20. Orang tua Ethan

Sampai di rumah sakit Ethan segera di angkat oleh pria paruh bayah itu, Amora dapat melihat tatapan khawatir mereka.

Para dokter dan suster sudah standby di depan ruangan ruangan UGD, mereka langsung membawa Ethan masuk untuk segera di beri tindakan.

Amora menghela nafas ia bener-benar lelah hari ini.

Wanita paruh baya itu menatap tajam Amora ia mencengkam bekas gersang belati tadi dengan sangat kencang, membuat Amora sedikit meringis.

"Coba ceritakan apa sebenarnya yang terjadi dengan anak saya!" bentaknya.

Amora sampai tersentak kaget, Amora mengerti kenapa mereka berubah yang tadinya lembut menjadi dingin, ternyata Ethan anak mereka.

Papa Ethan sampai meringis melihat luka yang darahnya sudah mengering, kembali basah karena cengkraman istrinya.

"Sudah, Mama biar dia jelaskan dulu," ujarnya sambil menarik istrinya menjauh kasihan gadis pikirnya.

Istrinya melotot ke arahnya. "Kenapa? apa kamu suka dengan gadis ini hingga melindunginya, dasar pedofil!" bentaknya dengan tatapan tajamnya

Suaminya meringis melihat tatapan istrinya itu.

"Bukan begitu, Ma. lihatlah kondisinya," ujarnya membuat Istrinya melihat ke arah Amora meneliti dari atas sampai bawah.

Membuat istrinya mendengkus kesal lalu tidur.

"Jelaskan!" ucap pria paruh baya itu dengan nada dingin nan tegas.

Amora menghembuskan nafas kasar ia menjelaskan dari awal hingga Ethan datang tiba-tiba mengorbankan tubuhnya untuk tertusuk senjata tajam itu.

Mereka yang mendengar penjelasan Amora ekspresi mereka berubah-ubah.

"Huff, maafkan tante, kamu harus di beri perawatan dulu untuk luka kamu," ujarnya sambil meringis melihat darah di pundak Amora yang mengalir kembali.

"Tidak..." ucap Amora terpotong saat mama Ethan langsung menariknya ke ruangan sebelah.

"Tidak ada penolakan," ujarnya.

Membuat Amora yang hendak menolak diam mendengar nada tegas dari wanita yang menariknya.

Sesampainya di ruangan itu Amora mendapatkan perawatan luka-lukanya di bersihkan, membuat Amora sedikit meringis ketika lukanya di bersihkan menggunakan Alkohol.

Hingga beberapa menit Amora telah selesai di beri perawatan.

Mereka kembali ke ruangan Ethan, bertepatan mereka datang dokter yang menanganinya keluar.

"Bagaimana keadaan putra saya?" tanyanya dingin.

Dokter muda itu menghela nafas berat, jika ia salah sedikit saja berbicara nyawanya taruhannya, bisa ia lihat tatapan kedua orang tua Ethan yang menatapnya tajam.

"Huff, tuan muda tidak apa-apa, hanya saja luka tusuknya, mengenai luka tembak yang baru saja di jahit membuat lukanya semakin bertambah lebar," jelasnya panjang lebar.

Amora yang mendengar itu kaget ia baru terkena tembak.

"Tapi tidak perlu khawatir, karena kekuatan fisiknya membuat tuan muda baik-baik saja," ujarnya.

"Apa kau bilang baik-baik saja, putraku terluka dua kali di titik yang sama kau bilang baik!" bentak Mama Ethan.

Suaminya langsung menarik istrinya takut ia kelepasan.

"Apa kita boleh menjenguknya?" tanya Amora.

Dokter itu mengangguk mengizinkan mereka semua dan segera pamit untuk memeriksa pasien lain.

Amora dan kedua orang tua Ethan masuk, melihat Ethan yang sudah sadar bahkan ia sudah melepas infusnya.

"Hey, kenapa lo cabut setan," teriknya reflek saat melihat Ethan dengan santai menarik infus yang berada di tangannya.

Bahkan darahnya menetes namun Ethan hanya menatapnya datar tanpa meringis sedikit pun.

"Kenapa, yang sakit di punggung bukan di tangan," ucapnya membuat Amora memutar bola mata malas.

Ethan belum menyadari ada kedua orang tuanya.

"Ya, ya setelah kau saja," ucap Amora yang kesal.

Ethan yang melihat Amora kesal tambah mengodanya.

"Kenapa? apa kau khawatir padaku?" tanyanya sambil menaikkan turunkan alisnya.

Amora melototkan matanya. "Siapa juga yang peduli sama setan, kayak lo," ucapnya ketus.

"Lagi pula kita tidak sedekat itu," ujarnya.

Ethan melihat itu tersenyum tipis.

"Bukannya kita pacaran," ucap Ethan santai.

Kedua orang tua Ethan hanya diam menyimak obrolan remaja di depan mereka.

Amora yang kesal ingin memukul Ethan, namun tangannya di tarik oleh Ethan hingga ia menubruk dada bidang Ethan, bahkan wajahnya semakin dekat dengan Ethan.

Ia bisa merasakan hembusan nafas mint bercampur citrus yang menenangkan, membuat Amora lupa jika ada kedua orang tua Ethan.

Ethan menyeringai melihat itu, ia ingin mengecup bibir semerah chery yang sangat menggoda itu.

"Ehem," suara deheman keras membuat dua insan yang akan khilaf itu tersadar.

Amora segera bangkit dari dekapan Ethan, Ethan melihat siapa yang berdehem ternyata kedua orang tuanya mendengkus malas.

"Penganggu," cibirnya dalam hati.

Mama Ethan mendekat.

"Kamu gak papa sayang?" tanyanya khawatir.

"Mama tenang saja, aku bukan pria lemah," ujarnya.

Sedangkan papanya yang mendengar itu mendekat, memukul pelan luka Ethan.

"Stt," Ethan meringis meski pukulannya pelan namun nyatanya sangat sakit.

"Katanya kuat, gitu aja meringis," ejek papanya.

Ethan melotot tak percaya dengan apa yang di lakukan papanya.

"Papa memukulnya," ucapnya tak terima.

Bugh

Papanya tanpa perasaan memukulnya sekali lagi.

"Papa," teriak Mamanya saat suaminya memukul luka anaknya lagi.

Amora yang melihat itu meringis pelan, pasti sangat sakit pikirnya.

"Apa Ma? keturunan Arthayasa tidak boleh lemah," ucapnya dingin langsung duduk di sofa.

Ia hanya menatap santai putranya, tanpa peduli sakit atau tidak, bahkan dulu pelatihan keluarganya lebih dari itu.

Ethan hanya diam malas menangapi Papanya.

"Ada yang sakit sayang?" tanya mamanya khawatir.

"Ethan, sudah terbiasa Ma," ujarnya santai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sisi geng black rose yang telah sampai di tujuan mereka, mendadak panik saat tak menepati Amora bahkan mereka meneleponnya namun tidak aktif.

Membuat mereka kembali menyusuri jalan mencari keberadaan Amora.

Hingga di persimpangan jalan mereka membelokan ke jalan yang sedikit sepi, mereka berfikir Amora salah jalan satu tertinggal oleh mereka.

Vanessa yang berada di depan matanya menyipit saat melihat sepeda yang amat familiar, membuatnya segera menghentikan motornya.

"Ini, motor Amora kemana dia?" tanyanya.

Semua turun mengamati sekitar.

"Ness, lihat ini seperti darah yang masih basah," ujar Vera yang sedari tadi melihat ada hal yang janggal.

Mereka semua melihat ke arah aspal, meski tempati terlihat sedikit bersih, namun masih ada darah dari mereka yang tertinggal.

"Apa? jangan-jangan Amora di serang?" duga Sisi.

Vanessa menghela nafas. "Kalau dia di serang terus kemana dia sekarang?" tanyanya sambil berfikir.

"Ada kemungkinan, jika Amora kalah mereka membawanya atau mungkin Amora melarikan diri sehingga meninggalkan motornya," ucap Naomi yang menduga-duga.

Mereka terdiam larut dalam fikiran masing-masing, hingga suara klakson mengagetkan mereka.

TIN

TIN

"Minggir!" bentak mereka membuat Vanessa dkk menengok, mereka melihat inti Blood Eagles yang hendak lewat.

Edgar yang memimpin turun.

"Kenapa di sini?" tanya pada Vanessa lembut.

Bahkan mereka semua sampai melongo melihat perlakuan wakil Blood Eagles yang biasanya dingin dan kejam itu, berlaku lembut dengan seorang wanita.

Salah satu pemuda mengepalkan tangan erat saat melihat itu.

"Tidak, kau hanya milikku Ness," ucapnya dengan mata memerah menahan amarah.

Terpopuler

Comments

idaman

idaman

pasti samuel, sok sok an gak mau sama vanessa.... kubur aja ness, kamu sama edgar aja

2024-03-14

1

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Ribut lgi ini rebutan Vanessa,apa itu Samuelkah??

2024-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!