Duan sangat kesal mendengar ucapan Freya. "Aku tidak akan pernah mengajukan cerai!" tegas Duan seraya berjalan melewati Freya. Dia duduk di sofa dengan nafas naik turun karena menahan emosi atas ucapan Freya.
Tiba-tiba seorang pekerja toko datang menghampiri Freya dengan membawa gaun ditangannya. "Permisi mba. Bagaimana dengan gaun yang ini?" tanyanya dengan ramah.
Freya melirik ke arah Duan, namun suaminya itu tidak melihatnya sama sekali. "Oke, aku akan mencobanya dulu", katanya dengan tersenyum canggung. Lalu dia bergegas menuju ruang ganti.
Saat sang pekerja toko sedang menunggu Freya di luar kamar ganti, seorang pengunjung lain datang meminta bantuannya. Pekerja itu pun beranjak dari posisinya berdiri.
Sementara Freya tampak melongo menatap pantulan wajahnya di cermin. "Bagaimana ini? Pak Duan tidak memberikan penjelasan apapun", gumamnya. Lalu dia tersadar kala melihat gaun ditangannya. "Hm, aku pakai saja dulu, nanti juga tau bagaimana responnya."
Gaun indah bertabur mutiara itu akhirnya menempel di tubuh ramping Freya. Namun tangannya tidak dapat menutup resleting dengan sempurna. Freya mengintip keluar seraya mencari pekerja toko. "Di mana kakak yang tadi?" tanyanya bergumam.
Gerak-gerik Freya mulai mengusik perhatian Duan, walau sedari tadi netranya fokus pada ponsel yang ada ditangannya. Duan pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjalan mendekati kamar ganti. "Apa kau butuh sesuatu?" tanyanya yang membuat Freya tersentak kaget.
"Em, saya mencari wanita yang ada di sini tadi."
"Dia sedang melayani pelanggan. Apa perlu aku memanggilnya?"
Freya sedikit ragu mengatakan iya, karena melihat pekerja toko benar-benar sibuk. "Tidak perlu, aku tunggu sampai dia selesai saja."
"Kamu butuh bantuan apa? Barangkali aku bisa membantumu."
Sebenarnya sih kamu pasti bisa. Tapi aku tidak yakin apa kamu mau melakukannya.
"Kenapa bengong? Sebenarnya kamu butuh bantuan apa sih?"
"Tidak perlu repot pak. Saya tunggu mbanya saja."
"Cepat katakan kau butuh apa!" teriak Duan hingga menarik perhatian para pengunjung butik.
Freya gegas menarik Duan masuk ke dalam kamar ganti. "To- tolong saya menarik resleting", mohon Freya dengan menunjuk punggungnya.
Tanpa aba-aba Duan telah menarik resleting. "Sudah selesai kan! Kenapa untuk masalah seperti ini saja kamu harus menunggu pekerja toko?" kesal Duan.
Freya membisu kala melihat Duan melakukannya tanpa rasa canggung. Apa dia menganggapku sebagai wanita atau sebuah maneken? Tanya Freya di dalam batin.
Duan keluar dari kamar ganti dengan raut wajah memerah, namun Freya tidak memperhatikannya.
Setelah Duan keluar, Freya berdiri menatap pantulan dirinya mengenakan gaun indah yang menambah kecantikannya. "Dia bahkan tidak berkomentar saat melihatku memakainya", gumam Freya dengan wajah sendu.
"Mba butuh bantuan saya?" tanya pekerja toko dari luar kamar ganti.
Freya membuka pintu dan keluar dari kamar ganti. "Tidak perlu mba", jawabnya dengan tersenyum.
Pekerja toko itu terpana kala melihat penampilan anggun Freya. "Mbanya cantik banget."
Mendengar ucapan pekerja toko, sontak Duan menoleh dan menatap Freya. Dia memang cantik. Tadi karena terlalu terburu-buru keluar, jadi nggak memperhatikan penampilannya. Batin Duan.
"Tuh kan calon suami mbanya saja sampai nggak ngedip", goda pekerja toko.
Sontak Freya menatap ke arah Duan hingga mereka saling berpandangan. Tak lama kemudian mereka sama-sama memutuskan tatapan mereka dengan rasa canggung.
"Mbanya manis banget kalau lagi tersipu malu", goda pekerja toko kembali.
"Saya ambil yang ini saja mba", ucap Freya yang tak ingin berlama-lama di sana. Jantungnya berdegub kencang sejak Duan memperhatikannya.
"Oke, ambil yang itu saja", ucap Duan seraya berjalan mendekati Freya. Setelah itu Duan pergi melakukan pembayaran. "Ayo", ajaknya tanpa menunggu Freya mensejajarkan langkahnya.
"Apa kita langsung pulang pak?"
"Sekarang kita ke toko perhiasan", kata Duan tanpa ekspresi.
Freya berjalan mengikuti langkah Duan didepannya. Mereka seperti orang asing yang kebetulan berjalan searah.
*-*
.
Tugas mencari gaun pengantin dan cincin pernikahan pun selesai. Kini Duan dan Freya berada di dalam mobil yang sama untuk kembali ke kantor.
Netra Freya menatap nanar pepohonan yang saling kejar-kejaran. Perasaannya sedikit gelisah kala membayangkan kehidupannya setelah masuk ke dalam keluarga Duan. Apakah aku harus menuruti ucapan mama. Aku harus belajar mencintainya dan mempertahankan pernikahan ini. Batin Freya gelisah.
Tak berselang lama mobil yang dikendarai Duan menepi saat memasuki halaman luas perusahaan milik keluarga Duan. Kemudian Duan menyetir hingga sampai ke basement.
"Ayo, turunlah", kata Duan saat mobil terparkir sempurna.
Freya dan Duan turun hampir bersamaan. Lalu mereka berjalan bersama menuju lift. "Apa kau sudah siap untuk pindah kerumah keluargaku?"
"Siap tak siap, saya harus melakukannya pak. Mau bagaimanapun pernikahan kita terjadi, saya tidak dapat menyangkal kalau saat ini saya adalah istri bapak."
"Oke, kita bahas hal ini di rumah saja."
"Baik pak", jawab Freya dengan sopan.
Duan dan Freya melangkah masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka lebar.
Setibanya di lantai 20, Freya merasakan atmosfir yang berbeda saat di tatap para karyawan wanita yang merasa iri dengan kedekatan Freya dan Duan. Padahal sekretaris Duan sebelumnya bahkan tidak berani masuk ke dalam ruangan Duan tanpa seizin presdir tampan itu.
"Mungkin benar yang dikatakan Dhea, kalau Freya adalah wanita penggoda. Dia bahkan mampu membuat pak Duan dan pak Givan selalu dekat dengannya."
"Aku sih kasihan sama mba Calista. Siang tadi aku melihatnya ke luar dari ruangan pak Duan dengan menangis. Ini pasti ada hubungannya dengan Freya."
Dika yang kebetulan melewati meja para karyawan wanita penggosip itu, tampak sedikit emosi saat mendengarnya. Dia tidak mau ada orang yang menceritakan hal buruk tentang Freya. "Apa kalian tidak punya kerjaan?" tanyanya seraya menatap tajam kedua wanita penggosip itu.
"Walau kamu seorang IT, bukan berarti kamu bisa mencampuri semua hal di kantor ini!" tegas wanita berambut pendek.
Dika kesal mendengar ucapan rekan kerjanya itu. Walau dia tahu persis kalau wanita lebih banyak berbicara daripada pria. Tapi itu bukan berarti dia harus mentolerir wanita yang sering bergosip. Dia lebih baik menghindari rekan kerjanya itu daripada meladeninya. "Cukup hanya satu wanita yang selalu cerewet padaku", gumamnya kala mengingat bagaimana sang ibu tak pernah diam saat dirinya berada di rumah. Itu pula alasannya menyukai Freya. Menurutnya Freya adalah wanita yang baik tutur katanya dan tidak suka bergosip.
*-*
Alana menyambut gembira kedatangan Duan dan Freya. Dia menuntun Freya duduk di sofa. "Sayang, buku nikah kalian sudah jadi", ucap Alana seraya menunjukkan 2 buku nikah. Lalu memberikannya pada Duan dan Freya masing-masing satu. "Mama sudah memesan gedung untuk pesta pernikahan yang akan diadakan lusa."
"Apa? Lusa?" tanya Duan dan Freya serempak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
kaget karena cepet banget ya
2024-02-17
0
emekama(♥ω♥ ) ~♪
kaget gak tuh, cepat kan, iya dong... Alana gitu loh 😁
semangat kk 🌹 mendarat
2024-02-16
0
emekama(♥ω♥ ) ~♪
hayoloh, lama2 ntar juga makin cantik coba deh lihat baik2 😗
2024-02-16
0