Perlahan malam mulai menampakkan gelapnya, urusan belanja kedua gadis itupun kelar bahkan makan malam sudah mereka lakukan. Abidzar kini berada dibelakang kemudi siap mengantar kedua sahabatnya. Pagi tadi Alisha berencana membeli sebuah mobil sederhana namun kondisi tak memungkinkan ternyata bertemu dan melepas rindu bersamaan kedua sahabatnya membuatnya melupakan semua rencananya.
“Antarkan aku dulu deh,” Alisha akhirnya harus pulang ke rumah orang tuanya. Tak mungkin ia meminta diantar ke rumah Arkana. Belum saatnya menceritakan hal yang satu itu. Semua belum jelas.
Baik Abidzar maupun Maureen tak protes. Seharian bersama cukup membuat ketiganya capek bin lelah. Menemani dua gadis yang gila belanja membuat Abidzar benar-benar ingin segera beristirahat untuk mengobati lelah tubuhnya. Sedangkan Maureen hanya menyandarkan kepalanya pasrah.
Mobil Abidzar kini berhenti tepat di depan rumah orang tua Alisha. Security rumah mewah tersebut menghampiri mobil Abidzar. Alisha segera turun lalu membuka bagasi mobil untuk mengambil belanjaannya.
“Ini aku pak,” Suara Alisha menghentikan langkah security yang bertugas.
“Maaf non, bapak kira siapa, mari saya bantu bawa barangnya nona,”
Mobil Abidzar kembali melaju setelah berpamitan pada Alisha. Tugasnya mengantar Maureen harus segera dilakukan agar dirinya terbebas.
“Hati-hati Bid,” Teriak Alisha mengiringi laju mobil Abidzar.
“Oh ya pak, papa sama mama ada kan ?!” Alisha bertanya namun dalam hati berdoa agar jawaban pak Agus sesuai keinginan hatinya yaitu papa dan mamanya keluar.
“Baru saja keluar non,” Jawab pak Agus membuat bibir Alisha melengkung membentuk sebuah senyuman.
Tanpa banyak kata Alisha segera berjalan menuju garasi dan mengambil kunci mobil yang berjejer di dinding garasi. Pak Ahmad sengaja menyimpan semua kunci mobil disana agar supir bisa memanaskan mobil dipagi hari tanpa harus bersusah payah masuk ke dalam rumah.
“Ya sudah gak apa-apa pak, aku kemari karena butuh mobil. Jalan dulu ya pak, assalamualaikum. “ Alisha membunyikan klakson sebelum berlalu.
”Alisha lalu masuk ke dalam garasi diikuti pak Agus yang masih memegang belanjaan gadis itu. Alisha lalu mengambil kunci mobilnya dan tanpa membuang-buang waktu segera meluncur ke jalan raya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.55.
Jarak antara rumah kedua orang tua Alisha dan rumah Arkana lumayan jauh ditambah macet meskipun tak separah siang hari, mengharuskan Alisha menyetir selama hampir dua jam.
Alisha menghentikan mobilnya persis di depan gerbang yang dijaga oleh beberapa security. Karena security tak mengenali mobil Alisha maka terpaksa gadis itu turun dari mobil dan menghampiri sang security.
“Maaf pak, boleh di buka gerbangnya ?!” Setengah berteriak Alisha meminta security membuka pintu gerbang kokoh tersebut. Salah seorang yang memang ingin membuka gerbang karena melihat sebuah mobil asing terparkir berjalan dengan cepat.
“Eh ibu, silahkan masuk.” Security yang kira-kira seumuran dengan papanya segera membuka lebar pintu gerbang ketika melihat Alisah berdiri di depannya. Perlahan Alisha menginjak gas melewati gerbang rumah Arkana.
Dengan santai Alisha masuk melewati pintu utama yang ternyata masih terbuka lebar. Sambil mengucap salam dengan pelan, Alisha sibuk dengan tentengannya.
“Darimana aja jam segini baru pulang ?!” Arkana bersedekap dengan wajah khas tak enak dipandang miliknya. Ingin rasanya Alisha berteriak marah manakala setiap melihat wajah Arkana selalu mode on datar. Padahal siang tadi wajahnya penuh senyuman.
“Tadi langsung ke rumah papaku ambil mobil.” Alisha pun memperlihatkan wajah datarnya. Memangnya hanya Arkana saja yang bisa berwajah datar.
“Rumah ini punya aturan, lain kali jika pulang jam segini lebih baik gak usah pulang sekalian,” Tegas Arkana tak ingin dibantah.
Alisha mengurungkan niatnya membawa barang belanjaannya ke kamar. Ia membalikkan badannya kembali ke mobi dimana ia memarkirnya. Alisha memasukkan belanjaannya ke bagasi mobil dan kembali ke dalam rumah tersebut. Arkana mengerutkan dahi melihat apa yang dilakukan oleh gadis muda itu.
“Gak usah bingung, baju-baju itu biar di mobil aja. Manatau nanti telat pulang jadi aku punya baju ganti. Besok juga sekalian aku cari apartemen agar ke depannya punya tempat,” Santai dan tak peduli kesan yang diberikan oleh Alisha membuat Arkana mengeraskan rahangnya menahan amarahnya.
Maksud Arkana adalah mengingatkan Alisha agar jangan pulang larut malam karena kesannya tak baik namun siapa sangka justru gadis itu tak ambil pusing.
“Jangan menghambur-hamburkan uang papamu. Kasihan beliau banting tulang cari uang,” Arkana menatap sinis Alisha. Ia tipe pria yang tak suka pada wanita yang kerjanya hanya foya-foya tanpa tahu susahnya memimpin perusahaan.
“Jangan sok tau, jangan asal menuduh orang jika belum kenal baik. Siapa bilang aku menggunakan uang papaku, kalau kamu gak percaya tanyakan sama papa atau mamaku.” Alisha meninggalkan Arkana, malam ini ia tak sanggup untuk bertengkar. Seharian bersama kedua sahabatnya membuat tubuhnya benar-benar lelah.
Tiba di kamar, Alisha mengambil piyama tidurnya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan diri sebelum tidur. Tidur setelah mandi membuatnya gampang terlelap dan akan segar saat terbangun tengah malam. Perbedaan waktu dengan negara Eropa membuatnya harus bekerja ekstra. Siang hari kuliah dan malam hari bekerja.
Orang kepercayaan Jonathan Smith selalu mengirimkan email perusahaan untuk diperiksa. Semua karena perintah sang grandpa. Tentu saja Alisha tak menolak karena pastinya ada imbalan untuk setiap pekerjaan yang diberikan oleh grandpanya, Jonathan Smith. Belum lagi jika teman-temannya sesama hacker yang selalu menghubunginya ataupun memberikan pekerjaan untuknya. Lumayan buat nambah-nambah isi rekening. Semua itu tak mungkin Alisha abaikan.
Arkana mengikuti Alisha masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring pada kasur empuknya. Iapun sangat lelah seharian bekerja. Arkana adalah tipe pria pekerja keras meskipun ia sebagai presdir namun tak lantas membuatnya bersantai dan menghambur-hamburkan uangnya.
Baru saja Arkana menutup mata, pintu kamar mandi pun terbuka menampilkan Alisha yang sudah berpakaian lengkap siap untuk tidur. Aroma strawberry yang berasal dari sabun yang ia pakai cukup mengganggu indera penciuman Arkana sehingga pria itu kembali membuka matanya.
“Tidur aja kak, maaf pintu kamar mandinya ribut.” Alisha mengira gara-gara ia membuka pintu kamar mandi dengan keras sehingga membuat pria itu terbangun.
Arkana tak menjawab sementara seperti malam kemarin Alisha memilih tidur di sofa. Ia belum bisa berdamai dengan keadaannya yang tiba-tiba berubah status. Pun sama halnya dengan Arkana.
Suasana kamar hening karena penghuninya kini sama-sama berusaha meraih dunia bawah sadar mereka. Entah kehidupan rumah tangga mereka ke depannya seperti apa. Hanya sang pemilik takdir yang memiliki kuasa untuk semua itu.
Karena kelelahan, hanya dalam hitungan sepersekian derik Alisha sudah mendengkur halus pertanda dunia mimpi sudah menyapanya. Perlahan tapi pasti Arkana pun segera berlalu di dunia mimpinya. Meskipun keduanya kini telah berada dalam dunia mimpi namun bisa dipastikan jika mereka tak akan bertemu karena mimpi mereka sudah pasti tak sama.
Hingga tak terasa alarm alami Alisha membuatnya tersadar dari dunia tak bertepi itu. Seberapa nyenyakpun tidur Alisha namun pada tengah malam pasti ia akan terbangun. Entah sudah menjadi kebiasaannya selama satu tahun terakhir ini ataukah karena alarm pada ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
neng ade
sampai kapan Alisha dan Arkana tak akur meski udh terikat dlm pernikahan..
2024-03-14
0