Disebuah apartemen kecil tak jauh dari pusat kota, Bastian menghabiskan minuman keras miliknya. Tak terhitung sudah berapa botol yang dia minum untuk menghilangkan kekesalannya.
Sementara itu Veronica tampak berdecih kesal melihat keaadan Bastian seperti itu, setelah dia menidurkan Ophelia dia berjalan mendekati Bastian.
"Kenapa dia bisa seperti itu sih? Membatalkan pernikahan begitu saja didepan banyak orang. Apa dia tidak merasa malu? Memangnya dia pikir dia siapa melakukan hal seperti itu" ucap Veronica yang mencoba untuk menenangkan Bastian yang pastinya sekarang ini sedang kalut.
"Diam kau...!!!! Ini semua karena kau, kalau kau tidak datang. Caroline tidak akan membeberkan hubungan kita. Lagipula bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak datang, kenapa kau malah datang hah!!!!" bentak Bastian.
Veronica kaget bukan main, niatnya ingin menenangkan Bastian tapi dirinya justru malah dibentak seperti itu, "Kenapa jadi kau menyalahkanku. Ophelia merindukanmu. Aku bisa apa kalau dia merengek ingin bertemu denganmu!!" kilah Veronica.
"Jangan konyol, anak sekecil itu yang bahkan belum bisa berbicara ingin bertemu denganku karena rindu??? Kau memang sengaja ingin menghancurkanku kan? Kau tidak senang aku menikah dengan Caroline dan hidup sebagai orang kaya. Jangan - jangan Ophelia bukan anakku" sindir Bastian.
Veronica menjadi geram mendengar ucapan Bastian, meskipun saat ini dia sangat mabuk tapi melihat dia meragukan Ophelia sebagai anak kandungnya membuatnya kesal.
"Pergi kau... Pergi dari sini. Ini adalah apartemen kami. Kalau memang kau tidak percaya Ophelia adalah anakmu, pergi saja kau dari sini. Pemabuk sial" Veronica menyeret Bastian dan memaksanya keluar, tapi karena tenaganya lebih besar Veronica justru limbung saat menyeret Bastian.
"Dasar wanita tidak tahu diri, sepertinya kau harus dihukum" kata Bastian, dia lalu melonggarkan gesper ikat pinggangnya.
Wajah Veronica seketika pucat pasi, sesaat kemudian hanya teriakan Veronica memohon ampun kepada Bastian yang terdengar.
Selang beberapa menit kemudian, Bastian melemparkan ikat pinggangnya ke sembarang arah. "Sebaiknya kau tahu batasanmu saat berbicara denganku. Aku yang membeli apartemen ini, kalau aku mau kau bisa saja kuusir sekarang juga dan tinggal dijalanan. Beraninya kau mengaku ini milikmu" ucapnya.
Veronica terisak, tubuhnya dipenuhi dengan bilur dan luka akibat cam*bukan yang diberikan oleh Bastian.
Sudah beberapa kali Bastian memperlakukan dia seperti ini, tapi karena dia membutuhkan uang untuk Ophelia dia terpaksa menahan diri atas apa yang dilakukan oleh kekasihnya itu.
Beberapa kali Veronica mencoba untuk bekerja secara mandiri, meninggalkan pekerjaanya sebagai seorang penari di klub malam. Namun itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, statusnya sebagai seorang ibu dan memiliki anak yang masih butuh penjagaan dirinya membuatnya tidak bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi. Dirinya tidak mampu menyewa seorang nanny untuk Ophelia.
Sementara uang yang diberikan oleh Bastian selama ini lebih dari cukup untuk dirinya dan juga Ophelia, mengingat Bastian sendiri juga merupakan anak dari keluarga Hill yang cukup terpandang meskipun statusnya di keluarga itu hanyalah sebagai orang luar.
Keberadaan Bastian dikeluarga itu tidak ada artinya sama sekali selain dalam dirinya mengalir darah Fransisco Hills. Bahkan jika dibandingkan dengan Patricia dan Patrick, status Bastian disana tidak lebih seperti pelayan bagi kedua saudaranya itu. Pun begitu, Fransisco masih memberinya uang bulanan dengan jumlah fantastis untuk Bastian.
"Pernikahanku dengan Caroline seharusnya menjadi jembatan untukku agar aku bisa dipilih sebagai penerus Fransisco Hills. Tapi karena aku gagal menikah dengannya, aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh ayah sekarang. Terlebih Patricia dab Patrick, aku yakin mereka sudah memberi tahu soal ini kepada Adeline" pikir Bastian.
"Besok aku akan menemui Caroline, dan membujuk dia untuk kembali denganku. Aku yakin dia masih mencintaiku, dia bahkan memendam perasaan untukku selama lebih dari 8 tahun sebelum kami bertunangan. Bukankah tidak mungkin seseorang bisa semudah itu menghilangkan perasaan cintanya sendiri"
"Iya benar, aku akan menemui Caroline besok. Dia pasti akan kembali padaku kalau aku sedikit berbicara manis dengannya seperti yang biasa aku lakukan" lanjut Bastian lagi.
...****************...
Sementara itu di kediaman Caroline dirinya tidak mampu memejamkan matanya saat itu, pikirannya melayang ke kehidupan sebelum dia kembali ke masa lalu.
Kehidupan yang dia kira akan menjadi kebahagiaannya selama ini. Caroline mencintai Bastian selama 8 tahun, selama ini Bastian selalu bersikap manis terlebih kepada dirinya.
Caroline yang saat itu masih berusia 13 tahun saat pertama kali dirinya bertemu Bastian yang berusia 15 tahun dalam sebuah acara lelang yang diadakan di gedung kesenian milik keluarganya.
Saat itu Caroline sedang mengalami masalah karena dirinya dibully oleh anak - anak seusianya karena ibu kandungnya yang pergi tanpa pamit meninggalkan dirinya dan juga ayahnya.
Bastian lah yang kemudian datang menolong Caroline saat sedang berada dalam kesulitan. Sejak itu Caroline menganggap Bastian adalah pahlawan baginya, dan mereka juga berteman dengan baik.
Karena seringnya mereka bertemu dan bermain bersama, Caroline pun mulai menyukai Bastian hanya saja dirinya tidak berani mengatakan itu pada Bastian.
Sampai akhirnya dia mengatakan kepada Edward bahwa dia ingin menikah dengan Bastian, Edward yang mendengar hal itu tentu saja segera menolak mentah - mentah, karena Edward sudah merencanakan untuk menjodohkan Caroline dengan Louis.
Tak mau mengindahkan permintaan ayahnya untuk memikirkan ulang tentang pernikahannya dengan Bastian, Caroline terus saja memaksa sampai - sampai Caroline melakukan protes dan membuat Edward pun akhirnya mengalah dan menyetujui hubungan Caroline dan Bastian.
"Hhhhh.... Aku sudah dibutakan oleh cinta. Bagaimana bisa aku bersikap seperti itu kepada ayahku sendiri, bahkan aku sampai melakukan protes"
"Aku benar - benar malu dengan diriku sendiri. Kenapa aku bisa sebodoh itu!!!!!" teriak Caroline.
Malam masih cukup panjang, karena dirinya tidak bisa tertidur akhirnya Caroline pun memutuskan untuk berjalan - jalan di taman.
Taman ini masih tetap indah, Willy merawat taman ini dengan baik. Taman peninggalan ibunya 10 tahun yang lalu. "Mommy, kenapa kau pergi meninggalkan kami saat itu. Aku merindukan mommy" lirihnya.
Ketika sedang bersantai dibangku taman, Caroline menyadari keberadaan orang lain didalam taman itu dan dia melihat seorang pria tampak duduk sendirian di bawah sinar bulan dipinggir danau kolam.
"Siapa dia? Apa dia tamu daddy atau pelayan baru? Aku tidak pernah melihatnya" pikir Caroline.
Karena merasa kehadirannya dapat mengganggu, Caroline memutuskan untuk pergi tapi rupanya pria itu justru berdiri dan berjalan menghampirinya, meskipun wajahnya tidak terlalu terlihat jelas karena minim pencahayaan Caroline dapat menebak bahwa pria dihadapannya ini cukup gagah dan tampan.
Postur tubuhnya yang tingga dengan rambut hitamnya membuat Caroline sedikit tertegun melihatnya.
"Ah maaf kalau aku mengganggumu. Aku tidak tahu kalau ada orang disini" kata Caroline.
"Tidak masalah, aku juga ingin beranjak pergi. Kau bisa melanjutkan apa yang ingin kau lakukan disini" kata Pria itu.
Pria itu mulai berjalan meninggalkan Caroline, "Tunggu apa boleh aku tahu siapa dan sedang apa kau disini? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau tamu ayahku?" tanya Caroline.
"Bukan, aku bukan tamu ayahmu" kata pria itu dengan santainya.
Caroline mulai berpikir keras, kalau pria ini bukan tamu dari ayahnya dan juga dirinya itu artinya pria ini adalah orang asing. Karena tidak mungkin jika pria ini adalah kerabat pelayan maka seharusnya dia berada di paviliun khusus pelayan.
"Itu artinya..... Kau seorang pencuri!!!!" teriak Caroline panik.
"Entahlah, mungkin lebih tepatnya justru kau yang sudah mencuri sesuatu dariku" ucapnya sambil mendekatkan wajahnya pada Caroline.
"Apa maksudmu mencuri? Aku bahkan tidak mengenalmu. Bagaimana bisa kau bilang aku mencuri sesuatu darimu?" bantah Caroline.
Bukannya menjawab pria itu malah mencium pipi Caroline dan langsung berlari meninggalkan Caroline yang setiap saat berteriak dan membangunkan semua orang.
"Dasar pria gila......!!!!!!!! Beraninya dia melakukan itu, awas saja aku akan menangkap dan menghajarmu begitu aku menemukanmu!!!!!" Teriaknya begitu dia menyadari bahwa pria tanpa nama itu sudah mencium pipinya.
"Rupanya dia masih sama seperti saat terakhir aku bertemu dengannya. Masih saja penuh semangat" ucap Louis dari kejauhan.
Melihat Caroline tantrum karena dia tiba - tiba menciumnya membuat Louis menggelengkan kepalanya, "Bagaimana bisa dia tidak mengenaliku sama sekali?"
"Mungkin karena penampilanku jauh berubah dari saat yang dulu. Karena sekarang aku jauh lebih tampan" batin Louis dengan penuh percaya diri.
"Sepertinya aku harus segera pergi sebelum Master Edward datang dan memukulku dengan tongkatnya lagi" kekeh Louis yang segera menghilang dari kediaman Caroline
...****************...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments