Sang mentari yang bersinar terang dengan lantang. Langit biru terhampar di depan mata, indah bagai lautan luas. Perlahan-lahan angin bertiup lembut. Menyapa dunia dengan kehangatan yang tulus dan mulus. Menyambut aktivitas orang-orang yang berada di wilayah Chelsea, termasuk aktivitas Albern dan Quinley. Saat ini James dan Jane sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Chelsea yang beralamat di 122, King' road. Mereka menyusuri jalanan pusat perbelanjaan itu sambil berpegangan tangan yang telah membuat hatinya Quinley berbunga-bunga. Melihat-lihat beberapa toko dari luar. Menikmati suasana pusat perbelanjaan yang cukup ramai pengunjung.
"Quinley, kita masuk ke toko itu yuk!" ajak Albern.
Belum adanya respon dari Quinley, Albern langsung menarik tangannya Quinley masuk ke dalam toko pakaian branded dunia. Quinley terperangah melihat isi toko. Baru pertama kali dia ke sini. Biasanya dia hanya bisa melihat pakaian-pakaian branded seperti di dalam toko hanya dari majalah dan televisi. Dia bingung sendiri kenapa Albern membawanya ke sini, padahal mereka sudah membeli cincin pertunangan mereka.
"Untuk apa kita ke sini?" tanya Quinley bingung sambil jalan menyusuri toko itu.
"Untuk membeli beberapa pakaian untuk kamu."
"Benarkah?"
"Iya. Kamu silakan pilih beberapa pakaian yang kamu suka. Aku tunggu di depan kasir."
"Terima kasih ya Albern," ujar Quinley senang sambil menoleh ke Albern.
Albern hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Quinley. Quinley melepaskan genggaman Albern, lalu berjalan ke rak blouse wanita. Albern berjalan ke bagian kasir. Niatnya dia menunggu Quinley sambil memperhatikan nilai saham perusahaannya. Tiba - tiba ada seorang yang menarik lembut lengan kirinya Albern dari arah belakang, sontak Albern menoleh kebelakang. Dia menatap dengan tatapan dingin ke orang yang sudah menarik lengannya dan ternyata orang itu adalah Queen. Queen tersenyum manis ke Albern.
"Takdir telah mempertemukan kita di sini," ujar Queen senang.
"Mau apa kamu?" tanya Albern yang kesal sambil menepis tangannya Queen yang bergelayut manja di lengannya Albern.
"Siapa wanita itu?" tanya Queen kesal.
"Kamu tak perlu tahu karena bukan urusan kamu. Dan perlu aku ingatkan lagi bahwa kamu hanya sebatas mainan seks dan karyawanku, jadi jangan ikut campur urusan pribadiku!" ucap Albern dengan tatapan mata yang tajam dan nada yang serius, lalu Albern pergi meninggalkan Rebecca.
"Kita lihat saja nanti, akan aku hancurkan kehidupan wanita itu," gumam Queen bermonolog.
Kemudian Queen melangkahkan kakinya ke Quinley yang sedang memilah - milah blouse. Queen tersenyum sinis melihat Quinley yang bebas mengambil beberapa blouse. Queen mengedarkan pandangannya melihat situasi toko. Toko kelihatan sepi, lalu Queen sengaja mendorong badannya Quinley dari belakang sehingga Quinley terjatuh bersamaan dengan beberapa blouse yang dipegang oleh Quinley.
"Aauuwww!!" pekik Quinley
"Eh, maaf Nona, saya tidak sengaja," ucap Queen dusta sambil menarik tubuhnya Quinley untuk membantu Quinley berdiri.
"Iya tidak apa - apa," ucap Quinley sambil beranjak berdiri. "Terima kasih," ucap Quinley sambil berdiri.
"Kamu tidak apa - apa kan Nona?" tanya Queen berpura-pura khawatir.
"Iya tidak apa - apa. Jangan panggil aku Nona, panggil aja Quinley aku merasa tidak pantas dipanggil Nona."
Oh, namanya Quinley.
Batin Queen.
"Ehm ... kalau tidak salah anda Nyonya Queen?" ucap Quinley ragu sambil memperhatikan wajahnya Queen.
"Iya, anda tahu saya?" ucap Queen bingung.
"Saya kerja di perusahaan Glory construction dan design juga. Saya dibagian konstruksi, saya bawahan ibu."
"Ooo, kamu itu anak buahnya Beatrix, yang pernah menantang saya?" ucap Queen kesal.
"Iya," ucap Quinley sambil menundukkan kepalanya.
Jadi dia orang yang telah menantangku dan yang telah mengambil Albern dari kehidupanku.
Batin Queen.
"Lagi borong blouse?" tanya Queen basa-basi.
"Nggak juga. Anda mau borong blouse juga?" tanya Quinley ramah.
"Iya," jawab Queen sambil menatap intens ke Quinley sehingga membuat Quinley merasa tak nyaman.
"Permisi, aku ke rak celana ya," pamit Quinley dengan sedikit kikuk karena tatapan matanya Queen yang tajam dan angkuh.
"Iya," jawab Queen yang mengetahui gelagatnya Quinley yang merasa tidak nyaman.
Aku akan mencari tahu tentang wanita itu supaya aku bisa merusak kehidupannya.
Batin Queen.
Kemudian Quinley melenggangkan lakinya ke bagian rak celana, namun dia belum tahu rak celana itu. Dia clingak - clinguk mencari rak celana. Dia belum mendapatkan rak celana, malah mendapatkan rak blazer, rak tank top, rak rok. Dia berjalan ke rak kemeja. Dia memilah - milah rok yang cocok sama lima buah blouse yang dia pilih.
"Roknya juga bagus - bagus," gumam Quinley pelan bermonolog.
"Ada yang bisa dibantu Nona?" ucap salah satu pegawai toko yang tiba - tiba menghampiri Quinley.
"Eh, iya. Panggil aja aku Quinley, jangan Nona. Aku bingung mencocokkan atasan dengan bawahan. Aku suka blouse - blouse ini, bawahan yang cocok untuk blouse - blouse ini, rok atau celana ya?" ucap Quinley sambil memperlihatkan lima buah blouse pilihan dirinya.
"Semua blouse ini ada pasangannya, tiga blouse pilihan Nona itu, pasangannya rok," ucap pegawai itu, lalu dia mencari tiga buah rok yang merupakan pasangan blouse.
"Yang dua, pasangannya celana?"
"Iya Nona," ucap pegawai itu yang masih mencari pasangan ketiga blouse itu.
Kalau rak celana di sebelah mana ya?"
"Di pojok kanan toko ini, dekat sama kasir."
"Udah ketemu?"
"Udah, ini roknya. Bagus banget jika dipakai sama Nona," kata pegawai itu sambil menyodorkan tiga buah rok ke Quinley.
"Ehm, terima kasih," ucap Quinley sambil menerima tiga buah rok.
"Mba, ada keranjang nggak, saya mau taruh ini semua," ucap Quinley ramah.
"Biar saya yang membawanya Nona," ucap pegawai itu sambil merentangkan kedua lengannya.
"Terima kasih ya Mbak," ucap Quinley, lalu dia memberikan semua blouse dan rok pilihannya.
Kemudian Quinley dan pegawai itu berjalan ke rak celana panjang sekalian menghampiri Albern. Dia sangat senang bisa mendapatkan lima setel pakaian bermerk dengan kualitas kelas dunia secara cuma-cuma. Dia tidak pernah menyangka mempunyai pakaian dari branded kelas dunia. Dia melihat Albern fokus melihat layar iPadnya. Di sebelah kanan Albern ada beberapa rak celana panjang. Quinley langsung mendekati beberapa rak celana panjang. Pegawai itu mencari celana panjang yang merupakan pasangan dari dua blouse pilihan Quinley. Quinley berjalan ke Albern, lalu duduk di samping kanannya Albern.
"Kamu sudah mendapatkan semua pakaian pilihan kamu," ucap Albern sambil memegang iPadnya.
"Sudah, tinggal cari dua celana panjang."
"Ini celana panjangnya Nona," ucap pegawai itu sambil memperlihatkannya.
Quinley bangkit dari bangku, lalu berucap, "Terima kasih ya Mbak. Tolong taruh di kasir, mau dibayar."
"Hanya segitu belanjaan kamu?" tanya Albern yang ternyata memperhatikan belanjaan Jane.
"Iya."
"Mba, taruh dulu itu di kasir dan tolong carikan tiga buah mini dress, tiga buah long dress, lima setel pakaian kerja, tas, sepatu dan bikini keluaran dari branded ini."
"Untuk apa beli bikini?" tanya Quinley bingung.
"Tiga hari lagi kita pergi ke pantai. Udah Mbak tolong carikan permintaan saya yang tadi."
Pergi ke pantai? Bukannya pergi untuk meninjau lokasi proyek pembangunan sebuah markas? Apa letak proyek itu berdekatan dengan pantai sehingga Albern membelikan aku bikini? Ah biarin aja, nanti kalau aku membantah, dia pasti kesal.
Batin Quinley.
"Baik Tuan," ucap pegawai itu, lalu dia melakukan perintah Albern.
"Al, lima setel pakaian kerja bagiku sudah cukup," ucap Quinley sambil menoleh ke James.
"Tapi bagiku belum cukup," ucap Albern sambil menatap lembut ke Jane.
Mereka saling memandang dengan intens sehingga saling mengunci. Albern menatap mata hijau milik Quinley yang membuat dirinya nyaman berada di dekat Quinley. Seakan terhipnotis dengan tatapan Quinley, James mendekatkan wajahnya ke wajahnya Quinley. Tanpa sengaja, Queen melihat kedekatan Albern dan Quinley yang hendak berciuman. Hatinya Queen bergemuruh marah, dengan langkah cepat mendekati Albern. Albern sengaja langsung memeluk pinggangnya Quinley dengan mesra.
"Aku kangen kamu," ucap Queen sambil memeluk pinggangnya Albern.
Sontak Albern melepaskan kedua lengannya Queen, lalu berucap dengan nada sinis, "Jangan ganggu aku lagi!!"
Nyonya Queen? Dia siapanya Pak James? Apakah kekasihnya Albern?
Batin Jane.
"Aku benaran kangen, udah lima hari kita tidak bercinta," ucap Queen yang manja.
"Jaga ucapan kamu!" ucap Albern geram sambil menoleh ke Queen.
"Apa karena wanita itu, kamu menjauh dariku?"
"Hey, kamu jangan ngomong yang ngaco!"
"Ya, aku yakin karena wanita j*l*ng itu, kamu jauhi aku!" ucap Queen marah. "Hey wanita j*l*ng, kamu sudah merebut kekasihku!" sarkas Queen.
Tak terasa cairan bening mengalir dari kedua netra milik Quinley. Dalam diam Quinley menangis. Dia tidak menyangka akan dipermalukan seperti ini. Dia sangat sedih, merasa bersalah dan sakit hati karena peristiwa ini. Spontan Quinley berlari sekuat tenaga keluar dari toko. Tubuhnya Quinley menembus gerombolan orang dengan deraian air matanya dan rasa sesak di dadanya. Berlari menuju pintu utama toko itu.
Namun tiba-tiba ada yang menarik tangan kanannya. Dia menoleh ke orang yang telah menarik tangannya yang ternyata orang itu adalah Albern. Albern langsung mendekap tubuhnya Quinley. Quinley menangis di dalam dekapan Albern. Quinley menyandarkan keningnya di dada kokohnya Albern yang telah memberikan kenyamanan untuk dirinya. engan lembut James membelai kepala dan punggungnya Jane.
"Jangan dengarkan ucapan wanita gila itu. Kamu seorang wanita yang terhormat. Kamu seorang wanita yang sangat berarti di dalam hidupku. Kamu bukan seorang perebut kekasih orang lain. Tolong berhenti menangis Sayang karena aku masih ingin kita jalan - jalan bersama," bisik James dengan lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments