7. Aku Ingin Hadiah

Malam bergulir, tak terasa hari sudah berganti.

Rutinitas Devan setiap hari sangat padat, namun lelaki yang tengah dimabuk cinta itu selalu menyempatkan diri setiap akan berangkat dan pulang dari kantor untuk berkunjung ke rumah istri pertamanya. Istri pertama yang dirahasiakan.

Semua itu Devan lakukan agar wanita tersebut tidak merasa kesepian. Kinan hanya tinggal sendirian disini, untuk kebersihan akan ada yang datang setiap hari. Tapi tetap tak ada yang tinggal disini selain dirinya. Hanya ada penjaga gerbang yang tinggal diluar.

Kini, kedua manusia itu tengah saling menyuapi makanan. Mereka makan sepiring berdua. Terlihat sangat romantis.

Tangan Kinan yang memegang sendok menyodorkan sesuap makanan ke mulut suaminya. Langsung dilahap oleh pria itu.

“Kak.” Panggilnya memecah keheningan.

“Hem?” Balas Devan yang masih mengunyah makanan dalam mulutnya.

Tangan Kinan memainkan sendok di tangannya, ia menunduk tak berani menatap Devan.

“Sebentar lagi ulang tahunku.” Lirihnya yang langsung membuat tatapan Devan fokus padanya.

Tangan pria itu mengangkat dagu Kinan hingga perempuan tersebut hingga netra mereka saling beradu.

“Apa yang kau inginkan?” Tanya pria itu serius. Apa pun akan ia berikan kalau perempuan yang dicintainya itu meminta.

“Aku ingin hadiah.”

“Katakan apa yang kau inginkan. Tas, perhiasan, sepatu, mobil, yacht-“

“Bukan itu kak, aku ingin meminta hal yang agak sulit.”

“Tidak ada yang sulit kalau itu keinginan mu.” Dan jawaban itu membuat hati Kinan berbunga. Ia tak ragu lagi mengatakan apa yang disarankan Vivi semalam.

Dengan tersenyum semringah dan menatap Devan seperti anak kecil yang meminta sesuatu, ia berkata. “Aku ingin jalan - jalan berdua denganmu ke New York Mall. Apakah boleh?”

Namun wajah Kinan yang antusias dan senang tadi seketika lenyap saat pria di depannya hanya menatap datar tanpa ada ekspresi pada wajah tampannya.

Kinan menunduk, ia terlalu bersemangat dan percaya diri kalau Devan akan mengabulkan semua keinginannya.

Padahal ia tahu kalau hal itu tak mungkin karena statusnya yang tersembunyi. Orang - orang daddy Arthur atau Beverly bisa saja memergoki keduanya.

“Maafkan aku kak, aku tahu kau tidak akan melakukan itu. Lupakan saja.” Ucapnya lirih.

Dan melihat hilangnya wajah riang istrinya yang berubah menjadi sendu membuat hati Devan tak tega.

“Baiklah.” Putusnya kemudian yang membuat Kinan mengangkat kepalanya dan menatap pria itu aneh.

“Tapi bagaimana kalau orang lain tahu?”

“Aku akan mencari alasan untuk itu. Tapi aku hanya punya waktu dua jam saja, dari jam 12 sampai jam 2 siang.”

Wajah perempuan itu berubah semringah dalam sekejap. Lantas bangkit dan mendudukkan tubuhnya pada pangkuan pria itu. Mendekap suaminya erat.

“Terima kasih kak.” Kinan melingkarkan tangannya pada leher pria tersebut. Tersenyum lebar dan menyandarkan kepalanya pada bahu Devan.

Devan tiba di kantor Anderson pukul tujuh lebih sepuluh menit. Saat ini ia berjalan menuju ruangannya dengan Krystal yang mengikuti disampingnya.

“Kak, sore nanti daddy memintamu datang ke mansion Anderson.” Ucapan Krystal mengalihkan perhatian pria itu.

“Apa ada sesuatu yang penting?” Balas Devan, terus berjalan menyusuri lorong ke arah ruangannya.

Krystal mengangguk. Arthur memang jarang ke kantor beberapa saat ke belakang, kesehatannya sedang tak baik.

“Baiklah, aku akan menemuinya nanti.”

“Satu lagi kak, kalau bisa datanglah dengan Beverly.” Sambungnya lagi yang dibalas Devan dengan anggukan.

“Atlas dan Kenny sudah menunggu di ruanganmu. Temuilah mereka dulu, setelah itu ada beberapa laporan yang harus kau periksa. Terkait kerja sama kita dengan Light Technologies.”

“Kosongkan jadwalku dari jam 12 hingga jam 2.” Ucapnya

“Untuk apa kak?” Krystal penasaran sekaligus terkejut. Karena selama ini sangat jarang kakak sulungnya itu menyuruh mengosongkan jadwal selama itu.

“Lakukan saja.”

Devan memasuki ruangannya dan langsung disambut oleh Atlas yang sedari tadi menunggu.

Sementara Kenny tak berani menatap kakaknya yang sedang berbincang sejenak dengan Atlas. Gadis itu meremat tangannya dibawah sana. Semakin ketakutan saat langkah kaki Devan mendekat untuk bergabung duduk di sofa.

“Jadi, kenakalan apa yang dia lakukan lagi?” Devan bertanya dengan tatapan datar pada Atlas. Sama sekali tak menatap adiknya yang gemetar ketakutan.

“Nona Kenny akan check in ke sebuah kamar di hotel Paradise, Tuan. Bersama lelaki bernama Brandon Smith.”

Aura dingin dan mencekam begitu terasa. Kenny merasa ia sedang berada di ruang penghakiman dengan dua orang pria yang siap menghukumnya.

Ekspresi Devan terlihat sangat dingin seketika, beda saat dia baru datang. Ia tak menyangka adik perempuannya akan melakukan hal itu.

“Kak,” panggil Kenny lirih, meremat tangannya sendiri saat merasa Devan menatapnya tajam.

“Maafkan aku kak, aku-“

“Mulai sekarang, semua akses keuanganmu akan dihentikan. Kau sudah kelewat batas.” Putus Devan. Nada bicaranya terdengar sangat kecewa.

Kenny membulatkan matanya. Astaga, tak bisa dibayangkan bagaimana hidupnya akan berjalan tanpa uang yang mengalir dari kakaknya itu. Kalau diingat, ini adalah hukuman paling berat yang diberikan Devan padanya.

Sebab sejak daddy marah padanya bulan lalu karena berbuat nakal, ayahnya pun sudah memblokir kartunya. Semenjak itu Kenny bergantung pada Devan soal keuangan.

“Kak! Aku mohon jangan, bagaimana aku bisa hidup tanpa uangmu kak.” Rengek Kenny, sudah berpindah duduk di dekat pria itu. Menggelayuti lengan Devan.

“Bersikaplah baik sampai akhir bulan, jangan berbuat kenakalan apa pun. Kalau kau berhasil, semua aksesmu akan kuberikan lagi.”

Devan pun tak mungkin tega membuat adiknya kelaparan, ia hanya sedikit memberi pelajaran pada gadis nakal itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!