Hawa malam semakin dingin, kicauan burung hantu terasa memekik ditelinga. Malam yang sepi tersisa dua orang yang masih terjaga. Dua warga yang masih mengitari rumah karena jadwalnya meronda itu, mulai merasakan hawa yang tak enak saat melewati sebuah rumah kosong di dekat kebun pisang. Rumah itu telah kosong selama sebulan lebih semenjak ada satu keluarganya yang meninggal. Sementara untuk keluarga yang lain memilih pindah ke luar kota dan meninggalkan rumah miliknya hingga terbengkalai.
Demian yang baru saja kembali dari rumah Nabila. Melihat rumah kosong tersebut. Ia tampak tak asing dengan rumah tersebut. Saat Demian sedang berdiam diri di depan pintu, dua orang yang meronda memergokinya.
"Dang, kamu dingin kagak?" tanya si Ucup temannya.
"Iya Cup, dingin banget malam ini," jawabnya sambil mengangkat sarungnya hingga ke kepala.
"Dang Dadang, sekarang bukan malem Jum'at Kliwon kan?" tanya Ucup lagi sambil menyenggol lengannya berapa kali.
"Gak tau Cup aku lupa," ucapnya terus mengintai ke sekitar.
"Tapi aku rada merinding, Dang," kata Ucup jujur.
"Sudah gak usah dipikirin, ayo lanjut! Aku dah ngantuk ini," suruhnya sambil mengusir tangan Ucup yang memeganginya.
Ucup temannya Dadang itu cemberut dan mulai berjalan kembali, namun ia mendadak berhenti karena melihat sesuatu di depan sana.
"Dang Dadang!" panggilnya lagi sambil terus mengarahkan senternya ke arah rumah didepan sana.
"Apa Cup, takut apa?" tanya Dadang tanpa menengok dan fokus pada tugasnya.
"Bukan, lihat itu siapa ya? Berdiam diri depan rumah Pak Wijaya," jawabnya sambil menajamkan pendengarannya.
"Mana toh?" Dadang akhirnya penasaran dan mendekat.
"Itu yang pake baju putih, bukan demit kan?" tunjuknya sedikit takut.
"Ah bukan, jangan-jangan maling lagi. Ayo samperin," jawab Dadang menebak dan menarik Ucup untuk pergi ke sana .
"Gak lah Dang, aku takut. Lihat bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Jadi merinding ini," tolaknya tak mau.
"Lihat sudah jam berapa sekarang, jam 1 dini hari ya patut dingin. Kagak usah ngadi-ngadi kita samperin pelan-pelan," ucap Dadang ngotot dan ingin menghampirinya.
"I-iya Dang," jawabnya sedikit gemetaran.
Dua orang pria yang sedikit tua itu berjalan menghampiri sesosok pria yang berdiri di depan rumah kosong tersebut. Dadang terkejut ketika melihat bahwa itu adalah Demian.
"Lah Demian." Demian seketika menengok saat Dadang memanggilnya. Dadang terlihat bingung mendapati Demian di tengah malam begini. Sedangkan Ucup temannya, tubuhnya sudah bergetar karena mengetahui jika Demian sudah bukan manusia seperti mereka.
"Cup, si Demian ternyata," ucap Dadang langsung memberitahu temannya.
Ucup hanya diam saja sambil memegangi lengan Dadang kencang. Dadang yang merasa risih langsung ingin melepaskannya. Tapi Ucup menolak.
"Cup, apa-apaan sih? Lepasin!" perintahnya.
Ucup hanya menggeleng-geleng.
"Apa toh, Demian itu manusia bukan demit gak usah takut. Yah?" kata Dadang mencoba menyakinkan temannya.
Demian yang masih berdiam diri di sana hanya mengangguk tanpa berbicara. Wajahnya terlihat sangat pucat dan itu membuat Dadang menduganya sedang sakit.
"Mian, kamu sakit toh. Kalau sakit mending masuk saja. Itu rumahmu kan?" suruh Dadang yang khawatir padanya.
Demian mengangguk lagi untuk membalasnya.
"Dang...!" Ucup terus menyenggol lengannya.
"Apa sih?" Dadang jadi kesal dengannya dan menengok.
"I-Itu bu-bukan_" Dengan suara bergetar, Ucup mulai berbicara yang sesungguhnya. Namun karena kelamaan, membuat Dadang menjadi kesal padanya.
"Ish bicara apa kamu toh?" kesalnya yang memilih kembali ke lawan bicaranya lagi.
"Mian...!" Saat ingin berbicara lagi dengan Demian, mendadak dirinya di buat bingung lantaran Demian sudah tak ada ditempat.
"Lho sudah gak ada, apa sudah masuk ya?" pikir Dadang sambil menatap rumah kosong
"Masuk apa toh, Dang. Demit di ajak ngobrol. Aku tak balik saja, merinding," pamit Ucup menggeleng dan pergi meninggalkannya.
"Demit?" Dadang berpikir sejenak. Melihat temannya sudah pergi, ia langsung tersadar. "Eh tunggu Cup!"
Keesokan harinya. Dadang masih bingung dengan apa yang dialaminya semalam. Karena penasaran, ia akhirnya bertanya pada sang ibu, yakni Mbah Sur.
"Bu, aku mau tanya, Demian itu masih hidup kan ya baru pulang dia?"
"Demian siapa?" Mbah Sur terlihat bingung.
"Anaknya Pak Jaya yang kerja di luar kota itu, temenku pas kecil," jawab Dadang mencoba mengingatnya.
"Owh, sudah meninggal dia sebulan yang lalu. Rumahnya saja sudah kosong sekarang," tutur si Mbah.
"Ah Bu, yang bener saja. Orang kemarin sama tadi malam aku ketemu. Ucup saksinya, coba tanyain," tukas Dadang tak percaya.
"Kamu tahu, si Ucup meriang, gara-gara liat hantu katanya," ucapnya.
"Lah kalau Demian sudah meninggal terus yang Dadang temui siapa?" pikir Dadang bertanya-tanya.
"Ya itu arwahnya, kalau belum percaya, sana pergi ke kuburan lihat makamnya," suruh Mbah Sur padanya.
Dadang geleng-geleng menandakan dirinya tak berani. Ia mulai sadar saat membersihkan makam waktu itu, dirinya melihat makam Demian.
"Astaghfirullah," celetuknya tiba-tiba.
"Apa toh Dang?" Mbah Sur yang sedang menuangkan air jadi terkejut.
"Iya Bu, Dadang baru sadar waktu itu Dadang juga bersihin makamnya. Aduh aku langsung merinding," tuturnya sambil bergidik.
Dadang yang baru sadar tentang Demian yang nyatanya sudah meninggal itu, sekarang menjadi penakut. Ia takut jika dirinya akan bertemu kembali dengan arwah Demian. Ia bahkan tak mau kembali ke makam untuk membantu ibunya. Itu membuat Mbah Sur jadi sedikit marah dengannya karena tak mau menggantikannya lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩ👻❤️👻ΩΩΩΩΩΩΩ...
Nabila yang berada di kantor, terlihat senyum-senyum sendiri. Raut wajahnya menandakan dia sedang bahagia. Sella menebak jika temannya itu sudah menemukan seseorang yang disukainya.
"Ehem, lagi mikirin apa sih? Senyum-senyum begitu. Nemu cowok ganteng ya," tebak Sella sambil menyenggol lengan Nabila yang dibuat senderan dagunya.
Nabila mengangguk sambil terus tersenyum.
"Awas disangka orang gila nanti. Coba aku ingin tahu kamu ketemu cogan di mana?" tanya Sella sambil menggodanya.
"Tak usah dicari ia gak ada disini," jawabnya.
"Terus di mana?" Sella penasaran.
"Di mimpiku," jawab singkat temannya itu yang masih tertawa sendiri.
"Bil, kamu tertekan sampai segitunya. Harus berobat." Sella seketika langsung menempelkan telapak tangannya ke dahi Nabila mengira temannya sudah tak waras.
"Apaan sih Sell, aku baik-baik saja. Sudah sana kembali bekerja. Aku mau nulis lagi," usirnya sambil menyingkirkan tangan Sella dari dahinya.
"Dih ya sudah," ucap Sella sebal dan pergi.
Saat setelah Sella pergi, Bu Cindy keluar dari ruangannya untuk memanggil Nabila.
"Bil...!"
"Iya Bu." Nabila langsung beranjak dan melihat bosnya dari tempatnya.
"Ke ruangan saya sebentar," suruhnya.
"Baik Bu," jawab Nabila sigap.
Nabila segera beranjak untuk menghampiri Bu Cindy di ruangannya. Nabila telah duduk di hadapan Bu Cindy sekarang.
"Ada apa Bu? Maaf untuk ceritaku belum siap," tanya Nabila langsung karena takut bosnya menagih tugasnya lagi.
"Kamu lanjutkan saja, tapi sebaiknya kamu cepat karena waktu terus berjalan," suruhnya
"Iya Bu saya akan usahakan," kata Nabila mengangguk.
Demian mulai muncul kembali dan langsung mendatangi Nabila dirumahnya. Demian masuk tanpa permisi dengan menembus pintu. Ia mencari sosok gadis yang menolongnya di penjuru rumah. Rumah Nabila tampak sepi, karena semuanya sedang pergi. Kedua adiknya belum pulang sekolah sementara ibunya sedang pergi berkebun di ladang neneknya.
"Gadis itu kemana ya, apa dia di kantor?" pikirnya terus mencari.
Demian menghilang dan dengan cepat ia sudah sampai di kantor Nabila. Ia langsung menulusuri seluruh ruangan, namun tak kunjung jumpa juga. Demian akhirnya berhenti di sebuah gang karena melihat Nayla, adik Nabila sedang di ganggu oleh beberapa temannya.
"Mana uangmu, aku butuh sekarang?" tagih anak gadis yang terlihat arukan seperti preman pada Nayla.
"Aku tak punya Yura, ini untuk membeli cat warnaku," jawab Nayla jujur dan enggan memberikan uang seratus ribu satu-satunya.
"Ambil!" Melihat Nayla melindungi uang miliknya yang ditaruh di sakunya, Yura langsung menyuruh teman-temannya untuk mencekal Nayla agar Yura dengan mudah bisa mengambilnya.
"Yura jangan, aku bisa dimarahi ibu nanti!" teriak Nayla setelah melihat uang miliknya berhasil direbut.
"Sudah diam!" suruhnya sambil menepuk pelan pipi mangsanya.
"Jangan Yura! Kembalikan!" teriak Nayla lagi.
"Ok makasih ya." Yura memberikan kode pada ketiga temannya untuk melepaskan Nayla. Dengan santainya Yura tertawa sambil memegangi uang miliknya. Nayla sangat kesal padanya sekarang tapi ia tak bisa melawannya.
Saat Yura dan gengnya berbalik, ia terkejut dengan sosok pemuda yang muncul di depannya.
"Kembalikan uang miliknya," suruh si pemuda tersebut.
"Tak, minggir jangan ikut campur," tolak Yura sambil berjalan menabrak si pemuda. Tapi Yura ternyata seakan menembus tubuhnya dan dirinya hampir terjungkal.
"Sial!" umpatnya. Ia mendesis kesal dan terus berjalan sambil diikuti anak buahnya.
"Ku bilang kembalikan!" Demian berteriak dan tanpa alasan menjadi marah. Ia bahkan bisa bisa menggerakkan benda di sampingnya hingga terlempar hampir mengenai Yura dan 2 temannya.
Prang! Suara benda besi yang menghantam tembok di samping Yura.
"Aaaaa!" Yura dan teman-temannya langsung berteriak karena terkejut.
"Yura, kita kembalikan saja. Sepertinya dia bukan manusia biasa," bisik salah satu temannya.
"Itu.... aku kembalikan." Yura yang kesal melempar uang milik Nabila ke arah si pemuda.
Nayla terdiam begitu lama setelah menyaksikan apa yang terjadi di depannya. Demian memungut uang itu dan memberikan padanya.
"Ini, sebaiknya hati-hati dalam berteman ya," ucap si pemuda padanya.
Nayla hanya mengangguk saat menerima uang miliknya dari orang yang menolongnya. "I-iya Kak, te-terima kasih."
Sang pemuda berbaju putih itu mengangguk. Mendadak dirinya teringat pada sesuatu dan langsung menghilang kembali disaat Nayla sedang memasukkan uangnya ke tas.
"Kak....!" Nayla terlihat bingung karena orang yang menolongnya sudah tak ada.
"Kemana Kakak itu, apa sudah pergi ya?" pikirnya.
Nabila sekarang tengah berada di perpustakaan kota favoritnya. Setelah keluar kantor, ia tiba-tiba teringat untuk mengunjungi sebuah tempat terlebih dahulu. Di perpustakaan tersebut, ternyata memiliki sebuah arti untuknya. Di sanalah Nabila mulai menemukan tujuannya dan hobinya.
Buku dengan nama pena D_Star adalah buku favoritnya. Ia pergi ke sana untuk mencari buku milik penulis favoritnya itu. Namun saat sampai di deretan buku, ia tak kunjung menemukan buku yang di carinya. Akhirnya ia pun keluar dengan rasa kekecewaan. Di saat itulah, Demian akhirnya menemukan Nabila yang tengah berjalan sendirian.
Bersambung....👻❤️👻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣꉣ❤️⃟Wᵃf◌ᷟ⑅⃝ͩ●diahps94●⑅⃝ᷟ◌ͩ
merinding mu telat Dadang, harusnya merinding dari semalem ah kurang berfungsi sensor bulu kuduk mu
2024-06-23
2
🟡ᴳᴿ🐅⍣⃝ꉣꉣ𝕬ⁿᶦᵗᵃ🤎𓄂ˢᵐᴾ࿐
D Star apakah itu penulis buku yg ditulis Demian 🤔
2024-03-27
2
🟡ᴳᴿ🐅⍣⃝ꉣꉣ𝕬ⁿᶦᵗᵃ🤎𓄂ˢᵐᴾ࿐
lah Dadang takut sma Demian,takutnya ama Allah🤭
2024-03-27
2