Mendengar ucapanku seketika semua orang yang ada di dalam ruangan ini melirik ke arah Wanita yang dari tadi duduk terdiam ditempatnya. Aku heran, bukankah biasanya wanita pelakor itu selalu tampil agresif, ingin terlihat menonjol apalagi jika menghadapi keluarga pujaan hatinya ? Sedangkan dia, dari tadi hanya tertunduk diam saja tanpa mengatakan apapun. Atau jangan-jangan itu hanya akal akalan dia saja supaya menarik perhatian semua orang, atau bisa saja dia tak bisa bicara kan? Ah, aku menghela nafas kasar mengingat kemana pikiranku mengembara, lagipula sekarang hal itu bukanlah menjadi urusanku lagi.
Mas Yudi yang sedari tadi terdiam pun angkat bicara, kemudian melihat kearah Mas Rayyan.
"Ah iya tidak seharusnya orang asing terlibat dalam situasi keluarga kita saat ini. Seharusnya tadi kita tidak membiarkan Wanita ini mendengar semua pembicaraan kita, Rayyan ini semua salahmu"
"Namanya Intan, dan juga Intan ini bukan orang asing, Mas"
"Bagiku tetap saja dia orang asing. Aku heran dari tadi kamu bilang Wanita ini bukan orang asing, memangnya dia siapa? Tapi, tentunya aku harap Wanita ini bukan selingkuhan mu kan Rayyan"
"Cukup Mas, tidak ada hal yang seperti itu diantara kami."
"Lalu apa, tidak mungkin kalian hanya berteman kan?"
"Intan ini istriku, kami sudah menikah"
"Apa kamu bilang?" mendengar ucapan Mas Rayyan Bu Lastri bangkit dari tempat duduknya kemudian bergegas menghampiri Mas Rayyan. Mas Rayyan melanjutkan ucapannya,
"Ya kami sudah menikah, meskipun itu hanya pernikahan siri. Tapi Kalian tenang saja, setelah perceraian ku dengan Ayu selesai secepatnya aku akan meresmikan pernikahan kami."
"Sudah berapa lama kamu bersamanya ?" tanya Bu Lastri
"Satu tahun, bahkan sekarang Intan sedang hamil. Makanya aku membawanya kemari. Ini merupakan kabar baik bukan, seharusnya membuat kalian bahagia mengetahuinya"
"Keterlaluan kamu, apa kamu tidak sedikitpun memikirkan bagaimana perasaan Ayu ?" ujar Bu Lastri dengan nada yang sedikit berbeda.
"Bagus ya, ternyata kamu sudah lama berselingkuh dari Ayu. Sekarang Mbak yakin, kamu sengaja menceraikan Ayu untuk menutupi kesalahan kamu ini kan ?" mbak Mira pun terlihat geram mendengar ucapan Mas Rayyan itu.
"Sudahlah kalian jangan selalu menyalahkan ku. Sekarang urusanku dengan Ayu sudah selesai. Sekarang kami tidak ada hubungan apapun."
"Ayu sebaiknya kamu segera pergi dari rumah ini. Anak anak, nanti biar aku yang menjelaskan pada mereka tentang perpisahan kita. Seharusnya dengan usia mereka saat ini, pasti mereka akan mengerti."
"Sembarangan kamu, sebelum surai cerai dari pengadilan sampai di tangan Ayu, selama masa Iddah Ayu masih tanggung jawab kamu. Dia masih berhak tinggal di rumah ini dan kamu masih berkewajiban memberikan nafkah padanya, ingat itu."
"Rayyan, sini kamu, dan kamu juga Intan kalian benar benar keterlaluan. Kamu sukses membuat malu keluarga kita !" Bu Lastri menyeret Mas Rayyan dan juga Intan keluar rumah, tentu saja hal itu membuat mereka terkejut pun kami semua yang ada di ruang tamu.
"Apa yang Ibu lakukan ?"teriak Mas Rayyan yang menahan tubuh Intan karena di dorong oleh Bu Lastri. Jika saja tak ada Mas Rayyan di sana aku yakin Intan sudah terduduk di lantai.
"Pergi kamu dari rumah ini ! Pergi !" Bu Lastri balik berteriak pada Mas Rayyan sambil menunjuk Intan yang saat ini terlihat gemetar.
"Bawa dia juga, Ibu tidak ingin melihatnya !"
"Bu, Intan sedang hamil. Apa Ibu tidak kasihan padanya ?"
"Siapa Dia tidak ada hubungannya dengan Ibu. Pokoknya Ibu tidak mau tahu lebih banyak tentangnya, yang Ibu inginkan sekarang kamu pergi dari sini bawa juga dia bersamamu."
"Bu, ini rumahku."
"Tidak, ini rumah Ayu."
"Bagaimana bisa jadi rumahnya ? Rumah ini aku yang bekerja keras membangunnya dari awal, hasil keringatku sendiri."
"Oh ya, apakah menurutmu begitu ?"
"Tentu, bukankah kalian semua mengetahuinya ?"
"Tapi kamu jangan lupa, kamu hanya membangun rumahnya saja sedangkan tanahnya masih menjadi milik Ibu. Sekarang karena Ayu bukanlah Istrimu lagi, jadi rumah ini bukanlah milikmu lagi."
"Bu, kenapa Ibu lebih membela Ayu dari pada aku anak Ibu sendiri ?"
"Ketika kamu membangun rumah ini, Ayu yang menemanimu bukan dia. Sekarang jika kamu menginginkan rumah, kamu harus membangun kembali dari awal, lagi pula Ibu sudah membuat sertifikat rumah ini atas nama Ayu"
"Apa ? Bu kenapa atas nama Ayu, setidaknya atas namaku atau kalau tidak nama kedua anak kami "
" Terserah Ibu lah, lagi pula sudah lama Ibu melakukannya. Sengaja sertifikat rumah ini Ibu buat atas nama Ayu, karena Ibu tahu orang seperti kamu, orang yang suka selingkuh bukan tak mungkin kedepannya tidak berselingkuh kembali. Kini terbukti kan ? untung saja Ibu bertindak lebih awal"
Karena sudah tidak tahan mendengar kemarahan Bu Lastri terhadap Mas Rayyan, aku bangkit dan bergegas menghampiri mereka.
"Bu, sudah lah tak perlu lagi diperpanjang. Kalau keributan di rumah ini sampai terdengar oleh tetangga, malu lah kita Bu. Sekarang biarkan Mas Rayyan masuk kembali bersama Intan. Kasihan dia, apa Ibu tidak lihat wajah Intan begitu pucat ?" mendengar ucapanku Mas Rayyan melihat kearah Intan, menyadari keadaannya membuat Mas Rayyan mendesak Bu Lastri.
"Ayu benar Bu, Intan terlihat pucat. Biarkan kami masuk supaya Intan beristirahat di dalam."
"Ayu, kamu masih membela mereka setelah apa yang dilakukannya padamu ?"
"Bukan begitu, Bu. Lagi pula aku yang seharusnya pergi dari rumah ini kan ?"
"Apa yang kamu bicarakan ? Kamu dengar, sertifikat rumah ini sudah Ibu buat atas nama kamu, Ayu. Jadi yang seharusnya pergi Rayyan bukan kamu."
" Tapi, Bu ..." sebelum aku menyelesaikan perkataanku, terdengar teriakan Mas Rayyan
"Intan, sayang kamu kenapa ?" sontak seketika kami menoleh ke arahnya. Terlihat Intan terkulai lemah dipangkuan Mas Rayyan, tak sadarkan diri.
"Bu, kalau terjadi sesuatu pada Intan dan kandungannya, Ibu yang harus bertanggung jawab."
"Kalau begitu bawa masuk dia, Rayyan. Biarkan istirahat dulu di dalam. Tapi, ingat setelah keadaannya membaik kamu bawa pergi dia dari rumah ini. Ayah juga rasanya tak ingin kalian tinggal disini" ucap Pak Wahyu yang entah sejak kapan berdiri disamping Bu Lastri.
Mendengar ucapan Pak Wahyu
tentu saja membuat Mas Rayyan melihat kearahnya.
"Kenapa Ayah juga ikut ikutan membela Ayu, setidaknya dari kalian semua yang ada disini ada yang berpihak padaku ? Kalian keluargaku atau bukan ?"
" Kalau kamu tidak mau masuk,ya sudah. Pergi saja sana !"
"Sudahlah Bu, biarkan mereka masuk." Pak Wahyu mengandeng tangan Bu Lastri membawa masuk kembali kedalam.
"Cepat masuk Rayyan, sebelum Ayah berubah pikiran "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments