Bab 5. Alasan

Mendengarkan perkataan Pak Wahyu, Rayyan memutuskan membawa Intan kedalam rumah. Rayyan membawanya ke kamar tamu, kemudian membaringkan tubuh Intan di tempat tidur.

Karena mengkhawatirkan keadaannya, Rayyan segera menghubungi seorang Dokter kenalannya, Dokter Deni.

"Selamat siang Dok, apa Saya mengganggu waktu anda ?"

"Siang Pak Rayyan, sama sekali tidak. Ada yang bisa saya bantu ?"

"Begini Dok, Istri saya pingsan. Bisakah anda kerumah saya ?"

"Bisa Pak, saya segera ke sana."

"Baik Dok, ngomong ngomong Istri saya sedang hamil 12minggu."

"Iya Pak Rayyan saya mengerti."

"Terimakasih Dok."

Setelah menghubungi Dokter Deni, Rayyan menghampiri Intan yang kini telah sadar, wajahnya terlihat pucat.

"Sayang kamu sudah sadar ?" dengan perasaan khawatir Rayyan mengambil segelas air hangat dari nakas samping tempat tidur. Lalu memberikannya pada Intan,

"Minumlah dulu, sekarang bagaimana perasaanmu ?" setelah meminumnya Intan mengembalikan gelas pada Rayyan. Rayyan menaruhnya kembali ke atas nakas.

"Mas, ini dimana ?" Intan bertanya sambil memindai sekelilingnya.

"Kita dirumah. Tapi, maaf sayang untuk sementara kita harus dikamar tamu karena Ayu masih berada di sini."

" Tidak apa-apa. Tapi Mas serius kan, bagaimana dengan Ibu ?" tentu saja jawaban Rayyan membuatnya bahagia. Bukankah ini yang dirinya inginkan, segera menempati posisinya sebagai istri dan rumah ini ?

"Kamu jangan terlalu memikirkannya. Yang penting untuk saat ini kita bisa tinggal di rumah ini." dengan senyuman Intan mengangguk. Melihatnya Rayyan menjadi sedikit lega.

Ini kesalahannya yang memutuskan membawa Intan disaat yang tidak tepat. Tapi, mengingat permintaannya beberapa waktu lalu, yang ingin segera mengunjungi rumahnya, Rayyan tak bisa berbuat banyak.

Setelah mengetahui kehamilannya, Intan mendesak Rayyan untuk segera menceraikan istrinya Ayu, dan dia bisa segera ikut pulang ke rumah Rayyan dan mengenalkan pada keluarganya.

Sebenarnya Rayyan sudah lama menjalin hubungan gelap dengan Intan, seorang pembantu rumah tangga di tempatnya bekerja. Karena Rayyan seorang supir pribadi menjadikan dia mengenal dan dekat dengan Intan salah satu pekerja di rumah majikannya. Bersama Intan, Rayyan melupakan Istrinya Ayu yang sudah menemaninya hampir 16 tahun pernikahannya.

Rasa cintanya pada Intan menjadikan Rayyan lupa segalanya. Lupa bahwa dia sudah memiliki seorang Istri dan bahkan dua anak. Ya, Rayyan berkhianat pada Ayu. Kehamilan Intan hanyalah sebuah alasan supaya keluarganya menerima kehadiran Intan.

* * *

Di ruang tamu, Ayu dan Pak Wahyu masih berusaha menenangkan Bu Lastri. Sementara Mira dan Yudi duduk tak jauh dari mereka.

"Pokoknya sesuai kesepakatan kita, setelah keadaan Intan membaik, Ayah harus membiarkan mereka pergi dari rumah ini. Dan sampai kapanpun aku tidak akan merestui pernikahan mereka, bagiku Ayu tetaplah menantuku."

"Sudahlah Bu, tenangkan dirimu. Nanti kalau marah marah terus bagaimana jika tekanan darah tinggi Ibu kambuh, nanti siapa yang repot ?"

" Kalau Kamu khawatir, seharusnya jangan membuatku tambah marah." setelahnya Bu Lastri mengabaikan Pak Wahyu, dia melihat kearah Ayu kemudian berkata,

" Yu, ke marilah Ibu mohon kamu pijit kepalaku. Rasanya kepala Ibu mau pecah. " dengan tersenyum Ayu mendekat pada Bu Lastri dan memijat kepalanya.

"Aku rasa Rayyan tidak akan mendengarkan perkataan kita. Sepertinya dia sengaja membawa Intan kemari." Yudi angkat bicara setelah lama berdiam diri.

"Bagaimana jika dia bersikeras ingin Intan tinggal disini, apa yang harus kita lakukan ?" Mira menimpali perkataan Yudi.

"Ibu sudah bilang, tidak akan membiarkan mereka tinggal disini. Dan itu sudah menjadi keputusan Ibu dan Ayah. Iya kan, Yah ?" jawab Bu Lastri sambil melihat kearah Pak Wahyu.

"Benarkah ?" Mira kembali bertanya. Sebagai jawaban Pak Wahyu menganggukkan kepalanya.

Sementara Ayu, tidak merespon apapun. Ayu sudah memutuskan setelah dia bertemu dengan kedua anaknya, dia akan segera pergi dari rumah ini.

* * *

Beberapa saat kemudian Dokter Deni, tiba dikediaman Rayyan. Setelah Dokter Deni mengucapkan salam, dengan terpaksa Mira mengantarnya ke kamar tamu dimana Rayyan dan Intan berada. Biar bagaimanapun juga Wanita yang kini terbaring lemah itu adalah Istrinya Rayyan.

Karena pintu kamar terbuka, Dokter Deni langsung masuk, sementara Mira kembali duduk di sofa.

"Permisi Pak Rayyan, saya mau memeriksa kondisi Istri anda." melihat kedatangannya Rayyan mengangguk,

"Silahkan Dok, kebetulan Istri saya baru sadar."

Setelah memeriksa tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan suhu tubuh pada Intan dokter Deni menghampiri Rayyan,

"Bagaimana keadaan istri saya Dok, dia baik baik saja kan ?"

"Anda tenang Pak Rayyan, Istri anda tekanan darahnya naik disebabkan syok dan kelelahan. Setelah beristirahat beberapa saat keadaannya akan membaik. Jangan biarkan dia tertekan yang akan membuatnya stres itu akan berpengaruh pada kehamilannya. Ini saya berikan resep obat untuk istri anda. Anda bisa membelinya di Apotik. Itu saja Pak, kalau ada apa-apa lagi hubungi saya."

"Baik dokter, terima kasih."

"Sama sama Pak Rayyan, kalau begitu saya permisi."

Setelah memeriksa keadaan Intan, Dokter Deni meninggalkan kediaman Rayyan.

"Maafkan aku, Intan. Karena ulahku kamu jadi seperti ini."

"Mas ngomong apa ? jangan menyalahkan diri sendiri. Dokter tadi kan sudah bilang, aku hanya kelelahan saja. Setelah istirahat, semuanya akan baik-baik saja."

"Baiklah kalau begitu kamu istirahat saja dulu, aku akan pergi ke Apotik untuk membeli obat."

"Baiklah Mas, tapi setelah itu kamu segera pulang ya."

"Tentu."

Berjalan kembali ke ruang tamu, Rayyan menatap sinis Ayu yang sedang memijat Bu Lastri.

" Ayu, kapan kamu pergi dari rumah ini ?" kedua orang tuanya, Mira serta Yudi melihat ke arah Rayyan.

"Kamu tenang saja Mas, hari ini setelah bertemu dengan anak anak aku akan segera pergi."

"Kamu harus ingat itu." tanpa menunggu Ayu berbicara, Mira bertanya pada Rayyan,

"Bagaimana keadaan Intan?"

"Tidak usah sok baik, Mbak. Aku tahu, Mbak hanya berpura-pura bersikap baik pada kami kan ?" Mira menghela nafas kasar sebelum kembali bertanya,

"Apa maksud kamu ?"

"Ini kan yang kalian inginkan. Bagaimana, puas kalian ?"

"Rayyan, jaga ucapan mu !"

"Aku muak pada kalian semua, aku pergi dulu."

"Mau kemana kamu ?"

"Bukan urusan kalian."

"Anak itu, bagaimana bisa sikapnya terhadap kita jadi seperti itu? Ini pasti karena pengaruh Wanita itu. Bu, apa yang akan kita lakukan terhadap Mas Rayyan? " dalam hatinya, sekarang Mira membenarkan tindakan Bu Lastri yang pada Rayyan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!