Rutinitas Quinley kalau tidak ada tugas keluar kantor, selalu makan siang di cafeteria bersama lima orang staf divisi konstruksi bagian drafter. Teman - teman yang satu divisi dengan Quinley berjenis kelamin laki - laki. Sehingga dia sangat tahu topik pembicaraan antara laki - laki dengan laki - laki sebelum makan siang, ketika makan siang dan setelah makan siang selama satu tahun dia bekerja.
Mereka duduk berderet di kursi panjang menunggu makanan datang. Quinley melihat hiruk pikuk suasana kafetaria di tempat kerjanya Quinley saat jam makan siang. Ada yang sedang merokok, ada yang sedang makan, ada yang sedang minum, ada yang sedang mengobrol dan ada yang sedang fokus dengan layar handphone. Sedangkan dia bersama temannya sedang menikmati sisa waktu jam istirahat.
"Eh, lihat Bro, ada cewek incaran kamu tuch," ujar Bertand sambil menoleh ke Ricky.
Quinley ikutan menoleh ke belakang, lalu berkata, "Itu kan Nyonya Queen, direktur divisi kita."
"Oh dia direktur kita," ujar Jimmy sambil ikutan nengok ke belakang. "Ky, udah jangan bengong aja, sambut tuch incaran kamu," lanjut Jimmy sambil menyenggol Ricky.
Mau ngapain wanita itu ke sini? Ada urusan apa dia sama kita?
Batin Quinley.
Karena penasaran, Ricky menoleh ke belakang, lalu berucap, " Oh my god, apakah ini mimpi?"
"Kayaknya bukan mimpi Bro," ucap Jimmy, lalu mencubit tangannya Ricky dengan kencang.
"Auw! Sakit tahu!" pekik Ricky.
"Aku cuma buktiin kalau ini bukan mimpi," ujar Jimmy.
"Seorang wanita yang sempurna. Bodinya yang aduhai, wajah cantiknya, lenggak - lenggok jalannya bikin jantungku loncat dari tempatnya. Aku jadi grogi gini, Jim."
"Alah, sama yang begituan grogi, biasanya kamu kan langsung tebar pesona melihat cewek yang seksi dan cantik."
"Tapi yang ini berbeda," ucap Ricky yang masih terkesima dengan sosok Queen.
"Dia sudah tahu belum nama kamu?"
"Belum."
"Yah kalau begitu kamu langsung aja ajak kenalan."
"Tapi aku gugup."
"Nggak usah gugup Ky," samber Quinley sambil menoleh ke Ricky.
"Shit! Benaran dia menghampiri kita Bro, pepet aja Bro, mumpung ada kesempatan," samber Bertand.
Tak lama kemudian, direktur mereka berhenti di depan mereka. Sontak mereka bertiga kembali ke posisi semula. Wanita itu berjalan ke bangku yang kosong di depan mereka. Wanita itu memasang wajah yang jutek. Dia langsung duduk di depan Quinley dan membuat Ricky gemeteran. Dia duduk sambil bersedekap tangannya di dadanya.
"Dasar wanita jalang! Berani-beraninya kamu menggoda Tuan Albern!! Jangan dekati Tuan Albern! Asal kamu tahu ya, aku pacarnya Tuan Albern. Jangan kau dekati Tuan Albern!!" bentak Queen sambil menatap marah ke Jane.
"Hey!!! Kalau jadi orang sopan dikit dong!! Jangan langsung marah - marah nggak jelas," ucap Bertand dengan nada suara yang sewot.
"Eh kamu kan cowok, kamu nggak usah ikut campur urusan cewek!! Apa kamu udah ganti kelamin, main ikut campur aja!?" ucap Queen kesal.
"Dasar Cewek nggak ada etika, enak aja kamu fitnah aku dan sahabat aku!! Sarkas Quinley.
" Hey!! Emang benar kok kamu wanita j*l*ng! Udah berani mendekati Tuan Albern!!"
"Kamu yang wanita j*l*ng! Kalau Tuan Albern punya pacar mana mungkin dia melamar aku dan kami akan segera menikah. Kamu kali yang menjadi j*l*ngnya Tuan Albern!!" ucap Quinley marah yang membuat semua orang yang berada di cafetaria itu terkejut.
Ketika wanita itu melayangkan tangan kanannya ke wajahnya Quinley, Quinley langsung menangkis tangan wanita itu. Lalu tangan itu dihempaskan dengan kasar oleh dirinya sendiri dari genggaman Quinley. Wajah wanita itu menegang dan memerah, masih belum selesai mengeluarkan emosi jiwanya. Kedua telapak tangannya mengepal.
"Jika kamu seorang wanita yang terhormat tidak sepantasnya kamu memfitnah saya dan teman saya dan marah kepada kami berdua. Kamu jangan asal menuduh kami tanpa ada bukti yang sebenarnya. Jika kamu seorang wanita yang terhormat, kamu tidak akan melakukan hal yang tidak terpuji seperti tadi yang kamu lakukan. Jika kamu seorang wanita yang terhormat, selesaikanlah masalah dengan baik dan benar," ucap Bertand dengan nada suara yang tegas dan menatap tajam ke wanita itu.
"Huh!! Kamu jadi orang jangan munafik dech!!! Aku udah tahu semua semua kebusukan kamu!" teriak Quinley sambil menunjuk jari telunjuk ke wajahnya Quinley.
Ya Tuhan, sabarkanlah hatiku hingga diriku tidak ikutan emosi lagi.
Batin Jane.
Lihat aja nanti, siapa yang akan mendapatkan cintanya James dan aku akan kasih pelajaran ke kamu karena sudah menggoda James.
Batin Queen.
"Nona Queen? Sedang apa kamu berada di sini?" tanya Noah yang tiba - tiba datang menghampiri mereka.
"Itu bukan urusan kamu!" ucap Queen sambil menatap tajam ke Noah, lalu dia bangkit dan pergi meninggalkan cafetaria.
"Nona Quinley, anda dipanggil sama Tuan Albern," ucap Noah.
"Maaf Tuan Noah, saya mau masih di sini, nanti aja setelah jam makan siang habis saya ke sana."
"Tapi Nona, sekarang juga anda disuruh ke sana."
"Ini kan masih jam istirahat, memangnya ada apa sampai aku disuruh ke sana sekarang juga?"
"Saya juga tidak tahu Nona."
"Ehmmm ... baiklah saya ke sana sekarang juga. Bertand, Jim, Ky, aku pergi dulu ya," ucap Quinley, lalu dia beranjak dari bangku.
"Terus makanan yang kamu pesan, gimana?" tanya Jimmy.
"Buat kalian aja," ucap Quinley sambil keluar dari bangku.
"Ok. Hati - hati ya," ucap Jimmy.
Quinley hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari ucapan Jimmy. Quinley berjalan mengikuti langkah kakinya Noah. Noah dan Quinley menghilang menembus menerobos gerombolan orang. Disepanjang jalan menuju ruang kerja Albern, Quinley sering mendengar gosip miring tentang hubungan dia dengan Albern.
Tatapan mereka bagaikan belati seakan menusuk kedua netranya Quinley. Walaupun dia tidak memperdulikan itu, tapi hatinya terluka. Tak terasa cairan bening mengalir lembut dari kedua matanya. Dia langsung menyeka air mata itu sambil menundukkan kepalanya. Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan sampai dia berhenti menangis. Mereka menghentikan langkah kakinya mereka berhenti di depan salah satu pintu lift.
Bagaimana pun juga aku seorang wanita yang dari luar kelihatan tegar namun mempunyai hati yang rapuh.
Batin Jane.
Ting
Pintu lift terbuka, Quinley dan Noah masuk ke dalam lift. Noah menekan tombol angka dua puluh dua sehingga pintu lift ketutup. Quinley mengedarkan pandangannya ke sekeliling lift yang hanya diisi oleh dia dan Noah. Pintu lift kebuka, Noah keluar dari dalam lift. Quinley menyusul langkah kakinya Noah. Mereka berjalan menyusuri lorong di lantai itu.
Dengan langkah kaki yang lemas, Quinley menyusuri koridor di atas lantai marmer. Di ujung lorong, dia bertatap muka dengan Chelia, sekretaris pribadinya Albern sekaligus salah satu teman ranjangnya Albern. Chelia langsung memasang muka yang bermusuhan. Noah menekan ke bawah gagang pintu, lalu mendorong daun pintu itu hingga pintu terbuka.
Noah masuk terlebih dahulu, disusul oleh Quinley. Mereka masuk ke dalam ruang kerja Albern. Quinley melihat wajah ganteng Albern yang ramah. Senyuman manisnya itu yang membuat orang lain terlena. Ketika berada di tengah ruangan, Noah menganggukkan kepalanya ke Albern, Albern membalas anggukan kepalanya Noah. Noah berbalik, lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya Albern.
"Silakan duduk di sofa," ucap Albern sambil bangkit dari kursi kebesarannya.
Kemudian Quinley berjalan ke seperangkat sofa. Dia melihat di atas meja ada aneka makanan yang dia tidak tahu namanya. Albern mengikuti langkahnya Quinley. Quinley duduk di atas sofa panjang. Albern duduk di sebelah kirinya Quinley. Mereka saling menatap dengan intens. Quinley selalu merasakan seringai laba-laba setiap berdekatan dengan Albern.
"Kamu udah makan siang?" tanya Albern dengan lembut.
"Sudah Albern," jawab Quinley tak bersemangat.
"Yah, sangat disayangkan sekali. Padahal aku sudah pesan makanan khas Indonesia untuk kita berdua. Kamu udah pernah merasakan masakan Indonesia?"
"Belum."
"Ya udah, kamu cobain aja dulu, makanan ini enak banget. Pasti kamu ketagihan. Kamu suka pedas nggak?"
"Suka Albern."
"Kamu kenapa tidak bersemangat? Ada yang kamu pikirkan?"
"Ehmmm ... iya."
"Apa itu?"
"Tadi Nyonya Queen melabrak saya,, dia bilang saya telah merebut hati kamu dari dirinya" ucap Quinley sendu.
Aku harus kasih pelajaran ke Queen!
Batin Albern.
"Dia bukan siapa-siapa bagiku, kamu tidak merebut aku dari dirinya. Jadi, jangan dipikirin omongan Queen yang itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments