“A, kau mau kemana?” Seorang wanita dengan dress kerja selutut itu menghampiri Atlas. Pria itu tersenyum tipis.
“Tuan Devan menyuruhku menjemput Kennyra.”
“Ah, pasti Kenny pergi dengan pacarnya itu lagi.” Sahut Krystal.
Krystal juga adalah adik Devan. Pria itu punya tiga adik yaitu Krystal, Kennyra dan yang terakhir adalah Danzel.
Atlas mengangguk menanggapi perempuan itu.
“A, aku dapat undangan pesta dari Mr.Arnold malam ini. Tapi aku sendiri, mau datang bersamaku?” Tawarnya dengan senyum mengembang.
Atlas mengangguk singkat. “Baiklah.”
Setelah itu Atlas melangkah pergi darisana untuk menuju basement, menjalankan titah Devan untuk menjemput adiknya yang lain.
Pandangan Ksrystal mengikuti punggung pria tersebut sampai menghilang dibalik pintu. Senyum samar tercipta di bibirnya.
'Atlas sangat tampan tapi sayang dia cukup sulit didekati.'
***
“Setelah lulus kuliah kamu akan kerja dimana?” Tanya Atlas mengusir canggung.
“Aku tidak tahu.” Jawab Kennyra cuek, ia masih kesal karena kencannya dengan Brandon batal. Dan itu semua karena pria menyebalkan disampingnya. Entah bagaimana kakaknya bisa mempekerjakan Atlas sebagai tangan kanannya.
“Bekerjalah di tempat keluargamu,itu lebih baik.”
“Kenapa kau peduli aku kerja dimana.”
“Supaya aku bisa terus mengawasi mu dari jarak dekat. Jadi Tuan Devan tidak akan menyuruhku mengawasimu sepanjang saat. Itu menambah pekerjaanku.”
Kennyra mencebik kesal.
“Kau menyebalkan kak! Turunkan aku disini, aku mau pergi dengan Brandon!” Pekik gadis itu.
“Dia bukan pria baik.”
“Aku tidak peduli, turunkan aku!”
Dan sekeras apapun ia teriak dan meronta, Atlas tetap pada tugasnya untuk mengantarkan Kennyra ke mansion Anderson dengan selamat.
Setelah lelah meronta, Kenny melipat tangannya di dada dan merengut. Tubuhnya bersandar pada kursi mobil dan menatap nyalang pada pria menyebalkan di sebelahnya. Pria yang selalu merecoki kehidupannya selama ini.
Ditengah kejengkelannya itu, sebuah ide cemerlang muncul begitu saja. Ia berniat merecoki Atlas agar pria itu sendiri yang kerepotan dan akhirnya menjauh darinya.
Sebab ia tahu betul tipe perempuan seperti apa yang membuat lelaki itu menjauh dan ilfeel.
“Kak.” Panggil Kenny. Atlas hanya berdehem tanpa menoleh.
“Aku tidak boleh pacaran dengan Brandon kan?” Tanya Kenny dengan senyum licik di wajahnya.
Atlas mengangguk. “Ya.” Jawabnya singkat.
Dan gadis nakal itu semakin melebarkan senyumnya.
“Kenapa?”
“Tuan Devan melarang, menurutnya dia bukan pria baik.” Sahut pria itu apa adanya, mulai mencium hal tidak beres ketika melirik senyum licik gadis tersebut.
“Oke, kalau begitu aku pacaran denganmu saja. Kak Devan pasti akan setuju.” Ucap Kenny dengan sumringah. Membuat Atlas sontak menghentikan mobil itu.
****
Pukul enam sore pria itu kembali mendatangi rumah istri pertamanya. Dan seperti biasa, saat ia membuka pintu Kinan sudah menyambutnya dengan senyum sumringah. Dan hal itu selalu membuat Devan merasa diharapkan dan ditunggu kehadirannya.
“Bagaimana pekerjaanmu hari ini, kak?” Kinan bertanya saat pasangan suami istri itu sudah duduk berdampingan di sofa. Kinan mendekatkan dirinya dan menghirup aroma tubuh suaminya sepulang kerja yang entah mengapa selalu menjadi kebiasaannya.
“Daddy merasa puas dengan bahan presentasi yang kubuat untuk rapat beberapa hari lagi.” Jawabnya seraya mengusap kepala perempuan itu. Mendekatkan wajahnya dan meraup bibir ranum tersebut.
Suara decapan terdengar saat pertautan keduanya terlepas. Kinan mengelus lembut rahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu.
“Kau pasti sangat bahagia kan?” Tanyanya tersenyum tulus. Satu tahun menikah diam-diam dengan pria itu, Kinan sangat paham bahwa Devan akan tersenyum karena dua hal. Pertama saat sedang bersamanya, dan yang paling utama suaminya akan pulang dengan senyum mengembang kalau ia habis dipuji oleh daddy Arthur.
Mungkin wajah pria itu tak menunjukan apapun. Tapi Kinan paham dalam hatinya Devan begitu menginginkan kasih sayang Arthur. Hingga pria itu akan merasa bangga dan lega saat berhasil memenuhi semua ekspektasi ayahnya tersebut.
“Bisa aku dapat hadiahku?” Tangan lelaki itu mulai menelusuri pinggang ramping yang menempel pada tubuh kekarnya. Kinan menepuk tangan nakal itu. Ia paham Devan tak sabar karena sudah enam hari puasa tak menyalurkan hasratnya. Tapi ia masih ingin mengobrol hangat dengan pria itu. Kalau langsung ke intinya maka mereka pasti akan kelelahan dan tidur.
“Kau baru saja datang kak, nanti saja. Aku masih merindukanmu.” Ucapnya manja dan menggesekkan wajahnya pada dada pria itu. Devan melabuhkan kecupan mesra pada puncak kepalanya. Pria itu paham dan akhirnya kedua insan itu saling menceritakan kegiatan yang mereka lakukan seharian ini.
Sampai Kinan mendongak dan bertanya akan suatu hal yang cukup sensitif saat mereka sedang berduaan seperti saat ini.
“Kak, apa nona Beverly tidak curiga kalau kau selalu pulang malam?” Tanya Kinan dengan pelan dan ragu. Jemarinya memainkan kancing kemeja Devan untuk mengusir rasa mengganjal pada hatinya.
Devan menyentuh dagu perempuan itu hingga mata mereka saling bersitatap.
“Apa yang kau khawatirkan?”
“Bagaimana kalau dia nanti curiga dengan hubungan kita?”
“Kau terlalu banyak berpikir. Jangan membebani dirimu, biarlah aku saja yang memikirkan semuanya.”
Dan jawaban Devan itu tak membuat Kinan menjadi lega.
“Tapi Kak-“ Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya tapi pria itu sudah meraup bibir yang banyak bicara itu. Seolah tak ingin Kinan membahas hubungan rumit mereka dengan Beverly.
Kedua bibir itu saling bertaut, mencari celah masuk lebih dalam. Dengan tangan yang aktif bergerak menggoda tubuh istrinya itu. Lelaki itu memberikan jeda sejenak untuk keduanya menghirup oksigen, lalu kembali melancarkan aksinya. Hingga ia sudah tak tahan dan akhirnya menggendong istrinya bridal style menuju kamar mereka.
Kinan memekik kecil saat suamimya menjatuhkannya diatas ranjang. Kabut gairah sangat kentara menyelimuti netra pria itu. Mungkin ini efek enam hari tidak mengeluarkan hasartnya, sehingga saat ini ia menggebu-gebu.
“Kak.” Rintih perempuan itu saat sesuatu aktif menggoda bagian bawah tubuhnya dibawah sana. Devan menyunggingkan senyum tipis dan memulai aksinya.
Selama dua jam lebih kedua insan itu saling menyalurkan gairah dalam diri keduanya. Menciptakan suara-suara merdu di tengah keheningan malam.
Ciuman bertubi-tubi ia berikan pada wajah lelah perempuan itu. Kinan hanya mampu memejamkan mata dan mengatur napasnya yang masih terengah saat pria yang masih ada diatas tubuhnya itu mencumbunya.
“Sudah kak, aku tidak sanggup.” Pelan ia mendorong dada bidang pria itu dengan sisa tenaganya. Hingga suaminya itu berbaring disebelahnya dan mendekapnya erat.
“Istirahatlah, aku akan menemanimu sampai tidur.” Ucapnya menenggelamkan kepala Kinan pada dadanya yang masih berbalur keringat hasil kerja keras mereka.
Kinan menggeseknya wajahnya dan mencari kenyamanan pada tubuh suaminya. Karena kelelahan, tak lama kemudian kedua mata itu sudah terpejam sempurna. Perempuan berambut hitam itu telah terbang ke alam mimpi.
Devan sedikit mengendurkan pelukannya dan menatap wajah tenang Kinan yang terlelap. Entah mengapa, ia sangat senang memandang wajah perempuan itu yang tengah tertidur. Terasa sangat damai. Andai saja ia bisa disini lebih lama. Namun ia harus segera pulang.
Perlahan agar tak membangunkan sang istri, lelaki jangkung itu meninggalkan ranjang. Beralih menuju lemari pakaian. Dan saat ia membukanya, puluhan pakaian pria tersusun rapi didalam sana. Juga beberapa dress wanita disampingnya. Memang sengaja disediakan banyak pakaian Devan disini.
Namun pria itu urung saat akan mengambil salah satu kemeja. Ia meletakan kembali pakaian itu di tempatnya. Memilih memungut kemejanya yang ia pakai seharian ini dan pastinya sudah kotor.
Dengan cepat ia memakai pakaian itu. Devan pun mendekati ranjang dan menatap istrinya yang sudah pulas. Tangannya membetulkan letak selimut agar sempurna menutup tubuh tanpa sehelai benang itu. Lalu lelaki tersebut keluar dari kamar dan menutup pintu dengan sangat pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments