Part 4. Pesta Ulangtahun II

Trittt…

Satu panggilan masuk.

Elina hendak membersihkan meja. Refleks berhenti karena mendengar handphonenya terus berbunyi karena letaknya tak jauh dari meja makan. Jadi Elina cepat mengangkat panggilan itu.

[Na, kamu ada di apartemenku kan bisa tidak kamu datang kemari] tanpa jeda Karina berbicara maksudnya pada Elina.

"Dimana, memang apa yang terjadi Kar!?" ujar Elina cemas.

[Nggak bisa ku jelasin cepet datang saja ditempat kerjaku, aku tunggu dah] pungkas Karina setelahnya menutup panggilan mereka sempat juga ia Sherlock lokasinya.

Elina mengerutkan keningnya. Ingin bertanya lagi tapi panggilan mereka dimatikan tiba-tiba.

Egi yang sedang menonton TV menatap sang ibu. Dia anak yang peka terhadap perasaan siapapun jadi kalau Elina terdiam lama pasti ada yang dipikirkan wanita itu.

"Mama, kenapa dengan tante Karina dia gak apa-apa kan?" tanya Egi karena dia tak banyak mendengar percakapan mereka tadi.

"Oh itu kayaknya tante Karina mau mama pergi menemui dia ditempat kerjanya tapi mama takut ninggalin kamu sendiri disini."

Sebenarnya Elina tak ingin mengecewakan temannya itu. Hanya saja ada Egi dia khawatir kalau terjadi sesuatu pada anaknya itu.

"Kalau gitu aku ikut aja ma, kan biar mama bisa tahu apa yang terjadi pada tante Karina," imbuh Egi memecahkan masalah.

"Baiklah Egi boleh ikut tapi jangan buat masalah disana ya," perintah sang ibu menasehati putranya.

Egi mengangguk paham.

Mereka lalu bersiap pergi ke tempat kerja Karina. Mengunakan angkutan umum. Sesampainya disana mereka berdua turun dan berjalan melewati pagar mansion yang terlihat terbuka sedikit.

"Hey siapa disana! Berhenti kalian." Seseorang meneriaki mereka karena masuk tanpa seizin satpam disitu.

"Kalian berdua ini siapa langsung masuk kaya rumah sendiri hah," bentak pria paruh baya itu.

"Saya mau ketemu teman saya yang berkerja di mansion ini pak," ujar Elina menjelaskan maksud kedatangannya.

"Siapa? Teman kamu yang mana? Jangan berani kamu bohongi saya," sangka pak satpam tak percaya.

"Bener kok pak mama saya udah dikonfirmasikan sama temannya disuruh datang kesini," decak Egi kesal disangka ibunya berbohong.

"Kamu juga anak kecil nggak usah ikut campur. Oh atau jangan-jangan mamamu suruh kamu berbohong juga ya."

Pak satpam itu menghalangi mereka masuk dengan tubuh penuh lemaknya.

"Sudah sana pergi kalian itu tidak menyakinkan," ucapnya lagi mengusir mereka berdua pergi.

Karina yang berdiri melihat temannya yang tampak akan pergi itu dengan cepat menghampiri mereka.

"Maaf pak satpam mereka itu teman saya yang mau bantuin saya disini," jelas Karina.

"Ooh kenapa nggak bilang dari tadi kalo kamu itu pelayan disini tapi lain kali jangan bawa anak kamu lah."

Setelah itu pak satpam lekas kembali ke tempatnya.

Karina terkejut pak satpam mengatakan keponakan Elina dengan memanggilnya anak temannya itu. Kalau begitu Elina telah membohonginya.

"Coba jelaskan padaku Elina siapa sebenarnya Egi," ucap Karina seperti mengintrogasi pelaku kejahatan.

"Hmm,,,,, nanti aku beritahu kalau sekarang kamu ngapain suruh aku kesini?" tanya Elina mencoba mengalihkan pembicaraan soal tadi.

Karina seketika berubah ekspresi. Dia merengek-rengek meminta tolong kepada Elina.

"Elina bantuin aku sekali ini aja soalnya tepat malam ini aku bakal kencan buta sama kenalan aku di sosmed," jelasnya panjang lebar langsung lupa dengan kemarahannya pada sang sahabat.

"Aku gantiin kamu jadi pelayan gitu," tebak Elina yang tahu lagak wanita itu kalau ada maunya.

Karina langsung mengangguk bersemangat.

"Mau kan please."

"Oke tapi cuma sekali ini aja."

"Oke deh sip lah kalau gitu semangat kerjanya ya. Dan jangan lupa soal tadi."

Wanita itu memicingkan matanya setelahnya dia benar-benar pergi dengan bahagia. Tentu saja si tukang kepo Karina tidak akan lupa dengan masalah sebesar ini.

"Hmm,,,," Elina menghela napas barulah dia menyadari Luca menghilang ditempatnya sedari tadi.

"Astaga Egi anak itu pergi kemana."

"Saya liat dia masuk saya kira kamu sudah izinin dia pergi duluan."

Pak satpam memberitahu pada Elina karena sempat melihat Egi masuk seorang diri di mansion. Padahal baru beberapa menit yang lalu dinasehati malah anak itu sudah melanggarnya. Tunggu kalau Elina menemukan anak bandel itu dia harus menjewer telinganya.

Didalam mansion. Egi celingukan melihat kemewahan tempat tersebut. Mulut kecilnya sampai menganga. Karena mengagumi desain mansion ala Jepang itu. Egi sangat menggemari desain unik dan membuat tertarik mempelajarinya.

Tanpa Egi sadari dia sudah semakin dalam masuk ke mansion. Sedangkan Elina di dapur segera mengambil ahli tugas Karina sebagai pelayan yang menyediakan minuman untuk para tamu.

"Silahkan dinikmati minumannya tuan," ucap Elina sambil menyerahkan minuman pada seorang pria paruh baya berkumis tebal itu.

"Kenapa wanita secantik kamu bisa jadi seorang pelayan," kata pria itu seraya memegang punggung tangan Elina.

Elina tampak kaget sikap senonoh pria tua itu membuatnya kesal. Tapi tiba-tiba seorang wanita mendatanginya dan langsung melayangkan satu tamparan keras pada Elina.

"Dasar j*lang kamu berani-beraninya menggoda suami orang kamu nggak tahu siapa saya hah!" murka Melinda seketika perhatian semua orang tertuju pada mereka.

"Sepertinya mbak salah paham saya nggak mungkin menggoda suami mbak tapi sebaliknya bapak ini mengganggu saya."

Elina membela diri tapi tak dipercayai semua orang malah semakin mengolok-olok dan mengatai dirinya wanita j*lang.

'Mel, buat dia dipermalukan disini biar dia tahu rasa.' Teman wanitanya membisikkan niat jahat pada Melinda.

Melinda terhasut perkataan temannya itu. Lalu, kemudian ia mengambil gelas dari tangan suaminya dan menumpahkan keatas kepala Elina.

Elina terbelalak. Semua rambutnya basah lengket dan bau minuman tercium jelas.

"Ups! Sorry tangan saya tadi keseleo jadi nggak sengaja deh ke tumpah, hahaha, " tawa Melinda menyungging senyum puas. Seketika itu juga semua orang ikut tertawa merendahkan harga diri Elina.

"Saya jujur mbak saya nggak bohong!" 

"Kamu pikir saya percaya sudah banyak wanita berkedok seperti kamu bilangnya itu ternyata dibelakang punya maksud merebut laki orang kan."

"Mel, ada apa kamu kenapa marah begini?" Lily yang mendengar ada keributan langsung mendatangi kerumunan sana. Ia tampak kaget temannya Melinda memarahi seorang pelayan.

"Itu loh dia berani banget pengang-pengang tangan suami aku," tuduh Melinda.

"Ya ampun Melinda mungkin aja dia nggak sengaja terus kamu udah tanya Gunawan kalau dia digodain sama pelayan ini," imbuh Lily.

"Mas bener nggak sih dia tadi godain kamu atau nggak?" tanya Melinda gelagapan.

"Gak emang tanganku ngak sengaja disentuh."

"Mas ini malu-maluin aja kan aku merasa bersalah sama dia."

"Kamu aja yang terlalu ngegas mas jadi ngak bisa jelasin."

"Sudah-sudah jangan berantem kaya anak kecil yang terpenting dia terbukti nggak salah kan." Lily buru-buru mencairkan suasana. Setelah itu semua orang meninggalkan tempat itu. Lily merasa prihatin karena hal sepele membuat Elina dipermalukan.

"Kamu yang sabar ya, teman saya baik kok cuma sedikit terbawa emosi," ujar Lily tersenyum ramah seraya memegang punggung tangan Elina.

Elina yang sedari tadi menunduk mendongak menatap Lily. Wanita dihadapannya membuat Elina kagum dengan wajah cantik dan terawat sudah jelas kalau dia dari keluarga berada. Ditambah kebaikan hatinya itu.

Namun, pertemuannya dengan Lily disaat itulah  masalah datang bertubi-tubi di hidup Elina. Dimana ia bertemu dengan seseorang dimasa lalunya yang ingin dia jauhi dari Luca.

BERSAMBUNG…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!