Part 6. Firasat

"Pak turunkan saya disini saya terburu-buru ke rumah sakit!" teriak Elina bohong meminta diturunkan ditengah jalan. Dia hanya menghindari Damian jangan sampai pria itu menyadari keberadaannya dan Egi. Bisa gawat kalau Damian tahu siapa Egi sebenarnya.

"Tapi arah rumah sakit masih jauh dari sini mbak," ujar Pak supir itu.

"Ini darurat pak nanti saya naik taksi aja," kata Elina tetap ingin diturunkan.

Akhirnya Pak supir berhenti mendadak.

Elina buru-buru menghampiri Egi dia tak lupa menutupi wajahnya dengan kardigan. Saat melewati Damian.

"Egi ayo kita cepat pergi." Elina berujar dengan suara pelan.

Tanpa menunggu jawaban anaknya Elina menarik tangan kecil Egi seperti diburu hantu kesiangan.

Sementara itu Damian merasa ada yang janggal suara wanita tadi sama seperti orang yang dia kenali saat lima tahun lalu. Ya, Damian tidak pikun postur tubuh wanita itu juga persis dengan wanita yang dia tiduri di mobilnya.

Damian dengan cepat melangkah keluar bis.

Menengok kesana-kemari mencari wanita tadi. Tak mungkin kali ini firasatnya salah. Damian yakin kata hatinya mengatakan bahwa dialah adalah orangnya. Dan tadi ada anak laki-laki bersamanya. Apa anak itu anaknya? Perasaan seorang ayah kepada sang anak melebihi apapun, makanya tadi ada sesuatu yang aneh didalam hatinya ketika berbicara kepada anak itu. Benar atau tidaknya itu tak penting. Damian harus memastikannya dulu. Dan lagak wanita tersebut tampak mencurigakan.

Damian merogoh saku celana mengambil handphone dan langsung menghubungi seseorang.

"Gery lacak informasi tentang wanita dan anak kecil berusia 5 tahun di bis yang aku tumpangi sekarang nggak pake lama."  perintahnya lelaki berusia 30 tahun itu mematikan sambungan telepon mereka. Mengacak-acak rambut depannya gusar.

"Suatu saat aku akan mendapatkan mu dan anak kita, kalian adalah milikku,"  batinnya penuh tekad.

***

Di basemen sana Gery memberitahu semua yang dikatakan Damian saat dia ditelpon barusan pada nyonya Rosalina ibu dari bosnya itu.

"Ck… masih nekat juga Damian dia lupa sudah punya istri."

Rosalina yang berada dalam mobilnya tampak marah terlihat kerutan di keningnya.

"Saya harus berbuat apa ke wanita itu nyonya?" tanya Gery sudah siap menerima perintah langsung wanita paruh baya itu yang dia anggap sudah seperti ibunya sendiri.

Sejak usia Gery lima tahun ia telah diasuh oleh Rosalina, makanya Gery terus patuh perkataan Rosalina hingga sekarang sampai ia menjadi asisten pribadi Damian untuk mengawasi lelaki itu tanpa sepengetahuannya.

"Temukan cepat wanita itu dan bunuh dia beserta orang yang dekat dengan dia," titah Rose seraya menutup jendela mobil dan menjalankan kendaraannya itu.

"Maaf tuan kali ini saya mengikuti perintah ibu anda,"  batin Gery yang lebih memihak pada Rosalina.

Gery bersiap menemukan wanita yang dimaksud itu. Dia merogoh saku mengeluarkan sebuah foto wanita yang pernah dia mengambil gambar Elina diam-diam sewaktu bersama Damian di klub. Lalu, foto gadis itu dikirim ke bawahannya agar pekerjaannya lebih mudah dan menemukan wanita itu lebih cepat.

[Kalian cari wanita yang aku kirim fotonya dan juga tangkap orang yang dekat dengannya]

Setelah mengirimi pesan dia mematikan handphonenya dan pergi mengunakan mobil.

***

"Huft…"

"Untung aja nggak diliat."

Elina mengatur nafas sehabis ia berlari sangat jauh. Wanita itu bersandar di tembok karena lelah. Luca yang kecapean juga menghampiri Elina.

"Mama kenapa lari-lari kayak gini kan aku bisa terlambat ke sekolahnya."

Luca nampak kesal ia menyilang kedua tangan didepan dadanya. Elina merasa bersalah sudah membuat anaknya terlambat dihari pertama sekolah. Dia meraup pipi Egi membujuk pria kecil itu supaya tidak marah lagi.

"Sayang maafin mama lain kali mama nggak akan kayak seperti tadi, mau kan maafin mama."

Dengan lembut Elina meminta maaf pada Egi. Anak itu tak bisa lama-lama marah apalagi ke ibunya sendiri.

"Yasudah kita akan naik apa ke sekolah disini sepi nggak ada kendaraan yang lewat dari tadi?" tanya Egi menoleh ke jalan yang sepi.

"Maafin mama lagi, hiks… gara-gara mama kamu terlambat nanti gurunya marahin kamu ini semua salahnya mama. Hiks…"

Seharusnya Egi yang menangis kenapa ibunya malah merengek. Aduh untung saja dia wanita yang melahirkannya kalau tidak sudah Egi tinggal dia disini.

"Hmm… mama kayak anak kecil saja," batin Egi terkekeh geli.

Dari arah kejauhan pengemudi mobil memperhatikan Elina. Dia nampak penasaran dengan wajah wanita itu.

Mobilnya ia berhentikan. Membuka jendela mobil. Lalu berujar. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Lelaki tampan itu langsung bertanya kalau mereka pernah bertemu karena seingatnya ada perempuan yang dia pernah kasih kartu namanya, tapi lupa nama gadis itu.

Wanita itu tersentak mata besarnya membulat sempurna. Bertemu pria baik ini lagi hatinya jadi berbunga-bunga. Tanpa ia sadari langkah kakinya mendekat ke mobil tersebut.

"Iyaa maksudnya kita emang pernah ketemu kok kamu ingat eskrim coklat di minimarket itu kan?" Elina menampakkan senyum terbaiknya. Mana mungkin bermuka sanggar dihadapan idolanya.

"Oh iya itu kamu rupanya yang kamu ingat eskrim nya toh," kata Vanno tertawa berdahak-dahak. Memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Tapi tawa Vanno berhasil buat baper habis-habisan. "Tuhan jodohkan aku dengan dia," gumam Elina yang tak sengaja di dengar Vanno.

"Apa?"

"Nggak apa-apa kok kamu salah dengar, hehehe." Elina menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Karna canggung dia jadi salah tingkah.

Egi menepuk jidatnya. Apa mereka lupa kalau ada anak kecil disitu.

"Om bisa antar saya ke sekolah nanti minta uang bayarannya ke ibu ini aja om," kata Egi seraya menunjuk ibunya.

Elina tersentak. Egi memang pinter banget cari cara biar dia bersama lelaki itu. Apa anaknya setuju kalau Elina menikah dengan pemuda itu.

Astaga ingatlah jati dirimu sesungguhnya mana mungkin Vanno menyukai gadis tak perawan lagi. pikir dibenaknya.

Elina tidak seberani petarung sejati di luaran sana dia juga punya malu dan memang harus sadar diri.

"Hahaha… iya tuan nanti saya bayar." Elina tertawa garing.

"Boleh silahkan naik ke mobil saya, tapi nggak pake dibayar kok saya bukan taksi," ujarnya tersenyum. "Lain kali jangan panggil saya tuan saya punya nama kamu ingat 'kan," sambungnya.

"Ingatlah, Vanno 'kan."

"Baguslah kalau begitu saya antar kalian ke sekolah."

Kemudian Vanno melajukan mobilnya. Sesampainya di sekolah. Egi turun dari mobil sebelum itu dia menyalami ibunya dan masuk kedalam sekolah.

"Makasih banyak sudah mau antar kami. Saya turun disini aja biar saya pulangnya naik angkot."

Elina yang hendak membuka pintu mobil dicegat cepat Vanno yang menggenggam tangannya.

"Kamu butuh perkejaan 'kan?"

Elina mengangguk dua kali sebagai respon.

"Kenapa gak dateng ke kantor saya, 'kan saya butuh kamu disana." Suara Vanno merendah.

Gadis itu deg-degan. Secara tiba-tiba Vanno membutuhkannya, tapi untuk?? Ayolah Elina jangan berpikir negatif dia Vanno pria baik hati.

BERSAMBUNG…

Maaf banget kalo ceritanya kurang menarik karena nggak semuanya terlihat sempurna pada akhirnya juga ada yang perlu diperbaiki.

Salam saya author receh🙏😅

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!