Bab 11

Keesokan harinya.

Arif dan yang lainnya mulai berpamitan dari kediaman Lania, mereka kembali menjalankan tugas mereka untuk menghalau pasukan iblis.

Lania hanya melambai ke arah mereka dari jendela kamarnya dan akhirnya mengganti pakaiannya dibantu dua maid profesional, ia duduk dan wajahnya dirias dengan baik. Namun, Lania menolak bedak pemutih, sehingga ia hanya menerima pelembab bibir dan eye shadow yang terbuat dari bahan alami yang sama dan membuat riasannya tidak sempurna. Namun, anehnya meski tidak memakai bedak, wajah Lania tetap terlihat cantik bersih dan bersinar.

"Nona kenapa tidak mau memakai bedak? Ini sangan populer dikalangan para gadis bangsawan," ucap mereka.

"Aku hanya tidak mau memakai bahan yang tidak aku ketahui terbuat dari apa, selain itu, aku merasa kalau aku tak membutuhkan itu, terakhir kali aku memakainya aku merasa tidak nyaman," ucap Lania.

"Ah be-begitu yah," gumam para pelayan yang menyudahi riasannya dan akhirnya. Lania pun pergi keluar kamar di temani dua pelayan itu.

Setelah pintu terbuka terlihat Wiliam menunggunya di luar, "Selamat pagi My Lady," ucapnya sambil membungkuk hormat.

"Pagi juga Wiliam. Sekarang bisakah kau menuntunku untuk menuju ruang kerja?" tanya Lania.

"Tentu saja, sebelah sini Nona," ucap Wiliam yang berjalan santai menuntun Lania menuju ruang kerjanya.

Sesampainya di ruang kerja. Lania nampak duduk di kursi dengan meja besar yang diatasnya terdapat alat tulis beberapa kertas kosong dan dukumen yang baru saja di serahkan padanya lalu ada juga stampel kerajaan Grander.

Lania nampak memeriksa dokumen satu persatu, "Wiliam, bisakah kau minta pelayan membawakan teh yang diseduh dengan air rebusan jahe, plus camilan berupa biskuit sebagai sarapan pagiku. Lalu katakan pada tukang kebun untuk menemuiku setelah selesai bekerja," pinta Lania pada Wiliam.

"Tentu saja. Segera saya atur," ucap Wiliam sambil menarik nafas.

Lania melanjutkan pekerjaannya memeriksa dokumen, tetapi matanya kadang-kadang melirik ke jendela untuk melihat kebun dan mungkin menunggu kedatangan tukang kebun.

Beberapa saat kemudian, pelayan membawa teh hangat dan camilan sesuai permintaan Lania. "Terima kasih, kau bisa meninggalkannya di sini," ucap Lania dengan ramah.

Wiliam memberikan isyarat kepada pelayan untuk menaruhnya di meja dan setelah itu mengambil langkah keluar ruangan untuk menemui tukang kebun.

Sementara menunggu, Lania mencoba fokus kembali pada pekerjaannya. Namun, pikirannya terus melayang pada pertemuan dengan Pangeran Lucas. Ia berharap bahwa kedatangan tukang kebun akan membawa semangat baru dan menyegarkan.

Beberapa saat kemudian, pintu ruang kerja terbuka, dan seorang tukang kebun, seorang pria setengah baya dengan tangan yang terlihat kasar tetapi matanya penuh semangat, memasuki ruangan.

"Lady Lania, saya diinformasikan bahwa Anda ingin bertemu dengan saya," ucapnya dengan hormat.

Lania tersenyum dan mengangguk, "Tentu, silakan duduk. Minum dan cobalah, lalu berikan pendapatmu pada teh yang aku siapkan?"

Tukang kebun itu mengangguk dan dengan ragu-ragu menyesap teh itu, ia terdiam ketika merasakan perasaan hangat di perut dan lehernya.

"Rasanya hangat dan menenangkan," gumam pelan tukang Kebun.

"Aku menggunakan air rebusan jahe untuk tehnya, bagaimana apakah itu bisa menggantikan alkohol dalam menjamu tamu, jujur saja aku tidak suka bau alkohol dan efek yang diakibatkan dari orang yang terlalu banyak minum minuman seperti itu," ungkap Lania.

Tukang kebun mengangguk mengerti, "Saya sangat menghargai kesederhanaan dan kebijaksanaan Anda, Lady Lania. Teh ini memang segar dan memberikan rasa yang berbeda. Saya pikir ini bisa menjadi pilihan yang baik untuk menyambut tamu di sini."

Lania tersenyum puas mendengar tanggapan positif. "Bagus, sekarang katakan padaku, apakah kau mau mencabut beberapa tanaman tak penting di kebun untuk menanam kentang, jahe, gingseng dan tanaman herbal serta konsumsi, seperti tomat dan lainnya?" tanya Lania

Tukang kebun mengangguk antusias, "Tentu, Lady Lania. Aku akan segera menyusun rencana untuk memulai penanaman tanaman-tanaman tersebut. Ini akan menjadi tambahan yang sangat baik untuk kebun, dan pastinya akan bermanfaat bagi keperluan dapur dan kesehatan."

Lania tersenyum puas mendengar respon positif tukang kebun. "Aku senang mendengarnya. Pastikan juga untuk merawatnya dengan baik dan mengajari pelayan-pelayan tentang cara merawat serta memanfaatkan hasil panennya, baik untuk konsumsi keluarga maupun untuk distribusi ke warga sekitar."

Tukang kebun mengangguk, "Akan saya lakukan, Lady Lania. Saya akan memastikan agar kebun ini menjadi sumber keberkahan bagi kita semua."

"Aku senang kau bersemangat, ah iya aku dengar anakmu sedang sakit. Apakah saat ini kondisinya sudah mendingan?" tanya Lania.

"Sayangnya belum, dia .... tubuhnya sangat panas dan ia juga tak punya nafsu makan hal itu membuatnya kurus," ucap tukang kebun sedih.

"Kalau begitu, sore ini aku ingin menjenguk anakmu, jadi katakan jika kau sudah ingin pulang, karena aku ingin melihat kondisi anakmu secara langsung," ucap Lania sambil menanda tangani satu dokumen yang sudah ia pahami isinya dan menolak dokumen yang menurutnya belum jelas.

Ia juga melihat data keuangan dan hanya ia diamkan saja karena ia merasa datanya cukup janggal jadi ia tidak akan langsung menerima hasil laporan itu. Selain itu ada juga proyek-proyek bangsawan yang Lania khawatirkan kalau kebanyakan adalah proyek fiktif. Jadi ia sangat selektif dan hati-hati dalam menerima atau menolak proposal.

Tukang kebun mengangguk dengan penuh rasa terharu, "Terima kasih, Lady Lania. Saya sangat menghargai kebaikan hati Anda. Saya pasti memberitahu istrirahat untuk mempersiapkan kunjungan Anda."

Lania melihat data keuangan dan proyek-proyek tersebut dengan cermat. Ia menanyakan beberapa pertanyaan rinci kepada tukang kebun dan beberapa pelayan yang berada di sekitarnya. Setelah mendapatkan jawaban yang memuaskan, Lania memutuskan untuk memberikan perubahan pada alokasi anggaran dan meninjau ulang prioritas proyek-proyek yang diajukan.

"Wiliam, apakah ini benar-benar tugas bangsawan kelas bawah sepertiku?" tanya Lania yang baru sadar kalau tugasnya terlalu kompleks untuk jabatannya yang hanya seorang Baroness.

"Mana hamba lihat Lady Guardina," ucap Wiliam agak penasaran.

Lania menunjuk ke beberapa dokumen yang berisi rincian proyek dan keuangan. "Ini terlalu kompleks, Wiliam. Seorang Baroness biasanya tidak memiliki tanggung jawab sebesar ini. Aku butuh bantuan dari seseorang yang lebih berpengalaman dalam administrasi dan manajemen. Siapa yang bisa membantu kita?"

William terdiam melihat cara penulisan Lania yang rapi dan mudah dipahami. Wiliam juga nampak berkeringat dingin ketika sudah memperhatikan dokumen itu baik-baik.

"N-nona, s-sepertinya ini, tugas untuk Yang Mulia Pangeran Lucas yang ketinggalan. Karena sejujurnya sebelum dijadikan tempat dinas Nona, tempat ini adalah tempat kerja Pangeran Lucas," jawab Wiliam.

"Kalau begitu, panggil Pangeran Lucas Van Derkope. Katakan pada Yang Mulia Pangeran kalau berkas tugasnya ada di sini dan juga. Katakan juga pada beliau kalau aku sudah mengerjakan sebagian tugasnya," pinta Lania pada kepala pelayan di kediamannya.

"Tapi bagaimana jika dia marah karena nona mengotak-atik dokumennya?" tanya Wiliam.

"Tak apa, katakan kalau aku siap bertanggung jawab akan kelalaianku," ucap Lania sambil tersenyum tipis.

Wiliam mengangguk patuh, "Baik, Lady Lania. Saya akan segera menyampaikan pesan Anda pada Yang Mulia Pangeran Lucas."

Lania melanjutkan pekerjaannya sambil menunggu berita dari Pangeran Lucas. Dia merasa perlu untuk membagi beban tugas yang sangat kompleks ini dengan seseorang yang lebih berpengalaman dalam administrasi. Seiring berjalannya waktu, Lania membenahi beberapa dokumen dan membicarakan rencana tanaman dengan tukang kebun.

Tak lama kemudian, Pangeran Lucas muncul di ruang kerja Lania. "Apa yang terjadi, Lady Guardina? Saya mendengar Anda telah mengambil alih beberapa tugas saya."

Lania melihat tatapan merendahkan dan meremehkan dari sang pangeran. Lania menilai kalau pangeran saat ini sedang meremehkan dan menghinanya melalui kata-kata halus agar tidak terlalu terlihat menghina.

"Tuan saya melihat ada dokumen yang ada di meja saya sebagai tugas saya. Saya baru menyadarinya setelah hampir mengerjakan semuanya. Jadi ini salah anda yang meninggalkan tugas penting di meja saya," balas Lania.

Pangeran Lucas mendengarkan penjelasan Lania dengan tatapan acuh tak acuh. "Seharusnya Anda memeriksa lebih cermat sebelum memulai pekerjaan. Saya tidak membutuhkan bantuan dari seseorang yang tidak mampu memahami batasannya," ucapnya dingin.

"Apakah orang yang baru bangun pagi bisa langsung fokus terhadap sesuatu. Saya rasa Yang Mulia juga tahu kalau tidak ada orang yang bisa langsung fokus pada apa yang dihadapan mereka, terutama ketika terlalu bersemangat ataupun baru bangun tidur," ucap Lania sambil menuangkan teh jahe yang sudah ia siapkan dan ia berikan pada Pangeran Lucas.

Pangeran nampak heran melihat Lania yang masih bisa tenang meski dalam tekanan. Lania tersenyum lembut sambil menyerahkan secangkir teh pada Pangeran Lucas. "Mari, Yang Mulia, minumlah teh ini. Mungkin akan membantu untuk memulai hari dengan semangat baru."

Pangeran Lucas memandang teh di tangannya, kemudian mengangguk dengan keraguan dan mulai meminumnya. Lania tetap tenang, meskipun suasana agak tegang. Ia yakin bahwa kerja sama antara mereka berdua akan membawa manfaat bagi wilayah Grander.

Pangeran Lucas nampak berdecih kesal dan meminum tehnya, ia perlahan mulai merasa tenang dan nyaman, "Teh jenis apa ini?" gumam pelan Pangeran Lucas yang lupa akan kemarahannya.

"Itu teh yang direndam dalam air rebusan jahe, sangat cocok dihidangkan di musim dingin yang menusuk, aromanya juga akan menenangkan pikiran yang tegang. Saya ingin membuka bisnis teh jahe, bagaimana pendapat pangeran?" tanya Lania

Pangeran Lucas melirik Lania, tiba-tiba terkesan oleh keberanian dan kreativitasnya. "Tentu, mungkin ide itu bisa menjadi sesuatu yang menarik. Tapi apakah bisnis seperti itu sesuai dengan posisi Anda sebagai Baroness?"

Lania tersenyum, "Saya percaya bahwa seseorang tidak harus terbatas oleh gelar atau jabatan. Bisnis ini bisa menjadi cara untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan dampak positif pada ekonomi wilayah Grander. Saya ingin melibatkan banyak orang dalam proyek ini, termasuk petani dan pekerja lokal."

Pangeran Lucas tampak lebih tertarik, "Memangnya, apa saja rencana Anda untuk bisnis teh jahe ini?"

Lania memberikan gambaran singkat tentang rencananya, termasuk pembuatan teh jahe yang berkualitas tinggi, promosi produk secara lokal maupun eksternal, serta melibatkan masyarakat setempat dalam produksi dan penjualan.

Pangeran Lucas terdiam sejenak, lalu tersenyum, "Mungkin ide ini bisa kita kembangkan bersama. Tapi, saya akan ikut serta dalam pengelolaan bisnis ini. Kita harus memastikan bahwa semua aspeknya berjalan dengan baik."

Lania mengangguk, "Saya sangat berterima kasih atas dukungan Anda, Yang Mulia. Saya yakin dengan kerjasama kita, bisnis teh jahe ini akan sukses dan memberikan manfaat besar bagi wilayah Grander."

Pangeran Lucas setuju, dan mereka melanjutkan pembicaraan tentang rincian kerjasama bisnis mereka. Lania merasa senang karena berhasil menciptakan hubungan yang positif meskipun di awalnya tampak sulit. Dengan kolaborasi ini, mereka berdua berharap dapat menciptakan dampak positif yang lebih besar untuk kerajaan Grander.

"Ah iya, ini kertas tugas yang Mulia, anda boleh melihat dan merevisi semua hal yang mungkin saya kacaukan, saya minta maaf karena kelancangan saya dalam mengerjakan sesuatu yang tak seharusnya saya kerjakan," ungkap Lania.

Lucas langsung memperhatikan dokumen dan proposal bisnis yang dibuat para bangsawan, mulai dari yang diterima sampai yang Ditolak.

"Boleh beritahu aku alasan kenapa kau menolak projek wisata yang dibuat oleh Count Barbosa?" tanya Lucas.

"Saat ini wilayah kita sedang dalam keadaan perang, tak ada tempat wisata yang aman. Saya khawatir kalau proposal itu adalah proposal fiktif yang digunakan untuk menutupi tindakan korupsi beberapa pejabat," ucap Lania.

Lucas memandang Lania dengan serius, "Pertimbanganmu sangat bijak. Kondisi perang memang tidak memungkinkan untuk mengembangkan proyek wisata. Aku setuju dengan keputusanmu dan aku akan menindaklanjuti hal ini. Kita harus fokus pada upaya pertahanan dan kesejahteraan rakyat di masa konflik ini."

Pangeran Lucas nampak memperhatikan semua tulisan Lania. Tampaknya Lania juga menuliskan alasan penolakannya di beberapa surat ajuan para bangsawan. Selain itu tulisan Lania sangat rapi serta mendetail.

"Hei, bagaimana untuk, proposal dari Marquis Lambert. Bukankah ini harusnya sangat membantu, mereka meminta dana tambahan pada para prajurit sekaligus wanita untuk menghibur di medan perang," ucap pangeran Lucas pada Lania, meski sudah tertulis alasan penolakannya, tapi tulisan itu lebih ke ringkasan saja dan ia ingin mendengar penjelasan langsung dari Lania.

"Aku tidak sepenuhnya menolak. Namun, saat ini tidak bisa dilakukan. Kalaupun Yang Mulia Kaisar Termina mengirimkan bantuan dan Yang mulia Raja ikut menambah uang. Kita tidak tahu apakah uang itu sampai sepenuhnya ketangan mereka atau tidak, karena bisa saja ada yang bermain nakal dalam dana militer, karena seharusnya Kerajaan sudah mengirimkan uang dan perbekalan yang cukup. Jadi yang harus dilakukan adalah menyelidiki apakah ada korupsi dana yang dilakukan beberapa oknum atau memang dana dan perbekalan yang diberikan itu kurang," jelas Lania.

"Bagaimana jika memang benar-benar kurang?" tanya Lucas, "Mereka tidak mungkin bisa menunggu lama karena masalah perbekalan ini menyangkut nyawa," ucap Lucas lagi menjelaskan rasa khawatirnya.

"Kalau begitu, saya akan mengantar dana dan perbekalan militer hari ini. Saya akan memastikan semuanya terbagi dengan baik. Lalu, soal wanita penghibur untuk para tentara, jujur saja aku kurang setuju. Memang benar hal itu akan mengurangi stress para tentara di medan perang. Namun, bagaimana para wanita yang dikirim ke sana, apakah mereka bisa senang menjadi pemuas para tentara?" tanya Lania.

"Lady Guardina, kenapa kau sampai memikirkan hal sedetail itu, untuk sesuatu yang bukan ranahmu?" tanya pangeran Lucas.

"Tuan. Sewaktu Kaisar Nero memberikan saya mandat untuk mendapatkan gelar Baroness di kerajaan ini, yang saya pikirkan adalah saya harus bekerja dan mengerjakan apa saja untuk masa depan Kekaisaran," jawab Lania

Mendengar hal itu, Pangeran Lucas Van Derkope mulai sedikit memiliki rasa hormat pada Lania Guardina.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

btw next Thor 😃

2024-01-31

1

Frando Kanan

Frando Kanan

terlht sengaja bgt...

2024-01-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!