Part 2. Lima tahun kemudian

"Mama!"

Seorang anak kecil laki-laki berlari kecil sambil memanggil-manggil nama ibunya. Anak itu bernama Egi yang telah menginjak usia lima tahun. Ditangan kecilnya dia membawa hasil ulangannya pada sang ibu dengan bersemangat  melompat memeluk leher dari belakang tubuh Elina.

Ya, dialah anak hasil luar nikah Elina bersama pria yang pernah tidur dengan wanita itu lima tahun lalu. Elina telah memberitahukan tentang ini pada keluarga dan sahabatnya mereka semua sudah menerima Egi sebagai anaknya.

Hanya saja yang ditakutkan wanita berusia 25 tahun itu dilain hari dimana ia akan bertemu ayah kandung Egi. Misalnya pria itu tahu kalau Egi adalah anaknya dan akan membawa Egi bersamanya. Memikirkan hal itu Elina sangat takut tak rela bila Egi dipisahkan dengan dirinya. Iya memang pria itu berhak atas Egi tapi yang merawat dan membesarkan Egi adalah Elina.

"Mama, ada apa anda baik-baik saja kan?" tanya Luca khawatir melihat wajah pucat sang ibu.

Elina spontan menggelengkan kepala. Sebisa mungkin menyunggingkan senyum pada Egi.

"Egi tak perlu khawatir mama baik-baik saja lihat aku menggendong mu yang berat ini," goda Elina mengatakan bobot tubuh Egi berat.

Egi memalingkan wajahnya sambil memanyunkan bibir ngambek. Haruskah Elina selalu jujur. Ini sangat menyebalkan.

Elina terkekeh ia suka sekali menggoda anak itu tingkah lucu Egi sangat menggemaskan.

"Kalau tertawa terus nanti lalat masuk ke mulut mu," ledek Egi pada Elina karena menertawainya. Malah lebih gemesin lagi.

"Hahaha, iya deh mama gak lagi ketawain Egi."

Anak itu kembali ceria merasa dia telah menang karna Elina mengalah.

"Lihat ma, aku dapat nilai A ulangan bahasa Inggris loh," ucap Egi sumringah sembari menyodorkan kertas ulangannya.

"Wah, anak mama pinter banget sih. Kalau gitu mama traktir makan eskrim mau nggak," ajak Elina yang langsung dapat anggukan senang Egi.

Elina pergi ke minimarket secara kebetulan ada satu yang dekat disekolah.

"Mama aku mau eskrim coklat," pinta Egi sembari menarik ujung baju Elina.

"Iya, tapi kau duduk disana  tunggu mama biar nanti mama yang beliin buat Egi."

Egi mengangguk-angguk. Kemudian berjalan ke tempat duduk yang disediakan disana. Sedangkan itu Elina mencari letak yang ditempati makanan dingin itu.

"Oh, rupanya disini. Hmm,,,,,, kenapa banyak merek eskrim rasa coklat mana yang disukai Egi ya?"

Tangan Elina terulur mengambil eskrim coklat tapi didahului oleh seseorang.

"Maaf aku mengambilnya lebih dulu. Sepertinya kau sangat menginginkan eskrim ini ya, nah ambilah aku memberikannya padamu." Pria tersebut menyodorkan pembungkus eskrim pada Elina sembari tersenyum ramah.

Seketika Elina tersipu malu senyuman pria itu lebih manis dibandingkan eskrim manapun. Elina fokus kembali dia menerima eskrim pemberian orang itu. Sebelum beranjak pria bersetelan hitam rapi seperti halnya pekerja kantoran memberikan sebuah kartu nama pada Elina. Katanya ada lowongan kerja di perusahaannya.

Elina sangat beruntung bisa bertemu dengan pria tadi. Wanita itu melirik kartu ditangannya.

Vanno Gahendra. Perusahaan Gahendra group.

"Vanno Gahendra nama yang bagus," gumam Elina.

Setelah membelikan Egi eskrim ke minimarket ibu dan anak itu kembali ke rumah sederhana mereka. Rumah orangtuanya tepatnya. Sebenarnya Elina ingin pindah, namun kedua orangtuanya melarangnya untuk pergi apalagi Elina belum mendapatkan pekerjaan dan harus membiayai Egi sekolah. Tetapi dia yakin akan pindah setelah melamar pekerjaan di perusahaan entertainment Gahendra group. Dan malam ini Elina harus membicarakan pada orangtuanya.

"Kau mau bicara hal serius apa na?" ujar wanita paru baya ibu Elina.

"Aku berencana pindah ke Jakarta lagi Bu, kalau disini susah dapat pekerjaan tapi di Jakarta itu luas banyak yang pasti nerima aku kerja," jelas Elina mengharap ibunya akan setuju kalau dia pergi ke Jakarta.

"Ibu nggak setuju kalau cuma jadi pelayan memangnya itu cukup untukmu dengan Luca," tolak halus Bu Ayu.

"Bu cobalah mengerti Elina ingin mandiri seperti teman-temanku aku juga tak ingin jadi pelayan saja. Elina akan kerja ke perusahaan besar Bu."

Mata Bu Ayu terbelalak agak kaget.

"Masa sih kamu 'kan cuma tamatan SMA mana bisa kerja ke perusahaan palingan jadi obe," cicit Bu Ayu.

"Tapikan jadi obe gajinya lumayan banyak dari pada pelayan Bu."

"Memangnya sudah yakin dengan keputusanmu. Apa kamu nggak trauma tentang pria itu."

Elina menggeleng cepat.

"Tidak Bu aku tak ragu sekarang hanya Egi yang aku pikirkan dan soal pria itu aku sudah melupakannya jadi ibu tenang saja."

Bu Ayu pasrah keputusan putri semata wayangnya sudah bulat dia hanya bisa mendoakan agar Elina dan cucunya baik-baik saja disana.

***

Dua hari kemudian. Di halte bis menuju ke Jakarta, disana kedua orang tua Elina mengantarkan putrinya dan cucunya itu mengunakan mobil RT di desa. Setelahnya mereka saling berpelukan pak Danu menasehati Elina agar menjaga Egi dan setibanya mereka harus mengabari biar ayah dan ibunya tidak khawatir bila terjadi sesuatu.

Didalam bis Elina terus terjaga sedangkan anak laki-laki itu tertidur pulas dipundaknya. Elina menoleh kearah jendela melihat pemandangan kota Jakarta. Beberapa jam menempuh perjalanan panjang akhirnya Elina tiba di apartemen Karina sahabat seperjuangan saat di Jakarta dulu.

Seingatnya Karina masih tinggal di apartemennya entah kalau sahabatnya sudah pindah atau belum kan bisa dicoba dulu kan siapa yang tahu Karina masih tinggal disana.

Tok…Tok… Tok…

Suara ketukan pintu.

Masih tak ada jawaban dari dalam. Elina sedikit kecewa.

"Teman mama mungkin masih tidur ketuk lagi pintunya," saran  polos Egi berharap teman ibunya masih didalam.

Elina berjongkok sejajar dengan  Egi dia menatap anak kecil itu sedih.

"Kita pergi sekarang ya, kayanya teman mama udah pindah," ujar Elina sembari melihat pintu apartemen Karina.

'Semoga pintu itu terbuka,' batin wanita itu seraya menggenggam tangan Egi berlalu pergi.

Clek!

Sebuah pintu terbuka lebar wanita memakai baju piyama nya setengah berlari menahan tangan Elina lalu memeluk dalam tangisnya.

"Mau pergi kemana kenapa tidak menunggu ku sedikit lebih lama," celoteh Karina memarahi temannya itu.

"Ternyata masih ingat kepadaku hiks! Aku sangat merindukanmu Elina…"

"Maaf aku jarang ke Jakarta, soalnya ada yang aku urus di kampung," sahut Elina apa adanya.

"Siapa anak itu? Jangan bilang kau sudah menikah dan tidak mengundangku hmm," protes Karina karna Elina tidak mengundangnya ke acara pernikahan wanita itu padahal Karina telah menganggap Elina seperti saudaranya sendiri.

Orang yang belum Elina beritahu soal dia sudah punya anak tinggal Karina sendiri. Bukannya dia tak mau hanya saja waktunya belum pas. Apalagi Karina memiliki mulut ember jika diberitahu wanita itu mungkin mengumbar-umbar ke semua orang nanti.

"Dia keponakanku sementara ini dia dititipkan padaku, oke," bisik Elina pelan agar Egi tak mendengarkan mereka.

Egi tampak keheranan. Dia ingin memanggil ibunya.

"Ma-" kata Egi terhenti karena Elina spontan berbicara pada Karina.

"Karina boleh kan aku menginap untuk beberapa hari ini kebetulan aku belum dapat tempat tinggal," jelas wanita itu mengabaikan Egi yang sedang kesal karena dia tak dihiraukan dan saking kesalnya anaknya itu menginjak kaki Elina.

Elina reflek menoleh melotot kan matanya hingga ingin keluar. Ekspresi sang ibu sangat menyeramkan buru-buru Egi menjaga jarak dia tahu Elina akan menjewer telinganya dan mengomelinya sepanjang hari.

BERSAMBUNG…

Terpopuler

Comments

ʀɪᴢᴀʟ Wibu

ʀɪᴢᴀʟ Wibu

Gak bisa berhenti baca

2024-03-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!