Setelah beberapa menit berbicara lebih tepatnya berdebat, akhirnya Alisha keluar namun tetap ngotot tak ingin memakai baju yang disediakan oleh sang mama. Alisha merasa papanya sengaja menjebak dirinya dengan perjanjian konyol mereka.
“Kalian tanda tangan dulu berkas pernikahan sebelum saling memakaikan cincin kawin sebagai tanda ikatan kalian,” Pak Kiyai sengaja segera menikahkan keduanya agar kedua pasangan baru itu tak ada kesempatan untuk menolak.
“Kalau boleh kami gak usah tanda tangan pak Kiyai biarlah kami nikah siri aja. Toh kami juga belum siap membina rumah tangga yang sesungguhnya,” Alisha menatap pak Kiyai Somad dengan penuh harap. Sedangkan Arkana memberikan tatapan super tajam pada gadis cantik di depannya.
Pak Ahmad dan mama Alice mendelik tajam mendengar ucapan putrinya yang mengabaikan kesopanan di depan sahabatnya yang sangat dihormati oleh masyarakat. Alisha pun menyadari hal itu namun ia tak ingin menyerah begitu saja. Alisha siap memperjuangkan kebebasannya.
“Gak ada namanya nikah siri. Nikah ya nikah, siap atau tidak, saat ini kita sudah menikah.” Arkana menegaskan lalu meraih berkas di depan pak penghulu.
Meskipun Arkana sama dengan Alisha yang kaget dan syok dengan pernikahan mereka yang tiba-tiba namun sebagai cucu tunggal yang berbakti pada sang kakek maka untuk saat ini ia hanya bisa menerima keadaan. Tak sopan jika harus memperlihatkan keterpaksaannya.
“Kalau mau kuliah maka tanda tangan, sayang !” Nada suara pak Ahmad terdengar penuh penekanan walaupun namanya dibuat selembut mungkin. Rupanya pak Ahmad tidak tau kalau sebenarnya Alisha sudah kuliah bahkan sudah melewati satu semester.
Dengan wajah ditekuk, akhirnya Alisha ikut membubuhkan tanda tangannya. Ia tak ingin berlama-lama di pesantren. Alisha ingin segera menjadi dokter dan mengambil spesiali agar ia bisa membanggakan grandpanya yang selama 10 tahun ini mendidik dan membesarkannya.
Grandpa Jonathan Smith sangat menginginkan Alisha menjadi seorang dokter agar bisa menolong orang-orang yang kurang mampu. Agar tak terjadi perdebatan antara menantunya yang notabene adalah pebisnis dan tentu saja menginginkan Alisha sebagai penerusnya maka Jonathan Smith sudah menyiapkan Alisha untuk itu. Sehingga gadis cantik itu bisa fokus mencapai gelar dokternya.
“Kapan kita pulang ?!” Alisha menyodorkan map yang berisi kertas yang sudah ia bubuhi tanda tangan.
“Besok pagi. Aku masih capek perjalanan jauh,” Bukan pak Ahmad yang menjawab melainkan Arkana.
Pak Ahmad dan pak Kiyai Somad berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Disusul mama Alice dan bu Nyai, mereka mengantar pak penghulu hingga keluar rumah. Setelah itu pasangan tersebut entah kemana. Tinggallah pasangan Alisha dan Arkana yang saling menatap tanpa berusaha untuk lebih dahulu bersuara.
Alisha tipe gadis diam dan cuek dengan sekitarnya meskipun jika bersama Jonathan Smith bisa berdiskusi hingga lupa waktu sementara Arkana tipe pria dingin dan serius.
Merasa tak ada yang perlu dibicarakan, Alisha memutuskan untuk beristirahat. Mengingat kamar sejuk di rumah pak Kiyai dan empuknya kasur membuat mata Alisha tiba-tiba ingin terpejam. Bergegas gadis cantik itu berdiri dan bergegas memasuki kamar dimana tadi ia dan mama Alice serta bu Nyai berada. Alisha lalu masuk dan segera mengunci kamar agar tak ada yang mengganggu tidurnya.
Tidur di dalam kamar yang panas selama enam bulan sungguh merupakan penderitaan lahir batin baginya. Alisha sudah mencoba bernegosisasi dengan para ustadzah pengasuh pondok pesantren untuk memasang AC dikamarnya namun bukan hanya penolakan yang ia dapatkan melainkan ceramah yang panjang kali lebar sehingga membuat kepalanya pusing tujuh keliling.
Arkana tak terpengaruh dengan tingkah Alisha. Pria itu pun memasuki kamarnya sendiri. Perjalanan jauh tanpa supir dan asisten ditambah kejutan dari sang kakek membuatnya teramat lelah untuk sekedar berbicara dan protes. Saat ini ia memilih diam dan menuruti semua keinginan pria paruh baya itu.
Arkana Berusaha memejamkan mata dan memilih untuk tidur sejenak agar otaknya bisa bekerja maksimal setelah bangun nanti. Hanya itu harapannya untuk saat ini.
Dua jam kemudian Arkana terbangun dan keluar dari kamar. Suara ribut-ribut diluar kamar mengusik tidurnya. Rupanya mama mertua dan neneknya sedang berteriak sembari mengetuk pintu kamar Alisha.
“Ada apa ma, nek ?!” Arkana mendekati kedua wanita itu.
“Ini lho nak, mama takut Alisha berbuat nekad,” Airmata mama Alice sudah meluncur bebas membasahi pipinya.
“Gak mungkin ma, putri mama itu terlalu sayang pada diri sendiri sehingga tak akan mungkin melakukan hal yang merugikan dirinya, “ Arkana berusaha menenangkan mama mertua dan neneknya.
“Ada apa ini, kenapa semua berkumpul di depan kamar?!” Suara pak Kiyai Somad berhasil menarik perhatian semuanya.
“Kami takut nak Alisha kenapa-kenapa di dalam kamar. Sudah satu jam pintu kamar kami gedor-gedor namun tak kunjung terbuka,” Wajah bu Nyai terlihat sangat khawatir. Bayangan pagi tadi saat Alisha menolak dinikahkan kembali memenuhi benaknya.
“Insya Allah nak Alisha baik-baik saja.” Pak Kiyai Somad berjalan kearah meja disudut ruangan dan mengambil kunci yang ternyata adalah kunci serep kamar yang ditempati Alisha.
Setelah memutar kunci, pak Kiya Somad kembali duduk di ruang tamu bersama pak Ahmad, sahabatnya. Kedua pria paruh baya itu tak ingin terlibat dengan para wanitanya.
Mama Alice dan bu Nyai menyerbu masuk ke dalam kamar disusul oleh Arkana. Pria itu pun penasaran dengan keadaan Alisha. Baginya sangat tak masuk akal jika pintu kamar digedor-gedor selama satu jam namun penghuninya sama sekali tak terusik. Dirinya saja yang sedang tidur merasa terganggu mendengar teriakan kedua wanita paruh baya itu.
Bersamaan dengan masuknya ketiga manusia itu dalam kamar, Alisha pun keluar dari kamar mandi dengan santai dengan headphone dikepalanya. Gadis itu tak menyadari kehadiran mereka hingga matanya menangkap bayangan tiga manusia di dalam cermin.
“Aaaaaaaaa !!!” Teriakan kaget Alisha memekakkan telinga ketiga tamu tak diundang itu. Gadis itu kembali berlari masuk ke dalam kamar mandi. Arkana terpana melihat Alisha yang hanya berbalut handuk super pendek sehingga memperlihatkan kulitnya yang mulus tanpa cacat.
“Kalian ngapain tiba-tiba masuk !! Tolong keluar !!” Alisha berteriak frustasi. Meskipun gadis itu menghabiskan masa remajanya di Inggris selama 10 tahun terakhir ini namun ia hidup layaknya gadis Indonesia yang menjaga diri dari perbuatan buruk dan merugikan diri sendiri.
“Ok, kami keluar. Setelah itu kamu keluar ya,” Mama Alice berdiri di depan pintu kamar mandi dan berbicara pelan. Ia tak ingin membalas dengan teriakan pula.
Ketiganya lalu keluar dari kamar Tanpa disadari oleh mama Alice dan bu Nyai, Wajah Arkana memerah karena telah melihat seorang gadis yang hanya berbalut handuk. Selama ini wanita disekelilingnya memang berpenampilan seksi dengan baju khas kekurangan bahan namun bagaimanapun mereka tetap memakai baju. Tapi Alisha ?? Sungguh sangat mengganggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Rondhoh tul janah
semangat
2024-03-08
0
Rondhoh tul janah
lanjut thoooor
2024-03-08
0