Bab 12

Lapangan sekolah High School Milan, Italia. Letak lapangan itu berada di tengah-tengah gedung sekolah. Lapangan yang sangat luas dan ditumbuhi rerumputan hijau segar cukup untuk bermain sepak bola. Suara riuh dari para murid yang berkumpul di tengah lapangan mengelilingi Daniel dan Rauol yang akan berduel.

"Rauol, kau pasti bisa!" teriak para murid memberikan dukukan pada Rauol yang mempunyai kepopuleran di sekolah tersebut.

Tidak ada satu orang pun yang mendukung Daniel, bahkan hampir semua murid menatap sinis dan mengolok pemuda gendut itu.

"Tamat riwayatmu, Gendut!"

"Kemarin kau selamat dari maut, tapi tidak untuk saat ini!"

"Dia seperti kelebihan nyawa karena berani menantang pemimpin Black Devil!"

Beberapa murid yang berdiri di belakang Daniel alias Paolo terus lontarkan makian dan ejekan. Bahkan ada yang tega meludahi punggung lebar Daniel dari belakang.

Flavio membisikkan sesuatu kepada Rauol sambil sesekali melirik sinis pada si Gendut Daniel.

Paolo memasang telinga, dia berharap bisa mendengarkan bisikan kedua pemuda itu. "Aku harap tak hanya bisa mendengar suara hati mereka, tapi juga bisa mendengar suara bisikan mereka," ucap Paolo di dalam hati. Dan betapa terkejutnya dia, keinginannya seperti menjadi nyata. Tiba-tiba dia bisa mendengar bisikan dua pemuda itu. Paolo nyaris tidak percaya dengan apa yang di alami saat ini.

"Pukul perutnya, buat dia tumbang, dan setelah itu hajar dia tanpa sisa!" bisik Flavio pada Rauol.

Raoul menganggukkan kepala, menyetujui saran dari temannya. Kemudian pemuda berambut pirang itu tersenyum sinis seraya mengepalkan sebelah tangan lalu memukulkan tinjunya ke telapak tangannya yang terbuka. Dia melakukannya berulang kali, sambil membungkuk kan setengah badannya, tidak lupa tatapannya menajam saat menatap Daniel.

Paolo berdiri santai, menatap semua murid yang mengelilinginya dengan kedua mata yang menyipit.

"Kau sudah siap kalah?!" tantang Raoul.

"Sudah! Tapi, sebelum kita mulai pergulatan ini aku ingin membuat kesepakatan denganmu. Jika aku menang maka kau tidak boleh menggangguku lagi, begitu juga para murid lain. Tapi jika kau yang menang aku rela menjadi budakmu di seumur hidupku!" ucap Paolo melontarkan kesepakatannya kepada Rauol.

"Huuuuuuuu! Kau tidak akan bisa menang melawan Raoul, Gendut!!" seru para murid mengolok Paolo yang berwujud Daniel.

"Tenang! Tenang, kalian tidak boleh emosi dan tidak perlu khawatir, karena aku tidak akan pernah kalah dari manusia gendut ini!" Rauol berseru sambil mengangkat kedua tangannya, menenangkan teman-temannya yang mulai rusuh. Rauol sangat percaya diri jika dia mengalahkan Daniel dengan mudah, karena baginya Daniel bukanlah tandingannya, cuma besar badan saja, tidak mempunyai kekuatan sama sekali.

"Gendut, aku setujui kesepakatanmu! Jika aku kalah, aku akan pastikan semua murid di sini tidak akan ada yang membullymu lagi, tidak hanya itu saja karena aku dan teman-temanku akan sujud dan tunduk padamu!' ucap Rauol dengan segala ke sombongannya.

"Oke!" Paolo mengangguk menyetujui ucapan Rauol.

Rauol tersenyum sinis, dia kembali bersiap memberikan penyerangan kepada Daniel. Dia melangkah lebar, dengan gerakan cepat menendang ke arah perut Daniel yang berukuran besar.

Paolo memperkuat kedua kakinya sebagai pijakannya agar tidak tumbang. Dia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar tepat bersamaan dengan Rauol menendang perutnya.

TUING ... TUING ... DUT ... BRUG!!

Perut gendut Paolo seperti karet ketika di tendang sangat elastis membuat Rauol terpental jauh dan akhirnya jatuh ke atas rerumputan.

Paolo tertawa sampai perutnya terguncang keras sambil menepuk perutnya berulang kali dengan rasa puas. Dia tersenyum lebar hingga membuat pipinya yang gemoy terangkat.

"Payah!" ucap Paolo mengejek Rauol.

Rauol mengumpat sambil mengusap wajahnya yang mencium tanah. Di bantu teman-temannya di bisa berdiri lagi dengan tegak, menatap Daniel dengan tajam.

"Aku belum kalah, Gendut!" geram Rauol.

"Tadi hanya permulaan," lanjut Rauol pada teman-temannya yang mengelilinginya dengan rasa cemas. Dia berkata seperti itu karena tidak ingin terlihat kalah dan lemah. Dia harus tetap menjaga images-nya.

"Ayo, mulai lagi!" tantang Paolo kini dia bergaya seperti pegulat Sumo dari negeri sakura.

"Kau menantangku!!!" teriak Rauol tidak terima, lalu berlari sambil melayangkan tinju kepada Paolo. Akan tetapi tiba-tiba kepalanya di tahan Paolo.

"Ck! Kau membuang-buang waktuku anak muda!" ucap Paolo sambil menahan kepala Raoul dengan salah satu tangannya.

Sedangkan Rauol terus melayangkan tinju ke udara berharap kalau salah satu tinjunya bisa mendarat tepat di badan pemuda gendut itu. Akan tetapi harapannya hanya mimpi belaka. Rauol seperti anak kecil yang akan memberikan pukulan kepada pria dewasa tapi tidak kesampaian.

Paolo gregetan pada Rauol, kemudian mengepalkan tinjunya lalu meniupnya sebelum melayangkan kepada Rauol.

"Makan pembalasanku, pecundang!" maki Paolo, mendaratkan tinju ke wajah Rauol.

BUGH!!!

WUSHHH!

"Arghhhh!" teriak Rauol kesakitan, dan tubuhnya terhempas jauh seperti terbawa angin ketika si gendut Daniel memberikan tinju di wajahnya.

Semua murid yang menyaksikan kejadian itu terkejut dan terperangah, mereka seolah sedang melihat adegan film fantasi versi nyata. Bagaimana tidak, jika tubuh Rauol terhempas jauh ke pinggir lapangan dan menabrak tong sampah.

Tiga anggota Black Devil lainnya tidak terima melihat ketua mereka di perlakukan seperti itu, maka mereka dengan kompak menghajar pria gendut itu.

"Ciaatttttt!" Paolo berteriak keras sambil memberikan tendangan pada ketiga pemuda itu dengan cepat.  Primo, Flavio dan Nils.

BUGH

BUGH

BUGH

Ketiga pemuda itu terhempas menyusul Rauol, mereka tertumpuk menjadi satu di dekat tempat sampah.

Semua orang yang berada di lapangan tersebut menganga karena lagi-lagi  Daniel mampu mengalahkan genk Black Devil dengan begitu mudah tanpa kesulitan sama sekali.

Paolo tersenyum puas sambil menggosok ujung hidungnya sambil melangkah mendekati Black Devil yang sudah tidak berdaya.

"Kalian harus menepati janji kalian jika tidak akan mengangguku lagi!" ucap Paolo dengan tegas.

Paolo pikir semua ini sudah berakhir, tapi kenyataannya dia harus menghadapi masalah baru.

"Daniel, apa yang sudah kau lakukan kepada mereka?!" tegur kepala sekolah yang berdiri di tak jauh dari lapangan memberikan tatapan tajam. Apalagi saat melihat Black Devil menggelepar tidak berdaya membuat kepala sekolah semakin murka.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

eleeeeee awal kejadian Bpk kepsek yg terhormat kemanaa kok dtgnya pas di akhiiiiir 🤣🤣🤣🤣bisanya nyalahin ajaaa tnp cari tau kebenarannya

2024-04-17

1

Mmah Afzar

Mmah Afzar

idiiih kemana aj pak dari tadi,, giliran Daniel di bully kagak ada yang tau,, sekarang Daniel melawan so soan memperingati .. GAJE luh 🤣🤣

2024-04-12

1

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

pasti Daniel akan difitnah. seketika semua saksi mata membela black devil. jahat semua

2024-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!