Karena paksaan Mbak Mira yang menyuruhku beristirahat, aku memutuskan masuk ke dalam kamarku. Kesempatan ini tidak ku sia siakan sama sekali. Segera ku mengambil koper diatas lemari dan memasukkan pakaian serta beberapa barang barang ku yang berharga. Beberapa pakaian, surat surat perhiasan lengkap dengan perhiasannya, serta buku tabungan yang selama ini aku simpan secara diam diam tanpa sepengetahuan Mas Rayyan. Ya, selama beberapa tahun terakhir setelah mengetahui pengkhianatan Mas Rayyan, aku berusaha menabung untuk jaga-jaga kalau suatu saat akan terjadi hal yang tak diinginkan.
Perselingkuhan yang dilakukan Mas Rayyan kali ini bukanlah untuk yang pertama kalinya dia lakukan. Dulu, setelah mengetahui pengkhianatan nya
membuatku merasa takut untuk mempercayainya kembali sepenuhnya.
Aku memilih menyetujui untuk bercerai dengan Mas Rayyan bukan berarti sudah tidak mencintainya, tapi karena aku lebih memilih untuk bahagia tanpanya sebagaimana alasan yang diucapkan Mas Rayyan, aku bukanlah kebahagiaannya.
Semoga saja perpisahan ini adalah jalan terbaik untuk kami. Aku harap dengan Intan, Mas Rayyan akan benar benar bahagia sesuai dengan keinginannya.
Setelah selesai memasukkan barang barang ku, ku simpan koper di samping tempat tidur.
Takutnya setelah Mas Rayyan kembali, dia akan segera menyuruhku pergi dari rumah ini sesuai dengan yang dia rencanakan.
Biarlah aku kali ini mengalah, perkataan Ibu Mertua tak terlalu kupikirkan. Bagaimanapun, aku tak yakin beliau sudah membuat sertifikat rumah ini atas namaku. Mungkin perkataannya itu, hanya untuk sekedar menggertak Mas Rayyan agar tidak menceraikan ku.
Tentang anak anak, aku akan membiarkan mereka tinggal bersama Mas Rayyan saja disini. Aku tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan mereka, karena kedua mertuaku begitu menyayanginya.
* * *
Setelah selesai dengan aktivitasku, ku baringkan tubuhku di atas tempat tidur, mungkin tidur sejenak akan sedikit menenangkan pikiranku.
Tok ... tok ... tok....
"Bu, kami boleh masuk ke dalam?" terdengar ketukan di pintu kamarku dan suara Reva yang ingin masuk, membuatku yang tadinya bermaksud memejamkan mata seketika bangkit dan bergegas membuka pintu.
Melihat kedua belahan jiwaku, seketika rasa lelahku seakan mendadak sirna begitu saja.
"Kalian, masuklah." ucapku, lalu ku tutup kembali pintu kamarku dan menguncinya, takutnya seseorang berniat menerobos masuk ke kamar ini, biar bagaimanapun sekarang Intan berada di rumah ini. Meskipun Intan terlihat pemalu, tapi tetap saja harus berjaga-jaga kan ?
Setelah itu aku berbalik menghampiri Reva dan Davin yang duduk ditempat tidur.
Kedua anak itu saling memandang sesaat dan mengernyitkan dahinya.
"Sejak kapan Ibu suka mengunci pintu kamar Ibu, biasanya juga adek kalau mau masuk tinggal masuk saja?" tanya Davin penasaran.
Mendengar pertanyaannya, aku bingung dengan jawabannya, entah kenapa akhir akhir ini aku tak bisa berpikir jernih ?
"Dek, di ruang tamu kan sedang ada Pakde Yudi juga Kakek, apalagi Ayah sedang keluar rumah saat ini. Itulah alasan Ibu mengunci pintu kamarnya. Benar kan, Bu ?" ucap Reva menjelaskan pada Davin kemudian melihat ke arahku.
" Iya, Kakak mu benar, Dek." ah Putri kecilku sudah dewasa ternyata, penjelasannya lebih masuk akal dari pada alasanku karena adanya Intan, untung saja aku belum mengatakannya pada mereka.
"Ibu kenapa, sedang tidak enak badan, di ruang tamu kan sedang ada Kakek, Nenek, Pakde Yudi dan Buk de Mira, mengapa Ibu malah berdiam di dalam kamar ?" tanya Reva.
"Ibu baik baik saja, kalian jangan khawatir. Mungkin Ibu hanya sedikit lelah saja, makanya Ibu istirahat dulu di sini. Lagian tadi Ibu sudah mengobrol banyak dengan Kakek, nenek, Pakde juga Buk de kalian." mendengar ucapanku membuat Reva dan Davin saling memandang sesaat kemudian tersenyum.
"Ternyata begitu. Syukurlah kalau Ibu baik baik saja. Kakak khawatir makanya mengajak adek kemari menemui Ibu. Ah iya Bu, kalau tidak salah tadi Ayah menyebutkan nama Intan. Siapa dia, Bu ? Di ruang tamu tidak ada orang lain lagi selain Kakek, nenek, juga Pak de Yudi dan Buk de Mira tadi ?" tambahnya
"Bu ..." tanya Reva kemudian. Sebelum menjawab pernyataan Reva, ku pandangi bergantian kedua wajah wajah imut dihadapan ku.
"Ya, aku juga mendengar nama itu. Ayah berulang kali menyebut namanya, Bu. Siapa Intan yang dikatakan Ayah ?" ujar Davin menyetujui ucapan Reva.
"Ibu akan menjelaskannya. Tapi sebelum itu, Ibu ingin kalian berjanji satu hal. "
"Apa itu, Bu ?" tanya Davin kemudian.
"Apapun yang kalian dengar nanti, kalian harus janji tidak akan marah dan benci pada Ibu dan juga Ayah." mendengar ucapanku, membuat mereka terdiam sejenak kemudian saling memandang dan akhirnya menjawab secara serempak.
"Baiklah, Bu."
"Janji ?" ucapku menyakinkan.
"Kami berjanji tidak akan marah. Iya kan, Dek ?" jawab Reva kemudian melihat kearah Davin.
"Iya, Bu." ucap Davin sambil menganggukkan kepalanya. Mendengar jawaban mereka membuatku menghela nafas berat.
"Sebenarnya ..."
Duk ... duk ... duk ...
"Ayu, buka pintunya !" belum juga menyelesaikan perkataanku, terdengar suara teriakan Mas Rayyan dan gedoran di pintu kamarku. Sontak aku dan kedua anakku menoleh bersamaan kearah pintu.
"Ayu ... !" Mas Rayyan kembali berteriak.
"Itu, Ayah kan Bu. Kenapa teriak teriak begitu ?" ujar Davin cemas, sepertinya terkejut mendengar suara teriakan Mas Rayyan.
"Iya Mas, sebentar." jawabku membalas teriakan Mas Rayyan.
"Tidak apa-apa kalian jangan khawatir, mungkin Ayah kalian marah pada Ibu karena pintu kamarnya Ibu kunci. " ucapku menenangkan mereka.
"Bagaimana Ayah tidak marah, kami juga tadi heran karena pintu kamarnya Ibu kunci ?" ujar Davin sambil mengerucutkan bibirnya.
"Iya, Ibu tahu. Kalian tetap disini, Ibu buka dulu pintunya." ucapku kemudian bergegas menuju pintu kamar, membuka kunci pintunya terlebih dahulu kemudian membuka pintunya.
"Kenapa kamu kunci pintunya ?" ucap Mas Rayyan cepat ketika aku membuka pintunya.
"Kenapa juga kamu masih di sini. Bukankah aku sudah bilang, kamu harus segera meninggalkan rumah ini ?"
"Mas, itu ..."
"Ayu, sekali lagi aku jelaskan. Kemasi barang barangmu sekarang juga dan segera pergi dari rumah ini. Sekarang kamu sudah bukan istriku lagi. Istriku Intan, akan segera menempati kamar ini, jadi sebaiknya kamu segera keluar dari kamar ini. Aku beri kamu waktu tiga puluh menit."
"Mas hentikan !"
"APA YANG AYAH KATAKAN ?" mendengar suara teriakan Reva, aku berbalik dan melihat kemarahan di wajah kedua anakku.
"Apa semua itu benar, Bu ?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Rafkalia28
Jelasin semua dengan detail
2024-03-07
2