Bab 20. Pembicaraan Bu Lastri dan Intan

Di dalam kamar, setelah Intan mendapatkan ponselnya dia duduk di tempat tidurnya kemudian segera menghubungi Rayyan.

Setelah panggilan tersambung, terdengar suara Rayyan di sebrang sana.

["Halo sayang. Ada apa, kamu baik baik saja kan ?"] terdengar suara kecemasan dari Rayyan membuat Intan tersenyum.

["Iya, aku baik baik saja kok Mas. Aku cuma mau mengabarkan, Ibu sekarang ada dirumah."]

["Benarkah ?"]

["Iya, aku serius Mas."]

["Syukurlah. Kamu tenang saja, Mas bersama Ayah sekarang sedang dalam perjalanan pulang dari rumah Mas Yudi. Sebentar lagi, kami akan segera sampai."]

"["Baiklah, Mas."]

Setelah mengakhiri percakapannya, Intan menyimpan kembali ponselnya. Setelah berpikir sejenak kemudian bergegas menemui Bu Lastri kembali di ruang tamu.

Melihat Intan menghampirinya kembali, Bu Lastri langsung bertanya,

"Bagaimana ?"

"Mas Rayyan dan Ayah sedang dalam perjalanan pulang, Bu."

"Baguslah."

"Sebenarnya Ibu dari mana saja seharian ini, kenapa tidak memberi kami kabar ?" Intan berusaha bicara sebaik mungkin untuk menarik perhatian Bu Lastri.

"Nanti juga kamu tahu." mendengar ucapannya, Intan menghela nafasnya berat.

"Kenapa Ibu tidak ingin memberi tahuku, Ibu membenciku ya ?" Bu Lastri hanya menoleh sesaat kearahnya, tidak mengatakan apapun.

"Lalu aku harus bagaimana, supaya Ibu menyukaiku dan merestui pernikahan ini ?" Bu Lastri masih terdiam mendengar ucapannya, Intan pun melanjutkan

"Apa aku harus membuat Ayu kembali lagi bersama Mas Rayyan, barulah Ibu menganggap ku ? Jika itu mau Ibu, aku akan berusaha untuk membujuk Mas Rayyan agar bersama Ayu kembali. Aku pun rela kok menjadi Istri kedua Mas Rayyan, Bu."

"Bukankah selama setahun ini, kamu sudah menjadi yang kedua, kamu tidak menyadarinya ?" ucapan Bu Lastri kali ini membuat Intan terdiam.

"Kamu tentang saja. Apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan Ayu kembali lagi bersama Rayyan. Tapi, aku pun tidak akan membiarkan kalian berpisah." Intan mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan ucapannya. Kemudian melihat kearah Bu Lastri,

"Maksudnya ?"

"Kamu, pertahankan sebaik mungkin pernikahan ini. Apapun dan bagaimanapun nanti keadaan Rayyan, kamu harus tetap disampingnya. Mengerti ?" Intan mengangguk dan tersenyum kearahnya,

"Apa itu artinya Ibu merestui pernikahan ini ?" Bu Lastri menghela nafasnya berat,

"Sejauh ini, belum. Tapi, aku akan melihat bagaimana tekad dan perjuangan kalian nanti."

"Terimakasih Bu, aku lega mendengarnya." Bu Lastri hanya menganggukkan kepalanya.

Intan puas dengan perkataan Bu Lastri. Selama ini dia selalu berpikir, jika Bu Lastri dan keluarganya akan mempersatukan kembali Ayu dan Rayyan. Tapi, semua itu ternyata diluar dugaannya.

Setelah beberapa saat, Intan pun kembali bertanya.

"Tapi, Bu. Aku ingin tahu apa alasan yang membuat Ibu tidak ingin Ayu dan Mas Rayyan kembali bersama ?" setelah menghela nafasnya Bu Lastri berkata,

"Bukankah cinta itu tidak bisa dipaksakan ?" Intan mengangguk mengerti, kemudian Bu Lastri melanjutkan

"Itulah keadaan Ayu dan Rayyan. Aku tidak ingin mengulang kembali kesalahan yang sama dengan mempersatukan mereka." mendengar ucapannya, Intan tersenyum bahagia.

"Memangnya siapa yang ingin kembali bersamanya ? Sampai kapan pun itu tidak akan pernah terjadi, ingat itu Intan." mendengar ucapan Rayyan, Bu Lastri dan Intan menoleh ke arahnya. Intan terkejut sekaligus senang dengan ucapan Rayyan padanya.

'Apa Mas Rayyan mendengar pembicaraan kami barusan ? Baguslah. Dengan begitu, aku semakin yakin untuk bersamanya.'

Beberapa saat yang lalu, sepanjang perjalanan mereka tadi, begitu Intan mengabarkan bahwa Bu Lastri sudah kembali, membuat Rayyan langsung mempercepat laju kendaraannya.

Begitu tiba di rumahnya melihat pintu rumahnya yang terbuka, Rayyan dan Pak Wahyu segera bergegas masuk.

Namun, alangkah kesalnya Rayyan. Begitu masuk, malah mendengar perkataan Intan tentang dirinya dan Ayu. Apakah selama ini, dia belum mempercayai dirinya sepenuhnya ?

"Mas Rayyan ?" Rayyan hanya menatap sekilas kearah Intan kemudian menghampiri Bu Lastri dan mencium punggung tangannya kemudian duduk di samping Intan.

"Bu." Bu Lastri hanya melihatnya sekilas kemudian melihat Pak Wahyu yang menghampirinya dan duduk disampingnya.

"Kamu baik baik saja kan?" Bu Lastri tersenyum sambil mengangguk.

"Ibu dari mana saja seharian ini ?" Pak Wahyu menggenggam tangan Bu Lastri, menandakan kekhawatirannya. Bu Lastri tersenyum lembut kearahnya.

"Aku suntuk dirumah terus, jadi berniat pergi ke pasar. Makanya sekalian saja ikut dengan Mira, arah pulangnya kan lewat sana. Dan ternyata, malah berakhir di rumah orang tuanya Ayu." mendengar ucapannya, Pak Wahyu menghela nafasnya.

"Pantas saja sampai lupa waktu. Aku pikir, kamu tidak akan pulang. Kenapa tidak menginap saja sekalian ?" Bu Lastri menatap tajam kearah Pak Wahyu,

"Kamu marah, Mas ?"

"Kenapa baru pulang ?"

"Ibunya Ayu tidak membiarkan aku menginap di sana." mendengar ucapannya, Rayyan yang sedang minum hampir saja menyemburkan air minumnya.

Rayyan menatap tak percaya kearah Bu Lastri begitupun dengan Intan. Sedangkan Pak Wahyu menggelengkan kepalanya.

"Ternyata dugaanku benar, Ibu memang menemuinya." mendengar ucapannya, Bu Lastri menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan Pak Wahyu kemudian berkata,

"Aku juga tidak mengerti, kenapa tiba tiba saja berada di tempat tinggalnya keluarga Ayu." mendengar ucapannya, membuat Rayyan seketika berdiri dan menatap tajam kearah Bu Lastri.

" Jadi, Ibu mengunjungi Ayu. Memangnya apa yang Ibu lakukan disana, mengapa harus menemuinya ? Tidakkah Ibu pikirkan, bagaimana seharian ini aku, Ayah bahkan Mas Yudi dan Mbak Mira pun kalang kabut mencari keberadaan Ibu ? Ponsel pun tidak Ibu bawa, kami semakin bertambah khawatir. Bahkan Ayah sampai berpikiran untuk melaporkan menghilangnya Ibu ke Polisi. Sementara Ibu malah menikmati waktu Ibu bersama perempuan itu. Ibu keterlaluan, kenapa tidak bisa sedikit pun Ibu melupakannya ?" Bu Lastri menatap tajam kearahnya setelah mendengar ucapannya.

"Mas, hentikan. Duduklah." disampingnya, Intan berusaha menenangkan Rayyan. Rayyan pun terpaksa menuruti perkataan Intan, kemudian duduk kembali.

"Ibu sadar tidak, dengan apa yang Ibu lakukan ?" Intan berusaha bicara selembut mungkin, berharap meredakan emosi setiap orang di ruangan itu. Bu Lastri hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk.

"Bagaimana bisa ? Aku tahu, itu pasti hanya alasan Ibu saja. Iya kan ?" Bu Lastri pun mengangkat wajahnya sambil berlinang airmata menatap Rayyan.

"Kenapa, sebenarnya kamu khawatir atau marah terhadap Ibu ?" ucapnya sambil terisak. Disampingnya, Pak Wahyu berusaha menenangkannya.

"Aku kecewa dengan apa yang Ibu lakukan."

"Rayyan, Ibu juga tidak ingin seperti ini. Lalu Ibu harus bagaimana ?"

"Sudahlah, Bu." Pak Wahyu berusaha menenangkannya, Bu Lastri mengusap air matanya, kemudian melihat kearah Pak Wahyu.

"Mas, sebaiknya kita pulang saja." Pak Wahyu mengangguk.

Bu Lastri dan Pak Wahyu pun berlalu pergi dari rumah Rayyan.

Sementara Rayyan masih menahan emosinya.

"Mas, kamu membuat Ibu menangis. Kasihan Ibu." mendengar ucapannya, Rayyan menoleh kearah Intan,

"Kenapa kamu jadi membela Ibu, ada apa dengan kamu Intan ?"

"Bukan begitu, Mas."

"Sudahlah, aku lelah. Aku mau istirahat saja." setelah mengatakannya, Rayyan pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Intan pun segera mengikutinya masuk ke dalam kamar. Rayyan sedang berbaring ditempat tidurnya sambil memejamkan matanya.

"Mas, aku belum selesai bicara sama kamu ya. Kamu harus dengerin penjelasan ku." Intan berdiri di samping tempat tidurnya sambil menahan rasa kesal terhadap suaminya itu.

"Mas." Rayyan pun membuka matanya, melihat kearahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!