13. Aku Tahu Kau Punya Wanita Simpanan

Seusai pertemuan keluarga Anderson tadi yang membuat Atlas mengingat kepingan masa lalu yang membuat hatinya hampa, lelaki itu melangkah meninggalkan mansion tersebut.

Kaki panjang Atlas berjalan dengan cepat, namun tiba - tiba pria itu menghentikan langkahnya ketika netranya melihat sesuatu yang janggal. Dari tempatnya berdiri sekarang, ia bisa melihat kain panjang menjuntai yang terjulur dari jendela, disusul kaki mungil yang berusaha keluar darisana.

Atlas menghela napas dalam, ia tahu pemilik kaki itu tidak lain adalah adik menyebalkan dari sang Tuan. Kennyra pasti berencana kabur lagi diam - diam dari mansion luas ini tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ini adalah yang kesekian kali gadis nakal itu berusaha kabur dan selalu Atlas yang direpotkan saat hal itu terjadi.

Kaki telan jang Kenny tiba diatas tanah dengan selamat hingga gadis itu menghembuskan napas lega, ia terpaksa keluar dari jendela dengan menggunakan kain itu karena Mama Aisha melarangnya keluar dan mengurungnya dalam kamar padahal ia sudah ada janji bertemu dengan pacarnya.

"Brandon pasti sudah menungguku, aku harus cepat." Kenny memungut sepatunya yang tadi ia lemparkan dari atas, gadis itu setengah jongkok untuk memakai sepatu. Namun begitu ia bangkit hidungnya membentur sesuatu yang keras.

"Aww!" Pekiknya seraya mengelus hidung mancungnya yang sakit.

Kenny mendongak dan sontak kedua matanya membulat saat mengetahui apa yang membentur hidung mungilnya.

"Kak Atlas?" Kenny begitu terkejut melihat pria yang sudah seperti penguntit baginya tersebut.

Keadaan sekitar yang begitu gelap membuat Kenny tak sadar kalau sedari tadi asisten pribadi kakaknya itu sudah berdiri di dekatnya.

"Mau kemana kau?" Alis pria itu bertaut tajam karena sudah kehabisan stok sabar menghadapi semua kenakalan Kenny yang ujung-ujungnya akan menyusahkan dirinya.

Gadis itu menggaruk tengkuknya dan berpikir keras mencari alasan agar ia bisa lolos.

"Aku.. aku ada tugas kelompok dengan temanku." Entah kenapa hanya alasan tidak masuk akal itu yang terlintas dikepalanya.

Mendengar alasan Kenny, wajah pria itu semakin dingin karena sepertinya ia tak memercayai alasan konyol tersebut.

"Ah, baiklah aku akan jujur tapi kak Atlas jangan beritahu orang tuaku." Bibir gadis itu mengerucut pasrah karena percuma saja bohong pada Kak Atlas yang jelas-jelas memergokinya turun dari jendela lantai dua.

"Baiklah." Sahut pria tersebut singkat.

"Janji dulu?" Kenny menjulurkan jari kelingkingnya namun pria tersebut hanya mengangguk tanpa menautkan jemarinya.

"Aku janji."

"Aku mau pergi dengan pacarku, tenang saja kak dia bukan Brandon. Aku punya pacar baru dan dia adalah pria yang baik, aku yakin kak Devan akan setuju." Kata Kenny setengah berbohong kalau dia punya pacar baru, padahal dari dulu lelaki yang dekat dengannya hanya Brandon Smith.

"Benarkah? Jadi dia adalah pria yang baik?" Pria itu melipat tangannya diatas dada seraya menatap gadis itu dengan tatapan menginterogasi seperti seorang kakak yang tengah menghakimi adiknya.

Kenny mengangguk cepat supaya Atlas tidak curiga padanya.

"Dia bukan Brandon Smith?" Tanya pria itu sekali lagi.

Kenny menggeleng cepat.

"Pergilah, Brandon Smith sudah menunggumu." Ujar lelaki itu kemudian yang membuat Kenny terkesiap.

"Aku sudah bisa menebak isi otakmu yang penuh kebohongan itu, pergilah temui pacarmu." Sambungnya.

"Serius, Kak? Aku boleh bertemu Brandon? Tapi orang tuaku tidak akan tahukan, kau sudah janji."

"Tidak, pergilah aku akan datang ke rumah Tuan Devan."

Sejenak Kenny menghela napas lega karena sepertinya kak Atlas kali ini berpihak padanya.

"Untuk apa kau kesana?" Tanyanya polos.

"Melaporkan apa yang baru saja aku lihat."

"Apa?! Kau sudah janji kak!"

"Aku hanya janji tidak akan memberitahu orang tuamu, memangnya Tuan Devan orang tuamu?" Bibir pria itu menyeringai saat melihat wajah kesal Kenny. Mendadak rasa gelisahnya karena kedatangan masa lalunya tadi lenyap dan berganti dengan tawa kecil karena kelakuan gadis tersebut.

"Kau menyebalkan sekali kak! Aku Kennyra Anderson akan menghukum dirimu untuk ini!" Serunya kesal.

Atlas menaikan salah satu alisnya, merasa lucu dengan ucapan gadis kecil tersebut.

"Dengan senang hati saya akan menerima hukuman tersebut, Nona Anderson."

Napas Kenny naik turun dengan cepat menahan amarah, tapi ia menyeringai saat menemukan ide cemerlang yang terbesit dalam otaknya.

"Baiklah kalau itu mau mu. Sebagai hukuman karena kau sudah mengacaukan hidupku selama ini dan melarang aku merasakan rasanya pacaran, maka kau kuhukum menjadi pacarku!"

Atlas menganga dan menggeleng kecil mendengar ucapan aneh gadis itu. Malas menghadapi Kenny lebih lama, ia beranjak darisana.

"Hei, jangan pergi aku belum selesai bicara, pokoknya mulai hari ini kak Atlas jadi pacarku!"

"Masuklah kedalam, dan jangan pikir bisa kabur dari mansion keluargamu." Ujar pria itu kemudian dan berlalu darisana, ia tak akan melaporkan kejadian ini sekarang karena takut mengganggu istirahat anggota keluarga yang lain. Lagipula ia yakin ancamannya tadi sudah cukup membuat nyali gadis itu menciut untuk melakukan aksi kaburnya.

***

Pukul 11 malam, Devan dan Beverly pulang ke rumah. Ajakan Aisha untuk menginap saja di mansion tidak diterima Devan, pria itu memilih mengajak istrinya pulang.

Sebab besoknya ia ingin segera menemui Kinan, hatinya sudah tak tenang karena tak bisa menghubungi perempuan itu dari sore hingga tengah malam. Devan begitu cemas dan gelisah akan apa yang terjadi pada istri pertamanya tersebut.

"Dev, kenapa kau terlihat cemas?" Tanya Beverly pada pria yang tengah mengemudi disampingnya itu saat ia menangkap kecemasan yang begitu kentara pada wajahnya.

"Masalah pekerjaan." Balasnya singkat.

Beverly menghela napas berat, sikap Devan selalu lebih dingin saat berada di dekatnya padahal beberapa saat lalu ia begitu bahagia karena bisa bersikap mesra dihadapan keluarga.

Setelah memarkirkan kendaraannya Devan segera memasuki rumah dengan langkah lebar tanpa menunggu Beverly.

Perempuan itu berdecak kesal dengan tatapannya yang tajam.

"Pasti dia sedang memikirkan wanita ja lang itu!" Tangan perempuan itu terkepal erat dan langkah kakinya dipercepat agar bisa mengejar suaminya.

Saat Devan hendak menuju ke lantai dua untuk membersihkan diri, suara Beverly yang memanggilnya membuatnya kembali berbalik dan menatap perempuan tersebut.

"Dev, aku ingin bicara denganmu."

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya pria itu dengan cepat sebab ia ingin segera membersihkan diri.

Tampak Beverly menarik napas dalam, tenggorokannya terasa berat mengatakan apa yang ingin ia sampaikan. Detik berikutnya wanita itu mendongakkan wajahnya dan mengatakan suatu hal yang membuat Devan terhenyak.

"Aku sudah tahu kalau kau punya wanita simpanan, Dev." Ucapnya dengan lantang dan menusuk. Menatap Devan yang terlihat tanpa ekspresi. Pria itu selalu berhasil menyembunyikan apa yang terjadi dalam hatinya di depan orang lain padahal dalam hatinya ia begitu terkejut mendengar pernyataan Beverly.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!