Part 7. Kamu ingin ciuman

"Terimakasih pak, ini uangnya."

"Iya sama-sama neng."

Setelah memberikan uang pada supir angkot tersebut. Elina berbalik berdiri tepat didepan gedung menjulang tinggi disana. Mulutnya sampai menganga menatap perusahaan besar milik Vanno. Katanya perusahaan itu berjalan di bidang hiburan. Dan sudah banyak artis terkenal dari perusahaan entertainment Gahendra. Sampai ada juga yang mendunia.

"Maaf mbak anda ini siapa kenapa tidak mengenakan kartu pengenal seperti karyawan lain," ucap pak satpam tersebut yang melihat Elina akan masuk tanpa kartu pengenal.

"Anu itu saya mau datang melamar pekerjaan disini," sahut Elina. Karena memang Vanno sendiri yang bilang pada Elina di perusahaannya ada lowongan kerja. Jadi ia berani datang kalau tidak diundang langsung.

Pak satpam mengangguk-angguk.

"Oh dia rupanya yang dikatakan bos Vanno untuk melamar pekerjaan tempo hari itu, tapi baru kali ini bos peduli dengan orang lain sampai dia beritahu saya kalau wanita ini akan datang ke kantor," batinnya seraya membukakan pintu untuk Elina.

Sedangkan wanita itu keheranan kenapa harus dibukakan dia 'kan bisa sendiri 'kan ia tak enak hati sekarang.

Elina terburu-buru masuk. Didalam sana karyawan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Salah satu karyawan wanita berjalan menghampiri Elina yang tampak berdiam diri. Karna Elina tak tahu berbuat apa karena banyak sekali orang berlalu lalang. Dia takut menganggu mereka. 'Kan jabatannya juga tidaklah tinggi disana.

Seorang wanita bergaya khas modis memegangi pundak Elina.

"Nona Elina betul tidak, perkenalkan nama saya Tari senang bertemu dengan pengganti asisten bos Vanno ternyata dilihat langsung nona sangat cantik sekali," ujar Tari memperkenalkan dirinya sambil terus tersenyum ramah.

"I-iya benar nama saya Elina, tapi kayaknya kamu salah orang deh soalnya saya melamar jadi obe disini," jawab Elina.

"Nggak kok nona sudah dipilih langsung menggantikan saya menjadi asisten pribadi bos Vanno kamu nggak perlu takut nanti saya ajarin beberapa hal untuk kamu pelajari."

"Tunggu sebentar saya masih nggak ngerti saya diberikan posisi asisten pribadi tuan Vanno?"

"Nanti bos Vanno yang menjelaskan pada nona sekarang kita pergi ke ruangannya dulu."

Elina berjalan dibelakang Tari. Mereka berdua sampai didepan ruangan. Tari membuka pintu. Lalu, mereka berdua masuk kesana. Vanno yang tengah memeriksa berkas di mejanya. Menoleh kearah Elina dan menyungging senyum manis.

"Tari kamu bisa keluar."

"Baik bos muda."

Tari membungkuk setelahnya berlalu pergi.

"Duduklah kenapa berdiri disitu."

"A-iya tuan."

Elina berlari kecil dan duduk di kursi berhadapan dengan Vanno. Pria itu menyerahkan selembar kertas dan pulpen kepada Elina. gadis itu membaca serius setelahnya melirik Vanno yang juga menatapnya terus.

"Kamu tertarik dengan perkejaan jadi asisten pribadi ku, lumayan loh gaji yang saya tawarkan langsung," kata Vanno menawarkan gaji tinggi pada Elina.

Elina yang tampak ragu-ragu hanya terdiam saja. Dia masih memikirkan tawaran yang diberikan Vanno memang benar sangat menguntungkan, tapi dia merasa tak pantas dengan posisi itu sedangkan masih banyak yang lebih layak dibandingkan dirinya yang sekedar tamatan SMA.

"Elina kesempatan tidak datang dua kali maka dari itu pikirkanlah baik-baik kamu harus beri keputusan itu sekarang," jelas Vanno tatapan hangat yang dilihat gadis itu serasa tak bisa menolaknya.

"Sebelum saya terima kontrak ini, apa saya boleh bertanya kenapa tuan mau jadikan saya asisten pribadi anda padahal saya cuma tamatan SMA apa tuan Vanno tidak salah pilih orang?" tanya Elina serius.

Pria itu hanya tertawa saja memang apa yang lucu dengan pertanyaannya.

"Bagus kamu bertanya soal itu saya tambah suka kamu Elina."

Seketika rona-rona di pipi Elina tak dapat disembunyikan lagi. Hatinya lagi-lagi deg-degan karena ulah pria itu. Kenapa dia selalu berbicara seperti itu Elina bisa salah paham kalau Vanno menyukainya?

"Pipi kamu kenapa merah, apa kamu sakit?"

Kini tangan Vanno menyentuh kedua pipi gadis itu. Dia terlihat cemas berbeda dengan yang ada di pikirkan Elina, ia mengira akan diberi kecupan. Karena gadis itu sudah siap menutup mata dan bibirnya manyun ke depan.

Vanno menyadari kelakuan gadis dihadapannya langsung tertawa lepas sampai memegangi perutnya karena sakit lantaran tertawa lama.

Elina bingung kepalanya dimiringkan kesamping.

"Kamu ingin ciuman," ujar Vanno menyeringai yang berdiri tepat dihadapan gadis itu dengan meletakkan kedua telapak tangannya keatas meja.

Tatapan mereka bertemu satu sama lain.

Elina memalingkan wajahnya tak sanggup menatap lama nanti bisa-bisa jantungnya copot.

"Apa bibirmu tidak perawan lagi," lanjutnya ada nada kekecewaan.

"Hah?"

"Karena saya pria kedua jadi kamu tidak mau berciuman dengan saya."

Elina menggeleng cepat. Bukan itu maksudnya akan tetapi faktanya memang dia tak perawan lagi. Benar. Dan sekarang dia takkan percaya diri mendekati Vanno yang sangat baik padanya. Perempuan kotor sepertinya sudah sepantasnya sadar diri.

"Tuan kapan saya bisa mulai bekerja." Elina mengganti topik pembicaraan mereka.

"Terserah kamu kapan bisanya."

"Saya sibuk hari ini bisa 'kan besok saya datang ke kantor."

"Iya tentu."

Elina berdiri kemudian melangkah cepat keluar pintu.

Sedangkan Vanno tak henti menatap gadis itu sampai dia tak terlihat lagi.

"Sepertinya dia memiliki kekasih ya," batinnya kecewa menghela napas sesaat.

Sementara dilain tempat sebuah gudang rusak tak terpakai lagi. Di sana Karina disekap sebelum ia kembali ke apartemennya segerombolan orang tak dikenali datang menangkapnya tiba-tiba. Lalu, membawa Karina ke gudang itu.

Seseorang membuka penutup mata Karina. "Dia kah gadis yang disukai Damian?" tanya Rosalina menatap tak suka pada gadis itu.

"Bukan, dia teman gadis itu nyonya," jawab Gery.

"SIAPA KALIAN HAH! MAU KALIAN APAKAN ELINA!!" Karina berteriak keras memberontak ditempat duduknya.

Plak!

Tamparan sangat keras ke pipi Karina. Rosalina melototi gadis itu.

"Jangan pernah bernada tinggi dihadapan ku gadis rendahan," murka Rosalina seraya membisik pada Gery. "Saya tidak mau tahu gadis itu harus ditemukan." Setelahnya dia benar-benar pergi dari sana.

"Kalian berdua lepaskan dia," perintah Gery tiba-tiba mengejutkan Karina dan kedua anak buahnya.

"Apa yang kalian tunggu lepaskan wanita itu," sentak pria itu lagi.

Kemudian kedua anak buahnya melepaskan semua tali yang terikat ditangan dan juga kaki Karina.

"Pergilah aku melepaskan mu."

Karina dengan cepat berlari pergi dari mereka.

"Bos bagaimana kalau nyonya tahu teman gadis itu dilepaskan?" tanya salah satu anak buahnya.

Gery tersenyum smirk.

"Ini adalah salah satu rencana ku biar gadis ini yang menunjukkan jalan dimana Elina berada sekarang."

Kedua pria berotot itu langsung tertawa.

"Kenapa kalian tertawa disini hah! Lakukan tugas kalian cepat."

"Tugas apa bos?"

"Awasi gadis itu bodoh!"

"Ba-baik bos!"

Kedua orang itu bergegas menjalankan tugas mereka.

Gery yang masih disana hanya bisa geleng-geleng kepala. Orang suruhannya cuma andalkan otot, tapi otak tidak ada isinya sama sekali.

BERSAMBUNG…

Vanno: Kamu ingin ciuman.

Author: Iya bang ganteng saya mau banget ummuah😚

VISUAL ELINA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!