BAB 14

Beberapa hari kemudian

Drama penculikan Caroline berakhir dengan Bastian ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Fransisco Hills, sang ayah telah menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Bastian tidak berhubungan dengan keluarga Hills dan menyatakan Bastian bukan lagi anggota keluarga Hills dan menyerahkan semuanya kepada pihak berwajib untuk mengurus masalah yang dilakukan oleh Bastian.

"Hahhhh, akhirnya aku bisa menjebloskan Bastian dipenjara. Walaupun aku merasa apa yang dia terima tidak sebanding dengan apa yang dia lakukan padaku" ucap Caroline saat dirinya tengah bersantai didalam kamarnya.

"Sekarang yang harus aku lakukan adalah memulai bisnisku bersama dengan Rossy dan juga menepati janjiku pada Veronica. Aku dengar dia sudah keluar dari rumah sakit" batin Caroline.

"Nona.. tuan Louis datang untuk menemui anda" ucap Vivian dari luar kamarnya.

Caroline yang sedang bersantai langsung terperanjat, "Louis? Untuk apa dia kesini? Apa aku dan dia memiliki janji temu hari ini?" Tanya Caroline.

"Saya kurang tahu nona, hanya saja sepertinya nona harus segera keluar menemui tuan Louis dia tampak sangat frustasi didepan tuan Edward" ucap Vivian polos.

Buru - buru Caroline keluar dari kamarnya dan berlari menuju ruang tamu tempat Louis menunggu bersama dengan ayahnya, sesampainya disana justru ayahnya dan Louis yang tampak terkejut dengan penampilan Caroline bahkan Louis harus memalingkan wajahnya kalau bukan karena intimidasi dari Edward melalui tatapan matanya.

"Caroline!!! Apa-apaan baju yang kau pakai itu?" tanya Edward.

Sejenak Caroline menatap dirinya sendiri, wajahnya langsung memerah mengetahui bahwa dirinya masih memakai lingerie tipis yang dapat memperlihatkan lekuk tubuhnya. "Astaga....!!! Maafkan aku dad!!!

Tak lama kemudian Caroline kembali setelah dia terburu - buru berganti pakaian, wajahnya tertekuk malu apalagi melihat Louis yang tersenyum begitu melihat dirinya. "Pantas saja dia langsung memalingkan wajahnya tadi" batin Caroline.

"Kalian bicaralah dulu, aku harus pergi dengan Theo untuk mengurus sesuatu" ucap Edward seraya berdiri dan mencium pipi Caroline sebelum akhirnya dia meninggalkan Caroline dan Louis saja di ruang tamu.

***

Kedatangan Louis kali ini adalah ingin mengajak Caroline untuk menghadiri pernikahan salah satu kerabat dekat keluarganya, pesta yang akan diadakan nanti malam itu juga akan menjadi ajang bagi Louis untuk memperkenalkan Caroline kepada seluruh keluarganya. Meskipun mereka sudah meresmikan pertunangan mereka beberapa hari yang lalu.

"Kau mengajakku pergi ke pesta pernikahan malam ini? Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya, aku bahkan tidak tahu gaun apa yang akan kupakai nanti" protes Caroline.

Louis menepuk tangannya, dia memanggil Aurora asisten pribadinya. Melihat Caroline memandang Aurora penuh arti segera Louis memperkenalkan asistennya itu, "Caroline, perkenalkan dia Aurora. Kau baru pertama kali bertemu dengannya, dia adalah asistenku yang sudah bekerja denganku cukup lama" kata Louis.

"Perkenalkan nama saya Aurora" perkenalan singkat itu entah kenapa tidak disukai oleh Caroline, dari sorot mata Aurora yang ditujukan padanya dia dapat merasakan bahwa Aurora tidak menyukai dirinya.

"Apa cuma perasaanku saja atau memang dia terlihat meremehkanku" batin Caroline menatap tajam ke arah Aurora.

"Caroline...??" panggil Louis karena Caroline hanya diam tanpa merespon apapun.

"Ah ... iya?? Oh... Salam kenal" jawab Caroline singkat.

Melihat Caroline tampak tidak nyaman dengan Aurora, Louis lalu segera menyuruh Aurora keluar setelah meminta dia menyerahkan sebuah bingkisan pada Caroline.

Bingkisan itu berisi gaun yang cantik, berwarna hijau dengan sedikit kristal dan juga renda - renda. "Aku sudah menyiapkan ini, jadi kau tidak perlu khawatir. Tenang saja aku mengetahui ukuran tubuhmu jadi gaun itu pasti cocok denganmu" ucap Louis lagi.

"Kalau kau hanya ingin menyerahkan gaun ini, kau tidak perlu repot - repot datang kemari kan? Bukankah kau bisa meminta asistenmu untuk mengantarkannya padaku" balas Caroline.

"Aku tidak melakukannya karena aku tahu kau akan langsung menolak ajakanku saat itu juga. Kalau begitu aku pamit dulu, nanti malam aku akan menjemputmu. Aku harap kau tidak berdandan terlalu cantik, karena aku tidak mau kau menjadi incaran pria - pria hidung belang disana" sahut Louis, tak lupa dia juga memeluk Caroline sebelum dia pergi.

Sementara itu dari balik pintu ruang tamu, sepasang mata memandang Louis dengan Caroline dengan tatapan iri dan dengki. "Seharusnya aku yang ada diposisinya" batin Aurora.

***

Malam itu Vivian bekerja keras merias Caroline dan menata rambutnya, keahliannya cukup bisa diacungi jempol. Caroline terlihat sangat cantik dengan riasan sederhana diwajahnya serta hiasan rantai mutiara yang tersemat di rambutnya.

Vivian menatap bangga dengan hasil kerja kerasnya, "Nona.. Kau terlihat cantik sekali. Rupanya keahlianku belum hilang sama sekali. Tuan Louis pasti akan sangat senang melihat nona, bahkan aku yakin tuan Louis akan langsung jatuh hati padamu" ucapnya.

Caroline tertawa terbahak - bahak, "Benar, kau adalah penata rias dan rambut terbaik yang aku miliki" puji Caroline, dia lalu bersiap menemui Louis yang sudah menunggu di ruang tamu sejak satu jam yang lalu.

"Astaga...." batin Caroline ketika dia melihat wajah Louis. Selama ini dia memang berpikir bahwa Louis cukup tampan tapi dengan setelan yang dia pakai membuat ketampanannya jauh bertambah berkali - kali lipat dari biasanya. Begitupun juga dengan Louis yang sekali lagi tampak terpesona dengan penampilan Caroline.

"Hey, sadarlah" sebuah suara di kepalanya seolah mengingatkan Louis untuk kembali ke akal sehatnya.

Sekilas Caroline dapat melihat wajah Louis kembali memerah, karena Louis segera memalingkan wajahnya begitu kedua mata mereka bertemu, "Orang ini.... Apa riasanku begitu buruk sampai dia bersikap seperti itu" geramnya tanpa tahu jika Louis sedang menahan diri dan mengatur degup jantungnya agar kembali normal.

"Aku rasa tuan Louis terpesona dengan anda nona?" bisik Vivian disampingnya yang diragukan oleh Caroline saat itu juga

"Kau sudah siap? Kita bisa berangkat sekarang" ucap Louis sambil mengulurkan tangannya pada Caroline.

Acara pesta pernikahan yang digelar keluarga dekat Louis ini tidak terlalu mewah melihat tidak banyak tamu yang diundang selain kerabat dekat dan keluarga inti saja. Tampak diantara mereka Aurora juga berada disana, dengan memakai gaun merah menyala yang menampakkan bagian da*danya menyembul karena sesak.

"Ada asistenmu disini?" tanya Caroline, Louis menoleh dan menjelaskan bahwa Aurora memang masih termasuk kerabat dekat keluarganya dan dia juga termasuk dalam tamu undangan malam ini. "Ohhh begitu" sahut Caroline.

Mereka berdua cukup lama menikmati pesta itu, Louis mengajak Caroline untuk bertemu dengan kerabat dekatnya dan memperkenalkan mereka satu persatu. "Caroline aku akan menemui pamanku disana sebentar, apa kau mau ikut atau menunggu disini?" tanya Louis.

"Aku tunggu disini saja, jangan terlalu lama. Aku tidak mengenal siapapun disini" pintanya

Louis mengangguk, laki - laki itu segera pergi meninggalkan Caroline. "Aku kira berita yang mengatakan bahwa kau akan menikah dengan Caroline Rexalion hanyalah rumor, tapi ternyata bukan ya? Pantas saja Bastian menjadi gila setelah Caroline mencampakkannya" sebuah suara yang tidak asing terdengar ditelinga Caroline dan membuatnya membalikkan badan untuk mengetahui sumber suara tersebut.

"Patricia?"

Ya, saudara Bastian itu rupanya juga berada di pesta pernikahan itu sebagai teman dari mempelai wanita, "Dari semua orang, kenapa aku harus bertemu belatung menyebalkan seperti dia" batin Caroline kesal.

Patricia berjalan mendekat, "Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau takut aku akan memukulmu karena kau mempermalukan adikku?" tanyanya.

"Untuk apa aku takut, aku sama sekali tidak takut membatalkan pertunangan dengan Bastian daripada aku harus menderita menikah dengan pria seperti dia" balas Caroline.

Patricia terkekeh, "Sikapmu ini seolah - olah kau tidak pernah memiliki perasaan cinta untuknya. Jangan lupa bahwa kita hampir menjadi saudara ipar. Kalau saja kau menikah dengan Bastian, mungkin aku bisa memperlakukanmu dengan baik" kata Patricia.

"Aku tidak tahu kalau kau ternyata sangat haus dengan laki - laki. Belum lama kau membatalkan pernikahanmu kau sudah menggandeng pria lain, apa rumor itu benar bahwa kau adalah gadis bi*nal?" cemooh Patricia.

Tanpa pikir panjang, Caroline mengambil segelas wine dari ata nampan yang dibawa oleh pelayan dan segera menyiramkannya kepada Patricia, "Hah.. rupanya sikap Bastian yang seperti itu turun dari keluarganya. Tidak heran kau seperti ini" balasnya.

"Wanita ja*lang.... Apa yang kau lakukan menyiram wine ketubuhku??" Patrica mendorong Caroline kearah pahatan es berbentuk sepasang angsa yang ada dibelakangnya.

"Caroline....!!!!' Teriak Louis sambil berlari dari tempatnya berdiri.

"Ah sh*it" maki Caroline sebelum pahatan es itu hancur berkeping - keping.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!