Alisha tak memperdulikan tatapan datar Arkana. Toh sejak mengenalnya memang selalu seperti itu tatapannya. Bagi Alisha tak ada masalah selama pria itu tak mengganggu hidupnya. Seolah tak mengenal Arkana, perlahan tapi pasti Alisha mengalihkan tatapannya kemudian lanjut menikmati makanannya.
“Duh tampannya,” Celetuk Maureen menatap ke arah rombongan Arkana.
“Mulai deh, malu-maluin almamater aja,” Abidzar mencibir karena tahu siapa yang Maureen lihat saat ini.
“Ada apa sih, kalian berdua ? Mending cepat habiskan makanannya, setelah ini kita nonton dan shopping,” Sejenak Alisha menatap kedua sahabatnya lalu menyeruput juice kesukaannya.
“Kalian boleh shopping sepuasnya tapi jangan minta aku bawakan belanjaan kalian. Bisa jatuh harga diriku sebagai seorang pria sejati. Kalau pacar sendiri sih gak masalah nah kalian berdua hanya sumber masalah bagiku,” Sudah menjadi kebiasaan Abidzar selalu mengomeli Alisha dan Maureen yang hobby belanja dan tangannyalah yang jadi korban karena penuh dengan belanja kedua gadis itu.
Maureen dan Alisha saling menatap dan tertawa cekikikan melihat ekspresi kesal Abidzar. Kalau diingat-ingat terkadang memang mereka berdua sedikit keterlaluan pada pria tampan yang baik hati itu. Tapi yang namanya perempuan jika shopping memang selalu kalap karena itulah sisi menariknya seorang perempuan.
Alisha lalu memberi kode pada salah seorang pelayan lalu meminta bill makanan yang telah menghilangkan rasa lapar mereka bertiga. Karena Alisha memang tidak membawa uang tunai maka ia bergegas ke kasir sebelum meninggalkan restoran tersebut. Maureen dan Abidzar mengikutinya dari belakang.
“Kenapa kalian jalan dibelakangku ? Kayak pengawal aja,” Alisha memutar badannya sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
“Jaga-jaga aja sih kalau-kalau kartumu gak ada saldo maka kami bisa menghindar,” Maureen sengaja meledek Alisha. Gadis manis itu memang paling suka iseng dan menjahili Alisha. Dilihat dari gayanya yang kocak, orang-orang tak akan menyangka jika mereka adalah mahasiswa kedokteran yang identik dengan keseriusan dan kutu buku. Namun justru itulah yang membuat ketiganya kompak.
Alisha hanya bisa mendelik tajam mendengar ucapan Maureen. Tak ada gunanya meladeni gadis itu yang pasti perdebatan mereka akan semakin melebar kemana-mana.
Kini Abidzar melarikan mobilnya menuju sebuah mall yang menjadi tempat favorit para penduduk ibukota yang berasal dari kalangan atas. Karena letak restoran dan mall tersebut tak begitu jauh, akhirnya mereka tiba tanpa melewati drama kemacetan khas ibukota.
Alisha dan Maureen turun terlebih dahulu diikuti oleh Abidzar. Ketiganya berjalan beriringan memasuki mall dengan posisi Abidzar ditengah.
“Ingat ya, kalian berdua jangan kalap.” Abidzar kembali mengingatkan kedua gadis cantik di kiri kanannya.
“Kita nonton sebelum belanja, manatau ada film bagus. “ Alisha tak ingin cepat pulang. Selama enam bulan ini ia hanya melihat wajah Tari dan santriwati lainnya , sama sekali tak menyegarkan mata.
“Nonton film romantis ya,” Meskipun Maureen tahu usulan akan ditolak mentah-mentah oleh kedua sahabatnya namun apa salahnya mencoba, bukan ?!
“No ! Ngapain nonton film kayak gitu gak bermutu menurutku,” Setengah berteriak Alisha menolak keras usulan Maureen dan Abidzar ternyata mendukung Alisha.
“Bener tuh, mending kita nonton film action.” Abidzar dan Alisha memang satu server jika menyangkut perfilman. Kedua manusia beda jenis itu sama-sama menyukai film kungfu, dan semua jenis film bela diri serta film yang saling adu senjata.
Meskipun Maureen tak menyukai film action namun ia kalah suara. Satu lawan dua suara tentu saja ia harus mengikuti keinginan kedua sahabatnya. Mereka bertiga memasuki lift yang akan mengantar ke lantai 4 dimana bioskop tersebut berada.
Sebagai pria sejati, Abidzar ikut mengantri untuk mendapat tiga tiket di depan mesin barcode. Alisha membeli tiket secara online dan mengirimkan pada Abidzar barcodenya. Sementara Alisha dan Maureen membeli minuman dan cemilan kesukaan mereka bertiga. Soal makanan mereka bertiga memang satu selera.
Jam menunjukkan pukul 15.40 saat semua urusan selesai, ketiganya langsung menuju ke arah pintu teater sesuai yang tertera pada tiket ditangan Abidzar. Setelah itu mereka mencari nomor kursi yang sudah menjadi haknya menurut tiket yang mereka beli.
“Pilih aja kursimu, Reen.” Abidzar dan Alisha menyadari wajah tak ikhlas Maureen sehingga keduanya memberikan hak istimewa pada Maureen untuk memilih kursi yang ia sukai.
“Mana-mana ajalah toh mataku tetap nonton film berkelahi. Lagian aku heran deh sama kamu, kok bisa-bisanya suka film kayak gini. Seorang gadis tuh nontonnya yang romantis,” Rupanya kekesalan Maureen semakin menjadi-jadi dan berakhir dengan omelan tak jelas.
“Gak usah ngomel, nanti gak ketemu jodoh lho. Mending kamu makan trus tidur nanti setelah filmnya selesai kami bangunkan.” Alisha tak tahan mendengar omelan Maureen yang akan semakin panjang lebar tanpa titik koma.
Seketika Maureen mendelik tajam mendengar ucapan Alisha yang tak bermoral. Ia sangat takut tak bertemu jodohnya dan menjadi perawan tua. Membayangkannya saja membuatnya bergidik ngeri apalagi jika benaran terjadi.
Alisha setengah mati menahan tawa kala tak lagi mendengar omelan sahabatnya. Sungguh kata-katanya sangat ampuh bin manjur. Maureen yang terkenal memiliki kosa kata jutaan ternyata bisa dibungkam hanya dengan dua kalimat.
Perlahan lampu bioskop dimatikan berganti dengan cahaya dari layar lebar di depan mereka. Beberapa potongan film diputar sebelum film sebenarnya memenuhi layar lebar tersebut. Beberapa menit kemudian film pilihan Alisha dan Abidzar dimulai. Fast X sebuah film yang bergenre action, crime yang dibintangi oleh aktor papan atas hollywood.
Film berakhir setelah seratus empat puluh satu menit. Wajah Maureen langsung sumringah, bagaimana tidak, ia tersiksa menunggu film berakhir. Ketiganya lalu keluar teater secara beriringan. Jika orang yang tak tahu hubungan persahabatan mereka tentu saja akan iri pada Abidzar yang dikawal oleh dua gadis cantik dan manis.
“Jadi kan shoppingnya ?!” Maureen langsung mode on semangat apalagi saat ini pas di depan bioskop pintu sebuah stand brand ternama sedang memamerkan keluaran terbarunya.
“Jadi dong, let’s go.” Alisha dan Maureen setengah berlari menghampiri standar tersebut tanpa memperdulikan Abidzar yang menatap kedua gadis itu dengan gusar.
“Kamu yang bayar kan, Al ?!” Sebelum kalap, Maureen bertanya terlebih dahulu. Perusahaan papanya tak sebesar milik papa Alisha meskipun Perusahaan papanya tergolong besar namun masih berada pada nomor kesekian.
“Tentu saja, tapi jangan lama-lama. Kita harus dinner sebelum pulang kasihan Abidzar yang pasti capek menemani kita seharian. Takutnya besok pacarnya minta putus.” Alisha dan Maureen cekikikan membayangkan pacar sahabatnya ngambek.
Sebenarnya Alisha dan Maureen tak menyukai pacar sahabatnya yang terlalu possesif pada Abidzar. Bahkan saking posessifnya mereka berdua pun dicemburui padahal hubungan Alisha, Maureen dan Abidzar hanya sahabat tak lebih.
Baru saja Alisha dan Maureen membahas pacar Abidzar, kini pria tampan itu sedang berdiri diluar sambil menelepon. Kedua gadis itu saling berpandangan kemudian kembali sibuk dengan urusan belanjaan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments