3. Berusaha Menggoda

Kedua mata Beverly berulang kali menengok jam digital yang tertempel di dinding. Perempuan itu beberapa kali tampak mengusap matanya yang mulai memerah. Sebenarnya ia sangat lelah karena belajar memasak seharian ini untuk menebus kesalahannya tadi pagi. Dan malam ini perempuan berambut pirang itu sudah berdandan dengan sangat cantik, makanan juga sudah tersedia di atas meja. Tinggal menunggu suaminya pulang saja.

Senyuman perempuan itu mengembang sempurna saat ia mendengar suara pintu terbuka. Dengan antusias ia menyambut Devan yang baru saja pulang dari kantornya.

“Dev, kau sudah pulang?”Tanya Beverly seraya mendekat pada suaminya.

Dev tersenyum simpul dan mengangguk. Raut wajahnya tak menunjukkan kebahagiaan seperti saat Kinan menyambutnya pulang. Hubungan keduanya fak sedekat itu.

Dan keduanya memang sudah mengetahui konsekuensi dari pernikahan ini. Beverly juga tahu kalau hubungannya dengan Devan adalah pernikahan bisnis semata. Tapi wanita itu tak pernah menyerah mengejar cinta Devan. Sebab pertama kali melihat pria itu, Beverly sudah jatuh cinta pada pesona pria matang tersebut.

“Aku sudah siapkan makan malam. Tenang saja, kali ini tidak ada keju.” Ucapnya riang seraya menarik tangan pria itu mendekati meja makan.

Dev tak punya pilihan lain saat melihat hidangan yang tersaji diatas meja. Ia sangat lapar setelah menguras tenaga dengan istri pertamanya beberapa saat lalu. Kini butuh asupan tenaga.

Beverly mengambilkan beberapa lauk diatas piring suamimya. Belakangan ini ia suka sekali mencoba beberapa resep baru. Dan walaupun sebagian besar rasa masakannya aneh, tapi ia bertekad akan terus belajar sampai Devan memuji masakannya.

“Selamat makan.” Ucapnya lembut dan menyodorkan piring yang sudah penuh itu ke hadapan Devan.

Devan mencoba memasukan satu suapan kedalam mulutnya. Merasakan makanan itu. Ia bergumam dalam hati. Rasa yang terasa aneh di lidahnya. Masakan Kinan masih belum ada yang menandingi. Namun karena melihat mata berbinar Beverly yang menatapnya sedari tadi membuatnya hanya berdehem kecil.

“Bagaimana Dev? Apa rasanya enak?” Mata Beverly berbinar, menunggu pujian dari Devan.

“Ini tidak buruk, tapi kau tidak perlu repot-repot memasak seperti ini.” Jawaban jujur itu membuat hati Beverly mencelos. Itu artinya masakannya masih jauh dari kata enak. Buktinya Devan tidak mau lagi ia masakan.

Bev meremat tangannya dibawah sana.

“Aku akan belajar lagi Dev, aku akan terus memasak untukmu.”

Devan menatap wanita cantik itu. Ia tahu sebagai putri pimpinan Light Technologies, Beverly terbiasa dilayani. Apapun yang ia minta akan ada dalam sekejap. Tapi kini perempuan itu harus susah payah melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan. Dev tak ingin wanita itu kesusahan karena melayaninya.

“Kau tidak terbiasa melakukan ini, jadi kenapa menyusahkan dirimu sendiri? Aku akan memanggil beberapa pelayan untuk melayanimu disini.”

Dev sudah janji, walau ini pernikahan bisnis namun ia akan menjalankan tanggung jawabnya dengan baik kalau berurusan dengan kebutuhan finansial. Tak mungkin ia membiarkan perempuan itu menderita karena mengurus rumah sebesar ini sendiri. Pelayan hanya datang sekali sehari untuk membersihkan rumah. Tapi untuk urusan memasak Beverly yang mengambil alih.

“Tidak Dev, aku tidak mau ada pelayan yang tinggal disini. Kita sudah bicara tentang ini sebelumnya kan.” Tolak Beverly.

Tidak ada perdebatan setelah itu. Devan hanya diam dan menghabiskan makanannya.

Selesai makan malam, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Beverly saat itu mematut dirinya di depan cermin. Merapikan rambutnya ke belakang, lalu memutar tubuhnya. Memastikan apakah ia sudah terlihat menggoda atau belum.

Malam ini lingerie tipis itu ia gunakan sengaja untuk memancing suaminya. Malam ini, apa pun yang terjadi ia sangat menginginkan Devan.

Selama enam bulan menikah, mereka beberapa kali berhubungan tapi itu masih terhitung sangat jarang.

Saat pertama kali menjadi pengantin baru, Beverly sampai merenung. Sebab yang ia tahu kalau pengantin baru itu selalu menggebu-gebu. Namun ia berpikir mungkin karena Devan belum bisa menerimanya. Dan tetap yakin kalau seiring berjalannya waktu pria itu akan jatuh hati pada Beverly.

Beverly menghela napas, pokoknya ia harus mendapatkan hati suaminya apa pun yang terjadi.

“Kau cantik Beverly, kau sangat cantik dan menggoda.” Gumam perempuan itu memupuk kepercayaan dirinya.

Sudah sepuluh menit Beverly menunggu suaminya di atas ranjang dengan pose menggoda. Namun pria tampan itu tak kunjung keluar.

Tiba-tiba satu ide muncul di kepalanya. Kaki jenjang itu melangkah ke arah kamar mandi. Dengan perlahan ia memutar knop pintu dan senyumnya mengembang sempurna saat pintu tersebut ternyata tak terkunci.

Beverly mematung, matanya seperti tersihir saat melihat tubuh kekar suaminya dengan otot-otot yang terbentuk sempurna itu tengah berdiri dibawah guyuran shower. Bahkan matanya tak berkedip.

Merasa ada yang memerhatikan, Devan berbaik dan alangkah terkejutnya dia melihat siapa yang berdiri diam disana. Tangan Dev mematikan shower dan meraih handuk yang tergantung tak jauh darisana.

“Kenapa kau masuk kesini?” Tanyanya dengan datar. Tak memedulikan tatapan kekaguman dari perempuan itu.

“Ehm, aku hanya penasaran kenapa kau begitu lama.” Jawaban yang terdengar tak masuk akal.

Beverly langsung teringat tujuannya menggunakan pakaian tipis tersebut dan datang ke dalam kamar mandi.

Dengan gemulai ia mendekat kearah suaminya. Pria itu baru sadar apa yang ia kenakan saat perempuan itu mendekat. Dev langsung paham apa yang diinginkan istri keduanya itu.

Devan tak mengelak dari tanggung jawabnya memberikan nafkah batin pada istrinya itu, tapi harus ia akui itu sangat jarang mereka lakukan karena ia jarang menghabiskan waktu dirumah ini. Waktunya habis di kantor lalu setiap pulang kantor ia menyempatkan diri mengunjungi Kinan.

Langkah Beverly semakin mendekat. Tatapannya tak lepas dari tubuh atletis pria yang menatapnya tanpa ekspresi itu. Namun seketika langkahnya terhenti saat ia sudah sejengkal lagi menggapai suaminya. Dapat ia lihat jelas dengan kedua matanya tanda merah kebiruan yang terpatri pada tubuh pria itu.

Karena shock Beverly mematung tanpa tak mengatakan apa pun. Devan mengerutkan keningnya.

“Kau bisa menggunakan kamar mandi, aku akan keluar.” Ujarnya lalu berlalu dari sana.

Dan Beverly langsung menoleh pada Devan yang sudah melenggang pergi. Ia bukan perempuan polos yang tak tahu apa tanda merah yang tercetak jelas di tubuh suaminya itu.

“Dev, dia... “ Mata Beverly berkaca kaca.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya.

“Tidak mungkin.”

Setelah sejenak menenangkan pikirannya dan mencoba berpikir positif, perempuan itu keluar dari dalam sana. Masih memakai pakaian tipis yang menampilkan lekuk tubuhnya itu. Namun saat ia keluar, dilihatnya sang suami yang sudah meringkuk dengan pulas diatas ranjang. Devan terlihat sangat lelah sampai terdengar dengkuran halus.

Bev menghela napas dan turun menuju dapur. Ia mengisi gelas dengan air putih dan meneguknya sampai tandas. Mencoba menepis semua praduga yang muncul di kepalanya. Tidak, Devan adalah pria yang terhormat. Tidak mungkin dia melakukan hal seperti itu. Ya, dia tidak punya waktu untuk hal menjijikkan seperti itu.

Segala praduga bahwa Devan selingkuh terdengar tak masuk akal, sebab Beverly sudah terlanjur yakin dengan pria yang bahkan tak punya waktu untuknya itu. Namun seandainya itu benar, dia janji pada dirinya sendiri akan menyingkirkan wanita ja lang yang berani mengganggu rumah tangganya.

Saat memasuki kamar, pikiran Beverly masih berkecamuk. Namun ia tetap berbaring disamping pria yang berstatus suaminya tersebut. Memandang wajah tampan Devan yang terlihat sangat menenangkan saat tidur. Karena saat pria itu bangun, hanya ada raut datar dan serius di wajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!