Chapter 9

Setelah mendengar perkataan Meli, tentu saja Rina semakin naik pitam, dia langsung menghampiri Farah,

“Kakak ke sini mau apa ? pergi, jangan ganggu kak Rudi lagi,” teriak Rina.

“R..Rin...maaf, aku kesini mau bicara sama Rudi...aku tidak ada maksud apa apa bener,” ujar Farah.

“Bisa kan lo denger dulu Farah mau ngomong apa,” celetuk Santi.

“Kak Santi jangan ikut ikutan ya, tolong jangan ganggu kak Rudi lagi,” Teriak Rina.

“Tapi Rin, jujur aku harus bicara sama Rudi,” balas Farah.

“Kak Farah bener bener keterlaluan, mau apa lagi sama kak Rudi coba, bukannya udah mau nikah ? (menoleh melihat Meli) lo tahu ga Mel kenapa abang lo mau nikahin dia, tahu ga ?” teriak Rina.

“Rin, tenang dulu ya,” ujar Meli sambil menjulurkan tangan untuk meraih Rina.

“Dia hamil Rin, dia hamil ama abang lo, paham ga lo ? dia ini cewe kak Rudi, dia masih jalan sama kak Rudi waktu hamil ama abang lo, lo tau kagak ?” teriak Rina sambil menampik tangan Meli.

“Plak,” Santi langsung maju menampar pipi Rina sampai Rina terhuyung hampir jatuh, tentu saja Rina tidak  tinggal diam, dia langsung maju menghampiri Santi, tapi Meli dan Sari menangkap Rina dan memeganginya,

“Kurang ajar lo ya, sini maju....lepasin gue...lepasin gue,” teriak Rina sambil meronta.

“Kak Farah, tolong pergi dulu dari sini, aku juga marah kalau kenyataannya seperti ini, jangan bikin suasana jadi semakin keruh, tolong pergi,” ujar Meli kepada Farah dengan nada sedikit tinggi.

“Benar kak, tolong atau aku akan panggil security di sebelah,” tambah Sari.

“Kita pergi Far, ayo....” Santi memegang lengan Farah.

“Ta...tapi San...”

“Udah ayo....” balas Santi memotong ucapan Farah.

Santi menarik Farah keluar dari dalam kos kosan. Para penghuni kos yang kebetulan ada di dalam keluar kamar karena melihat ribut ribut di ruang tamu, ibu kos juga langsung keluar menghampiri ketiganya,

“Ada apa ini ?” tanya ibu kos.

“Tidak apa apa bu, maaf ya bu, ayo Rin, kita naik,” ajak Meli.

“Iya Rin, ayo,” tambah Sari.

Keduanya langsung membawa Rina yang masih emosi naik ke atas dan membawa Rina masuk kembali ke kamarnya. Begitu sudah di dalam, ketiganya diam, tidak ada yang berbicara sedikit pun. Setelah beberapa saat dan Rina sudah lumayan tenang, Rina melirik ke arah Meli,

“Maafin gue ya Mel, gue jadi melampiaskannya ke elo Mel,” ujar Rina.

“Ga apa apa Rin, kalau gini caranya, gue juga jadi marah dan kagak setuju, abang gue emang udah kelewatan, bego dasar, gue ngerti perasaan lo Rin, gue aja panas,” ujar Meli sambil memeluk Rina.

“Jadi sebenernya kak Farah yang tadi mantan kak Rudi ya Rin ?” tanya Sari.

Rina tidak menjawab, dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan Sari, Meli langsung melirik kepada Sari supaya jangan bertanya soal itu lagi sementara ini. Sari mengerti dan dia kembali diam tidak bertanya lagi. Rina menoleh melihat jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam lima sore,

“Kak Rudi kemana ya ? kok belum balik balik sih,” ujar Rina.

“Coba telepon aja Rin,” balas Meli.

Rina mengambil smartphonenya, “dling,” sebuah pesan masuk ketika dia mengangkat smartphone dari meja, Rina langsung melihat layarnya dan membuka pesannya, ternyata pesan itu dari Rudi yang mengatakan dirinya sekarang sedang ada di polsek dan minta Rina menunggunya di rumah.

“Hah...kakak di polsek, kenapa lagi sih ini, ga ada abisnya,” ujar Rina.

“Serius lo Rin ?” tanya Meli

“Driing...dring...dring,” tiba tiba smartphone Meli berbunyi, dia langsung mengambilnya dari kantung kemejanya dan mengangkat teleponnya.

“Ya halo pah,”

Meli diam sepertinya mendengarkan ayahnya sedang bicara di telepon, tiba tiba wajahnya berubah dan langsung melirik Rina juga Sari yang ada di depannya,

“Hah...kak Doni nabrak orang ? sekarang di polsek ? iya pah...iya pah...iya, aku bentar lagi pulang,” ujar Meli.

Meli menutup teleponnya, dia langsung mengangkat tangannya seakan akan ingin membanting teleponnya tapi rupanya akal sehatnya masih ada, wajahnya menjadi sangat merah,

“Kenapa Mel ?” tanya Rina.

“Bokap, dia lagi otw ke polsek dari kantor, abang goblok gue nabrak orang, sekarang di tahan di polsek, gue rasa ada hubungannya dengan kak Rudi nih Rin,” jawab Meli.

“Lah ngapain juga kak Rudi ikut ikutan, parah lah,” balas Rina.

******

Kembali ke tiga setengah jam sebelumnya, ketika Rudi keluar dari kamar, dia turun ke bawah dan keluar dari kos kosan, tiba tiba sebuah mobil mini van berhenti di sebelah Rudi, tentu saja Rudi langsung menoleh, kaca mobil di buka dan ternyata yang ada di dalam adalah Doni dengan wajah yang sangat kusut.

“Rud...” tegur Doni.

Rudi tidak memperdulikannya, dia berjalan karena malas meladeni Doni, tapi ternyata Doni malah mengikutinya dengan mobil,

“Rud...boleh ga gue ngomong bentar,” teriak Doni dari dalam.

“Mau apa lagi lo ?” tanya Rudi geram.

Rudi kembali menoleh, dia tidak perduli melihat Doni yang sedang mengajaknya berbicara, Rudi melangkah pergi, tapi Doni malah turun dari mobil dan langsung menghampiri Rudi, dia berdiri di depan Rudi.

“Apa ?” tanya Rudi yang sudah siap kalau memang harus berkelahi.

Tiba tiba Doni berlutut di depan Rudi seperti orang sedang melamar kekasihnya walau terkesan sangat tidak romantis. Doni memegang kaki Rudi membuat Rudi menjadi kaget dan menarik kakinya,

“Apa apaan sih lo,” teriak Rudi.

“Tolong Rud, denger dulu, gue tahu dosa gue gede banget ama lo, tolong ijinin gue ngomong, bentar aja,” ujar Doni dengan nada memelas.

Melihat banyak yang menonton dan melihat ke arah acara lamaran yang tidak romantis itu, Rudi menjadi malu, dia langsung maju.

“Ya udeh, mau ngomong apaan, dasar gila lo, di tengah jalan kayak gini, udah cepet ngomong,” ujar Rudi.

“Naek ke mobil, ga mungkin kan kita ngobrol di jalanan gini,” ujar Doni.

“Iye iye, cepet, banyak orang liat, dasar stress lo,” ujar Rudi.

Akhirnya Rudi naik ke dalam mobil bersama Doni, mereka langsung pergi menjauh dari lokasi kos kosan Rudi. Di jalan, Doni bercerita kalau dia di usir ama papanya semalam karena telah menghamili Farah dan papanya tidak mau memberikan uang sepeser pun untuk Doni, setelah itu, Doni dan Farah pergi dari rumah dan berputar putar di jakarta tanpa arah tujuan. Sepanjang perjalanan, Farah menjadi marah dan membandingkan dirinya dengan Rudi. Karena naik pitam karena merasa tertekan setelah di marahi oleh papanya, Doni membentak Farah dan minta Farah menggugurkan kandungannya.

Mendengar itu, tentu saja Farah langsung tertegun dan menangis, dia langsung turun dan memanggil taksi untuk pulang ke rumahnya. Doni yang menyesal karena melontarkan kata kata itu terpaksa mengikuti taksi dan bertandang ke rumah Farah untuk minta maaf, tapi jangankan mengijinkan masuk, Farah sama sekali tidak mau mengangkat telepon atau membalas pesan bahkan Farah minta tolong pada adik laki lakinya memanggil security untuk mengusir Doni dari depan rumahnya. Doni tidak menyerah, semalaman dia menunggu di depan komplek perumahan Farah sambil terus menghubungi Farah. Tapi Farah sama sekali tidak meladeninya.

Setelah semalaman menunggu, sekitar waktu makan siang, Farah terlihat keluar menggunakan ojek menuju ke kampus. Doni langsung mengikutinya, tapi ternyata tidak ke kampus melainkan janji dengan Santi.

“Hmm...berarti abis Santi makan bareng gue tadi, mereka ketemuan,” ujar Rudi dalam hati.

“Nah trus giliran gue samperin, si Santi malah nyolot ke gue dan narik Farah pergi, rasanya Farah udah cerita sama Santi,” ujar Doni meneruskan.

“Lah trus apa urusannya ama gue ?” tanya Rudi.

“Gue mau minta tolong lo, bisa ga lo nelponin Farah, bilang gue minta maaf ?” tanya Doni.

Mendengar ucapan Doni, Rudi langsung naik pitam, tangannya sudah mengangkat siap memukul tapi karena dia melihat Doni sedang mengemudikan mobil, dia menurunkan lagi tangannya.

“Berenti Don,” ujar Rudi.

“Lah kenapa, tolong Rud, bantuin gue,” ujar Doni.

“Ogah, berenti, jangan bikin gue lebih marah dari ini,” balas Rudi.

“Lo jangan gitu Rud, ini kan demi Farah juga, gue mau rujuk lagi ama dia, gue tahu gue salah Rud, semalem gue emosi, bener...gue ga ada maksud ngomong gitu ke Farah,” balas Doni sambil menangis.

“Lo kelewatan ya, mau berenti ga lo, gue buka kaca gue tereak nih,” ujar Rudi semakin geram.

“Iye iye gue berenti, sorry,” balas Doni sambil membelokkan mobilnya tiba tiba.

“Ckiiiiit,” “teeeeeeet,” terdengar suara motor mengerem dan membunyikan klakson, “bruaaaak,” mobil Doni menghantam sebuah motor pengemudi ojek online yang menyalip bersama penumpangnya. Motor mereka langsung terpental menghantam mobil di sebelahnya dan jatuh terguling guling, Doni langsung menghentikan mobilnya yang masih melintang di tengah. Beberapa pengemudi ojek online memarkir motor mereka dan menolong pengemudi ojek yang jatuh.

“Gila lo, lo nabrak orang Don....” teriak Rudi panik.

“Abis gimana...lo minta berenti...sekarang gimana...aduh...gimana....” teriak Doni panik.

“Brak...brak...brak,” “Woi turuuun,” teriak seorang pengemudi ojek online yang memukul kaca pengemudi. Doni yang ketakutan tentu saja tidak turun, beberapa orang datang mengerubungi mobil. Rudi juga menjadi takut terbawa bawa dan tidak berani turun, akhirnya seorang pengemudi ojek memecahkan kaca pengemudi dan membuka paksa pintu dari luar, mereka menarik Doni turun, seorang pengemudi ojek mengambil kunci mobil Doni. Namun sebelum Doni di hakimi massa, polisi datang ke lokasi dan menyelamatkan Doni.

Rudi turun dari dalam mobil menghampiri polisi yang sedang melihat kondisi korban. Rudi tersentak kaget, pengemudi ojek online tidak terlihat terluka parah, namun penumpangnya adalah seorang murid sekolah dasar, Rudi langsung berdoa karena wajah sang murid sd sudah di tutupi oleh kain dengan kata lain di meninggal di tempat. Setelah itu, Doni di gelandang ke polsek bersama Rudi yang di mintai keterangan sebagai saksi kejadian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!