Chapter 20

Keesokan harinya, “kak....kak,” Rina membangunkan Rudi yang masih terlelap, namun Rudi masih belum bangun juga walau sudah jam 11 siang,

“Kak...bangun udah siang,” ujar Rina.

“Udah ga apa apa Rin, dia cape kali, mungkin di penjara ga tidur nyenyak,” balas Farah.

“Tapi kak Santi kan mau ngomong, bener ga kak Santi ?” tanya Rina kepada Santi yang berdiri di sebelah Farah.

“Dah ga apa apa Rin, gue ngomong ama Farah dan elo aja, ada yang mau gue ceritain,” ujar Santi.

Akhirnya ketiganya duduk di lantai, Santi bercerita kalau dia semalam bermimpi sangat aneh dan mengerikan, mimpinya tentang kejadian yang dia alami ketika di villa milik Doni yang ada di puncak, selagi dia di bawa ke kamar oleh Bambang dan di telanjangi, pintu kamar di buka dengan kencang, Bambang yang sudah setengah telanjang menoleh dan berbalik, kemudian dia langsung melompat ke sebelah Santi karena ketakutan, alasannya karena ada sesosok badut berwajah tengkorak sebesar boneka, berambut seperti api dan senyum lebar mengerikan menghiasi wajahnya masuk ke dalam, badut itu melirik ke arah Santi dengan matanya yang mengerikan.

Wajahnya langsung berubah, senyumnya yang menghadap ke atas menjadi menghadap ke bawah, mata tengkoraknya yang bulat menjadi lancip, badut itu terlihat sangat marah, dia mengangkat pisaunya dan melompat ke atas ranjang berjalan mendekati Bambang yang berteriak teriak ketakutan, tentu saja Santi yang sadar di dalam mimpinya dan berbeda pada saat kejadian, menjadi ketakutan tapi dia tidak berteriak karena dia melihat badut itu mengincar Bambang. Setelah itu, sesuatu yang mengerikan dan menjijikkan terjadi, badut itu memotong bagian bawah Bambang dan tertawa puas seperti kesurupan. Badut itu membiarkan Bambang kesakitan dan melihatnya dengan pandangan sadis.

Kemudian badut itu meninggalkan ruangan dan menutup pintu dengan kencang. Mendadak tubuh Santi seperti di selimuti cahaya terang dan dia langsung terbangun dengan nafas terengah engah  dengan tubuh penuh keringat. Santi melirik jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi, tiba tiba smartphonenya berbunyi, ada sebuah pesan masuk dan pesan itu dari teman kos Bambang yang isinya mengatakan Bambang di larikan ke rumah sakit karena “itu” nya terpotong dan belum di ketahui sebabnya karena Bambang di bawa dalam keadaan pingsan. Santi menjatuhkan smartphonenya dan menutup mulutnya dengan tangan. Dia melihat dengan jelas apa yang di lakukan badut di mimpinya terhadap Bambang.

“Serius lo San ?” tanya Farah.

“Buat apa sih gue bohong,” jawab Santi.

“Hmm makin aneh aja, tapi kak Rudi dari semalam tidur tuh di sebelah ku,” ujar Rina.

“Ya mana mungkin dia juga, secara badut yang gue liat di mimpi paling gedenya hanya sebesar boneka sedangkan Rudi tinggi, lagian mana mungkin juga dia masuk ke mimpi gue, bener ga ? gue pengen cerita aja ama dia,” ujar Santi.

Mendengar ucapan Santi, tentu saja Farah dan Rina yang sudah di ceritakan Rudi semalam saling menoleh dan melihat satu sama lain, tapi Farah langsung memperlihatkan pesan di smartphonenya kepada Rina yang langsung mengangguk ketika membaca pesannya.

“Trus ada yang aneh lagi ga kak ?” tanya Rina.

“Ga ada sih, paling abis itu gue pipis rasanya agak lain,” jawab Santi.

Langsung saja Farah berdiri dan menarik Santi masuk ke dalam kamar mandi, tak lama kemudian keduanya keluar lagi dalam keadaan Santi menangis tersedu sedu.

“Lah kenapa ? masuk santai keluar nangis,” ujar Rina bingung.

“Gue bener bener ga percaya Rin, senengnya ga bisa di ungkapkan dengan kata kata, gue sama sekali ga menyangka bisa seperti ini, gue bisa melupakan semuanya kalau begini,” ujar Santi tersedu.

Farah langsung duduk di sebelah Rina dan mendekatkan wajahnya ke telinga Rina, dia langsung berbisik,

“Rin, dia perawan lagi,” ujar Farah.

“Hah....” teriak Rina kaget.

Tapi mulut Rina langsung di tutup oleh tangan Farah yang kemudian membisikkan kalau ada kemungkinan cerita Rudi semalam benar adanya. Rina menoleh melihat Rudi yang masih mengorok dan menggaruk garuk perutnya. Rina dan Farah yang awalnya menganggap cerita Rudi semalam hanyalah karangan Rudi semata untuk menutupi kebenaran, sekarang mulai percaya ketika mendengar kesaksian Santi yang masih menangis tersedu sedu dan berusaha membersihkan air matanya yang terus keluar dengan tissue.

“Mudah mudahan Lisna juga sama kayak kita ya Far,” ujar Santi terisak.

“Iya San, mudah mudahan, tapi gue rasa bakal sama, semalem gue ajuin request sih hehe,” ujar Farah.

Rina yang mengerti maksud Farah senyum senyum saja sambil mengangguk. Air mata Santi sudah berhenti dan dia membersihkannya dengan tissue, setelah itu,

“Eh Far, Rin, kita keluar makan yu, gue yang bayar, gue mau ngerayain keajaiban sekalian melupakan Bambang, gimana ?” tanya Santi yang masih sedikit terisak.

“Boleh aja sih, tapi dia masih tidur, gimana ?” tanya Farah sambil menunjuk Rudi.

“Biarin aja, kalo di pikir pikir empat hari di penjara, tidur pakai tiker, dia pasti ga bisa tidur di sana, bener juga kak Farah tadi....aku boleh ajak Meli sama Sari ga ?” tanya Rina.

“Ajak aja, biar rame,” balas Santi.

Rina mengambil smartphonenya dan keluar dari kamar untuk menelpon Sari juga Meli, Farah duduk di sebelah ranjang Rudi dan mengusap ngusap keningnya, kemudian dia berbisik di telinga Rudi yang masih tidur dengan lelap,

“Makasih ya beb,” ujar Farah.

Siku Farah menyentuh sesuatu di atas bantal Rudi, dia menoleh dan mengambilnya, ada sebuah amplop di sana, Farah mengintip isinya, dia melihat sebuah buku tabungan lengkap dengan kartu atmnya yang masih baru, dengan perlahan dia mengambil buku itu dan membukanya, buku itu atas nama Rudi, tapi kemudin mata Farrah membulat melihat saldo sebesar 8 juta tercantum di entri pertama buku. Farah buru buru memasukkan buku itu ke amplopnya lagi dan menaruhnya di bawah bantal Rudi. Dia langsung berbalik melihat Santi yang sedang melihat smartphonnya.

“Tapi gimana perasaan lo San sekarang ? masih ngerasa gimana gitu ga ?” tanya Farah.

“Ga tau deh, gue juga masih bingung, makanya gue ngajak makan buat menata perasaan gue, saat ini perasaan gue campur aduk, ngomong ngomong lo udah balikan sama Rudi ?” tanya Santi.

“Udeh sih, baru semalem, dia masih mau terima gue apa adanya, gue bersyukur banget San,” ujar Farah.

“Iya Far, syukur ya, kapan gue bisa dapet cowo sebaik Rudi,” ujar Santi.

“Ntar juga ada, sabar aja,” balas Farah.

“Ngomong ngomong si Rina kok lama ya nelepon doang ?” tanya Santi sambil berdiri.

Dia berjalan ke pintu dan membuka pintu, “ga mau om, lepasin...lepasin,” teriak Rina dari lantai satu dengan kencang. Santi langsung berlari turun ke bawah, dia seorang pria paruh baya yang berpakaian urakan dan berantakan, berambut panjang, sedang memegang tangan Rina.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!