18. Geng Thunder

KRING

KRING

Bel pulang sekolah telah berbunyi membuat mereka semua berhamburan keluar, tak terkecuali geng black rose.

Mereka sudah duduk di atas motor sport mereka.

Rencananya mereka semua akan memberikan bantuan untuk anak-anak jalanan berupa makanan dan uang.

"Sisi, udah semua kan?" tanya Vanessa.

Ya, di antara mereka Sisi yang tak terlalu suka memakai motor, jadi meski mereka konvoi bareng akan menggunakan mobil atau nebeng dengan yang lain.

"Udah, tinggal berangkat," jawabnya sambil bersandar pada kap mobilnya.

"Ya, sudah kita berangkat ke buru sore," ujar Amora yang sedari tadi sudah siap bahkan ia sudah memakai helm full facenya.

Vanessa menganguk segera beranjak ke arah motornya, mereka semua keluar dari lingkungan sekolah beriringan dengan Vanessa sebagai pemimpinnya.

Amora akui jika Vanessa sedang serius aura kepemimpinannya keluar, namun jika dia mode bucin tolol, membuat Amora bergidik ngeri membayangkannya meski di sakiti beberapa kali ia tetap mencintai pria itu.

Namun Amora bersyukur Vanessa mulai melupakan pria berengsek yang suka main tangan itu, sungguh Amora tak suka dengan pria macam itu.

Amora yang melamun sepanjang jalan, membuat ia tak sadar tertinggal dari rombongan.

VROMM VROMM

Deru sepeda motor saling bersahutan, banyak knalpot belong yang memekak telinga, membuat Amora tersadar dari lamunannya.

Ia menatap sekeliling banyak motor sport berwarna merah mengelilinginya, di mana teman-temannya.

"Ah, sial gara-gara melamun ia tertinggal," ujarnya dalam hati.

Namun saat Amora ingin menancap gasnya untuk menyusul teman-temannya, motor yang di sampingnya dengan cepat berhenti di tepatnya.

Membuat Amora mengerem mendadak hingga ban motor belakangnya sedikit terangkat.

Sekitar sepuluh motor Amora melihat mereka dengan mata tahannya di balik helm.

"Minggir!" titahnya dingin tanpa melepas helm yang ia pakai.

Seseorang yang dominan dari yang lain maju sambil terkekeh, Amora menebak dia ketuanya.

"Kenapa terburu-buru, manis." ucapnya datar.

Pria bertubuh jangkung, berkulit putih, dan wajah tampan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Lo kira gue si manis jembatan ancol apa," ucapnya kesal.

Ha ha ha

"Menarik, kau sungguh menarik tak sia-sia menerima misi ini, sungguh kau gadis yang menantang," ucapnya sambil menatap Amora menyelidik.

Amora benar-benar risih, mereka menatap seperti menelanjanginya, Amora melepas helmnya dan tanpa aba-aba ia melempar helm mahal itu ke kepala pria yang ia anggap sebagai ketua itu.

GEDUBRAKK

PRAK

Helm itu jatuh dan pecah, Amora menatap nanar helmnya.

"Sialan, kau menantangku, Heh!" ucapnya dengan nada sinis dan memandang Amora remeh.

Ia berfikir Amora gadis kecil manja dan hanya bisa menangis.

Amora dengan santai turun dari motornya dan menyandarkan badannya di samping motornya.

"Siapa juga yang menantangku, aku hanya melempar orang yang kurang ajar denganku," ujarnya santai tak ada ketakutan sedikit pun.

"Apa kau tak tau geng Thunder?" tanyanya.

"Tidak, aku hanya mendengar saja mereka cuma geng perusuh dan suka berbuat mesum, mana ada bagus-bagusnya," hina Amora saat ia tak tahu jika mereka berada di depannya.

 Rahang pria itu mengeras mendengar hinaan Amora, malu yang di ucapkan benar.

Namun tentu saja ia tetap marah.

"Apa kau pernah bertemu dengannya?" tanyanya mencoba menahan amarahnya.

"Tidak, aku tak berminat bertemu mereka, jika aku bertemu akan memotong keperkasaan mereka yang sangat lancang keluar masuk milik orang," ucapnya emosi.

Amora mengingat sepenggal novel You Are Mine, yang mana Vanessa menyewa geng thunder untuk memperkosa Alena.

Amora yang mengingat itu bergidik ngeri membayangkannya.

Sontak mereka semua menutupi area bawahnya, Amora menatap mereka heran.

"Kenapa kalian?" tanyanya.

Ketuanya mencoba mengendalikan dirinya, mengenyahkan fikirannya menganggap gurauan sama ucapan gadis targetnya.

Dengan sorot mata tajam ia menatap Amora menghunus.

"Kamu tahu kita geng thunder itu, persiapkan dirimu gadis kecil," ucapnya.

"Cih, aku kira mereka semua tampan, ternyata kayak badut lampu merah," ejek Amora yang mencoba menyurut emosi mereka.

Amora tak takut karena ia pernah merasakan mati sebelumnya, jadi mengapa ia takut pikirnya.

Mereka semua menatap Amora nyalang.

"Tangkap gadis sialan itu!" titahnya yang emosinya sudah di luar batas.

Mereka semua sekitar 10 orang dengan tinggi di atas Amora, mengelilingi Amora hingga posisi Amora berada di tengah.

"Sombongmu tak berlalu Nona, jika kita sudah marah," ujar salah satu dari mereka.

Amora malah dengan santai melipat dadanya angkuh.

"Mental pentungan aja bangga," ejeknya lagi Amora benar-benar mempermainkan misinya mereka.

Bahkan Amora tersenyum miring saat melihat mereka mengerang tertahan.

"SERANG," ucap lantang sang ketua yang sudah tak sabar membungkam mulut kurang ajar Amora.

BUGH

BUGH

BUGH

Mereka melayangkan pukulan demi pukulan ke arah Amora, Amora dengan cepat menangkis dan membalas mereka dengan gerakan cepat tak terbaca ia mampu menumbangkan tiga dari sepuluh orang.

BUGH

Saat Amora lengah sebuah bogeman seseorang tepat mengenai hidungnya, Membuatnya berdarah.

Amora mengusapnya pelan rasa perih, namun ia tahan jika dia kalah akan taman riwayatnya di sini dengan para penjahat kelamin.

"Ha ha, ternyata kau tangguh juga, aku kira kau gadis manja yang akan merengek kepada orang tuamu," ucapnya di sela-sela pertarungan mereka.

"Bahkan aku tak pernah merasakan perhatiannya," ujarnya dingin.

Amora sangat benci jika ada yang membahas tentang orang tuannya, meski ia sudah memiliki keluarga angkat yang sangat sayang kepadanya, namun tetap saja ia ingin merasakan kasih sayang orang tua kandungnya.

Sang ketua menangkap jelas raut wajah sedih dan kecewa dari mata Amora, namun ia mengabaikannya ia telah di bayar mahal oleh seseorang untuk menghancurkan hidup gadis itu.

"Ha ha, tapi aku tak perduli," ujarnya yang terus menyerang Amora membabi buta.

Amora dengan gesit menghindari, ia mencari cara tak bisa jika ia terus dalam posisi ini sediri bisa-bisa ia kalah.

Meski ia memiliki beladiri yang memumpuni namun jika melawan banyak orang ia juga lama-kelaman akan kalah.

"Hah, siapa yang menyuruhmu?" tanyanya seandainya ia kalah ia tau siapa yang melakukan hal keji ini.

Ketua itu menyeringai, sepertinya ia salah menilai gadis di depannya ia sangat pandai menindai keadaan dan ia juga mengakui kemampuan beladirinya gerakan cepatnya kadang membuatnya kuwalahan.

"Kau mau tau?" bukan menjawab dia malah bertanya balik dengan nada yang menjengkelkan menurut Amora.

"Tidak juga," jawabnya acuh.

Bugh

Bugh

Kretek

Bunyi pukulan dan patahan tulang terdengar nyaring di jalan yang sangat sepi itu.

Bahkan orang itu terus meraung-raung menahan sakit.

Sedangkan Amora yang baru saja mematahkan tangan salah satu dari mereka hanya menatapnya datar tanpa ekspresi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!