Di pagi harinya,
Amora yang telah siap dengan pakaian seragamnya.
"Perfect," ucapnya sambil melihat dirinya di dalam kaca full body.
Amora memiliki kulit putih, pipi sedikit cabi dengan gingsul sebelah kanan menambah kesan manis, namun sayang tingginya hanya 150 cm.
Setelah memoles lip balm tipis di bibirnya, Amora segera turun untuk sarapan.
Saat ada di tangga Amora melihat keluarganya sudah menunggunya dengan senyum manis menyambut dirinya.
"Selamat pagi Ma, Pa." Sapanya sambil mencium pipi kedua orang tuanya.
"Pagi juga, sayang." ucapnya sambil tersenyum ke arah Amora.
Amora langsung duduk di kursi di samping Momnya.
"Kamu yakin mau sekolah hari ini, sayang?" tanya papanya.
Amora tersenyum ke arah papanya.
"Yakin Pa," ucapnya.
Mama dan papanya mengangguk tak lagi melarang Amora, takut dia tak nyaman lagi.
"Baiklah, sarapan dulu sayang," ucapnya sambil mengisi piring Amora dengan berbagai lauk pauk.
"Makan." ucap papanya.
Suasana hening hanya ada dentingan sendok beradu dengan piring.
Hingga beberapa menit sarapan Amora telah habis.
"Pa, Ma. Mora berangkat dulu," ucapnya sambil menyalimi kedua tangan Papa dan mamanya.
"Hati-hati sayang," ucap Melda dengan penuh kasih sayang.
Amora mengangguk di segera keluar rumah, sudah ada sopir yang menunggunya.
Amora sebenarnya ingin berangkat sendiri, namun ancaman kedua orang tuanya membuat dia mengalah dan memilih di antar supir.
Di dalam mobil Amora hanya melihat sekeliling mengingat jalan yang di lalui.
Hingga beberapa menit dia telah sampai di sekolah, dia melihat sekolah yang sudah sepi.
Sepertinya belajar mengajar telah di mulai.
"Neng, murid baru ya?" tanya Pak satpam yang menjaga gerbang.
SMA Tunas Bangsa memiliki peraturan masuk jam tujuh tepat, jika ada yang telat mereka tidak akan membuka gerbangnya.
"Iya, Pak." ucapnya sambil tersenyum manis.
Pak satpam membuka gerbangnya, saat Amora masuk sebuah motor sport masuk dengan kencang membuat Amora kaget.
"Sialan," umpatnya saat dirinya hampir terserempet motor itu.
Pak satpam sudah tau siapa pengendara motor itu hanya menghela nafas.
"Maafin tuan muda ya Neng," ucapnya.
Amora yang memegang dadanya karena kaget mendengar kata maaf dari pak satpam membuat dia menatap heran.
"Dia anak pemilik sekolah ini, Neng. Baru pulang dari paris, ah ya bapak lupa kalau Neng anak baru jadi tidak tau murid di sini," ucap Pak satpam itu.
Amora tersenyum manis, "Tidak apa Pak, nanti juga kenal." ucapnya sambil pamit menuju ruang kepsek.
Dan perjalanannya menuju kepsek Amora mengingat kembali alur novelnya.
"Apa setelah gue, hidup kembali cerita novelnya berubah." ucapnya.
Saat dirinya tak fokus tak sengaja dia menabrak tubuh tinggi tegap di depannya.
Dugh
"Aduh," pekiknya saat keningnya menabrak benda keras.
Pemuda itu membalik badannya, badan kekar, mata tajam, alis tebal, tinggi 190cm, namun sebagian wajahnya tertutup oleh masker.
Tapi tidak mengurangi kadar ketampannya.
"Kalau berhenti jangan di tengah jalan," ucap Amora sambil mendogakan wajahnya.
Deg
Mata tajam nan datar itu menatap Amora dingin.
"Aaa, Lo teroris yang waktu di paris, kan. Ngapain lo, ngikutin gue?" tanyanya sedikit ngegas.
Pemuda itu hanya menatap Amora datar, di balik maskernya dia tersenyum miring.
"Menarik," ucapnya sambil melangkah menjauh dari gadis di depannya.
Amora yang tak di respon kesal, sambil menghentak-hentakan kakinya di lantai, Amora berjalan berlawanan arah dengan pemuda itu.
...****************...
POV Ethan king Arthayasa
Di kota paris aku berlari menghidari para bodyguard grandpa, berlari tanpa tentu arah.
Namun tak sengaja aku menabrak satu gadis mungil namun nampak mengemaskan di mataku.
Raut wajah kesal dan cara dia marah dengan melototkan matanya, bukan tampang garang yang terlihat malah semakin mengemaskan saat di marah seperti itu, di mataku.
"Hey jalan pakai mata dong," ucapnya kesal sambil berkacak pinggang.
Namun aku memilih dia menatapnya, membuat dia semakin kesal.
"Hey, diam saja apa kau bisu?" tanyanya sambil menatapku dari atas sampai bawah memakai baju serba hitam dengan topi dan masker.
Tiba-tiba dia menjerit keras.
"Huwa, kau pasti teroris," ucapnya sedikit keras membuat ku sedikit malu, aku mendekat ke arahnya.
"Sampai jumpa lagi gadis kecil, jika nanti kita ketemu akan ku pastikan kau menjadi milikku," bisikku tepat di telinga gadis itu.
Setelah pertemuan itu aku selalu mencari informasi tentang gadis itu, namun sangat sulit.
Sampai hari ini aku baru melihatnya lagi, setelah satu minggu tak bisa mencari keberadaannya.
...****************...
Amora mengumpati pemuda tadi dia benar-benar kesal.
Sampai ia lupa tujuannya menuju kepsek.
"Ah, lebih baik gue ke kantin, ke kepseknya nanti saja, bentar lagi juga bel istirahat pertama." ucapnya dengan riang berjalan ke arah kantin yang tak jauh dari tempat dia berhenti.
Dan benar saja setelah Amora sampai di kantin bel istirahat berbunyi, membuat semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka masing-masing.
Amora memilih duduk di pikiran kantin, agar lebih leluasa melihat ada kejadian apa nanti, kalau sesuai alurnya.
Sang tokoh utama akan cekcok di kantin, jadi Amora memilih datang lebih awal.
Tak lama dari arah pintu kantin masuk para most wanted gril membuat para cowok terpekik heboh.
"Ah, para bidadariku sudah datang,"
"Vanessa keren, mau dong jadi pacar keduamu," teriak salah satu mereka.
Dan banyak lagi pekikan heboh dari para buaya darat.
Dahi Amora mengkerut, di dalam novel Vanessa tidak memiliki teman dia hanya sendiri, tapi sekarang ya ia lihat seperti sekelompok geng.
Amora terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Apa alurnya berubah ketika gue di hidupkan kembali," lirihnya namun masih di dengar seseorang pemuda yang tak jauh darinya.
Tak lama setelah pekikan kembali heboh saat most wanted boy memasuki kantin, mereka berima datang dengan gaya coolnya bersama satu gadis di antara mereka.
"Aaa, enak banget ya jadi Alena bisa bareng cowok-cowok tampan,"
"Gue juga pengin dong satu,"
"Aaaa, si kembar I Love you," pekik mereka.
Membuat Amora tersadar menatap rombongan itu, saat melihat wajah bahagia abang kembarnya, hati Amora terasa sakit.
Namun dengan cepat ia mengeleng dia hanya jiwa yang tersesat dalam tubuh seorang figuran.
Mereka semua duduk tak jauh dari bangun yang Vanessa tempati.
Vanessa yang berjalan dengan hati-hati membawa satu nampak bakso yang masih mengepul, menuju meja teman-temannya.
Amora melihat Alena dengan sengaja menjulurkan kakinya, dengan cepat membuka handphonenya untuk merekam.
Brakk
"Astttt"
Bunyi benda jatuh dan pekikan seseorang membuat semua orang menatap ke arah kejadian.
"Hiks sakit," tangis Alena saat tubuhnya merasa panas dan perih karena terkenal tumpahan kuah bakso.
Vanessa yang kakinya terkena pecah mangkuk, hanya diam menahan perihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Tachiy
hampir 2 meter tingginya🙃
2024-03-19
0