14. Bertemu papa

Di sebuah tempat gelap di bawah tanah, Amora di ikat di sebuah kursi yang berada di sana.

Amora yang baru saja sadar merasa sakit di tengkuk belakangnya.

"Sst, gue di mana?" tanyanya sambil menatap sekeliling.

Ruangan yang sangat gelap tidak ada pencahayaan di sana.

"Sial, siapa yang culik gue?" tanya pada dirinya sendiri dia mengingat kejadian sebelum ia di bawa kemari.

"Tuan dan Nona muda, siapa gue gak pernah bersinggungan dengan siapa pun selama gue datang ke novel ini," ucapnya mencoba mengingat siapa yang pernah ia singgung.

Tuk

Tuk

Sebuah ketukan sepatu dengan lantai terdengar nyaring membuyarkan lamunan Amora.

Ia melihat samar-samar pria paruh bayah yang datang mendekat ke arahnya.

Pria yang Amora tafsir berumur sekitar 45 tahun itu, berjalan ke arahnya.

Saat dia sudah di hadapannya Amora melihat samar-samar wajahnya karena tempat itu gelap.

"Jadi kamu gadis yang membuat anak saya masuk rumah sakit dan anak menjebak anak perempuan saya, supaya di lecehkan." ucapnya dengan dingin dan datar.

Amora mencoba melepas tali yang mengikatnya.

"Maksud Om siapa ya? saya tidak pernah melakukan hal sekeji itu terhadap sesama wanita," ucapnya tak terima.

Rahang pria berusia kepala tiga itu mengkeras dia mencengkam dagu gadis di depannya kuat, membuat Amora sedikit meringis.

"Anakku Kennedy dan Alena, anak keluarga Gradian kau salah mencari masalah gadis kecil," ucapnya serasa melepas cengkramannya.

Amora menebak dia papa pemilik raga ini, Amora terkekeh menatap papanya tanpa rasa takut.

"Jika anak laki-laki mu tak membuat ulah, aku tak akan membuatnya cidera, untuk anak perempuanmu maaf saya tidak pernah melakukan hal seperti yang anda tuduhkan," ucapnya dingin.

"Alena bilang kau yang menjebaknya, mau mengelak apa lagi kau?" teriaknya marah.

Amora lagi-lagi terkekeh. "Tuan Devon yang terhormat apa anda punya bukti?" tanya sambil menyeringai.

Pria itu terdiam dia melihat samar-samar wajah Amora.

"Aku memang tak memiliki bukti, tapi aku percaya dengan anak perempuanku," ucap pria itu.

Hati Amora terasa berdenyut saat pria di depannya, mengakui anak lain sedangkan dirinya yang darah dagingnya tak pernah ia anggap.

Pria itu melihat keterdiaman Amora menyalahkan sakelar lampu untuk melihat lebih jelas wajah gadis yang telah melukai kedua anaknya.

Tes

Air mata Amora menetes merasa sakit di hatinya.

Pria itu berbalik melihat wajah Amora.

Deg

Wajah itu wajah yang sangat mirip dengan istrinya Amara.

Apa dia anaknya namun ia segera mengelengkan kepalannya.

"Oh, kau kembali, kenapa kau tak mati saja," sarkasnya.

Membuat air mata Amora semakin deras menetes, dia benar-benar sakit, kecewa itu lah yang ia rasakan.

Setelah itu Amora terkekeh sinis menatap pertemuan pertama dengan pria yang di sebut papa itu.

"Amora memang sudah tiada," ucapnya menyeringai saat melihat wajah pias pria itu.

Devon mencoba menguasai dirinya sendiri, meski dia merasa shock mendengar pernyataan itu dari mulut anak kandungnya sendiri.

"Kau memang pria bodoh yang lebih memilih anak angkat dari pada darah dagingnya sendiri," sindirnya.

"Karena kau membunuh istriku, gadis pembawa sial! kelahiranmu bencana buat keluargaku," ucapnya.

"Tuan Devon yang terhormat, anda seorang pembisnis besar namun otak anda sangat dangkal ya," ejek Amora.

Membuat darah Devon mendidih ia mengepalkan tangannya erat.

"Apa maksudmu?" tanyanya dengan kobaran amarah.

"Coba anda fikir bayi yang baru lahir mana yang bisa membunuh orang tuannya sendiri? bahkan bayi itu saja tak mampu berbicara hanya bisa menangis menatap keluarganya yang tak peduli dengannya," ucapnya.

Membuat Devon mencerna omongan Amora.

"Coba anda bayangkan menjadi saja, di benci keluarga sendiri tanpa sebab yang jelas, bagaimana menderitanya gadis itu." ucapnya

Amora bisa melihat wajah Devon yang mulai merasa bersalah, namun ia juga masih melihat ke bimbangan di wajahnya.

Saat suara hening tiba-tiba ada sebuah dobrakan keras dari pintu membuat pintu itu terlepas.

Amora melihat banyak pria berpakaian serba hitam tak lupa masker yang menutupinya.

Papanya langsung mengeluarkan pistol di balik celanannya menatap waspada pria di depannya.

"Lepaskan gadis itu!" titahnya dingin.

"Siapa kau? berani-beraninya menyuruhku melepas tawanan gue," ucapnya geram saat ada seorang yang ikut campur dengan urusannya.

"PENJAGA," teriaknya namun tidak ada satu orang pun yang datang.

Pemuda di depannya mengkode para bawahnya.

Mereka langsung melempar para penjaga yang di tugaskan pria itu kehadapannya.

Seketika rahang Devon mengkeras, harga dirinya di jatuhkan oleh bocah ingusan di hadapannya.

Devon yang murka menyerang mereka degan membabi buta.

Sedangkan pemimpinnya berjalan mendekati Amora.

"Lo, gak papa?" tanya sedikit lembut karena merasa kasihan dengan Amora.

Amora amat mengenali suara itu.

"Ethan itu lo kan?" tanya takut salah orang.

Pemuda di depannya mengagguk menurunkan maskernya sedikit, setelah di rasa Amora percaya ia menutupkan kembali.

Ethan langsung mengendong Amora ala bridal syle, membiarkan anggotanya mengurus Pria itu.

"Lo, serius gak papa?" tanyanya sekali lagi saat mereka sudah ada di depan rumah tua itu.

Amora mengangguk lemah, dia merasa lelah dengan kehidupan keduannya.

Ia mengira anak mendapatkan kebahagiaan, namun ujian terus berganti silih berganti.

"Gue cuma lelah," ucapnya dengan segera ia membawa Amora ke mobil dan membawanya entah kemana.

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Keyra itu sapa thor 🤔mf bnyk bngt typo nya,smangat terus thor aku harap supaya lebih teliti lgi demi kenyamanan pembaca 🤭🙏🙏

2024-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!