arumi...maju terus pantang mundur..💪💪😊

2024-05-28

0

Uthie

Uthie

Berjuang Arumi 💪

2024-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!