Lania dan Arif saling tatap satu sama lain, hingga akhirnya Arif menghela nafas dan menjawab.
"Nona pelayan, kalau aku ingat-ingat anda adalah pelayan yang selalu berada di samping Princess Talia. Jadi apa ada sesuatu yang terjadi hingga nona tidak bersama Tuan putri?" tanya Arif.
Lania mengendorkan kewaspadaannya, aku kemari mengikuti Hunter-kun, tuan putri baru saja diculik jadi aku kemari dengan bantuan Hunter-kun untuk mendapatkan tuan putri kembali," jawab Lania sambil mengelus anjing pemburu yang ia panggil Hunter.
"Tuan Putri diculik? Kenapa tidak ada keributan di istana, bukankah seharusnya akan ada keributan besar jika tuan putri benar-benar diculik?" tanya Arif.
"Itu karena aku menyuruh dua temanku untuk merahasiakannya, Saat ini Kekaisaran sedang masa kritis, tak perlu menambah beban pikiran Kaisar dengan hal ini," ungkap Lania yang masuk ke dalam lewat pintu rahasia.
"Kalau begitu aku ikut, sebagai seorang pahlawan, rasanya sangat memalukan jika aku tidak membantu sama sekali," ungkap Arif yang berjalan mengikuti Lania.
Lania hanya melirik ke arah Arif, lalu Lania mengangguk, "Aku rasa kekuatanmu sangat dibutuhkan. Dan untukmu Hunter, jangan menggonggong," pinta Lania yang tak ingin mereka diketahui oleh penculik
Si anjing/Hunter hanya memiringkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya lalu melanjutkan langkah tanpa memunculkan suara.
Setelahnya Lania dan Arif berjalan berdua, tak ada perbincangan diantara keduanya, terlihat Lania hanya berjalan dengan tatapan lurus kedepan dan memegang tali kekang untuk bisa mengikuti langkah Hunter si anjing pelacak.
"Ano, apakah kau orang malam itu ingin membunuhku?" tanya Arif penasaran.
Lania hanya melirik ke arah Arif secara perlahan dan tenang, ia nampak begitu hebat dalam menjaga sikapnya, "Malam itu?" gumam pelan Lania berpura-pura bingung.
"Lupakan," gumam Arif sambil mengeluarkan sihir api berbentuk bola api kecil sebagai penerangan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Lania.
"Membuat penerangan.
"Hentikan, kita bisa ketahuan dengan mudah," ucap Lania yang lebih terbiasa beraksi ditempat gelap.
"Oke," gumam pelan Arif.
"Tuan pahlawan," panggil Lania.
"Ya?" tanya Arif.
"Jika kita bertemu orang asing, jangan gunakan sihir api untuk menyerang apapun kondisinya," ucap Lania.
"Oke aku akan menggunakan sihir api," gumam pelan Arif yang nampaknya tidak butuh penjelasan apapun atas hal yang Lania mau.
"Aku dengar kau penyihir lima elemen alam apa aku benar?" tanya Hamdi sambil terus berjalan perlahan mengikuti tuntunan dari Hunter.
"Ya, ada apa?" tanya penasaran Arif.
"Apa kau mempelajari sihir direction dari elemen bumi, sihir itu berguna untuk mendeteksi keberadaan makhluk hidup dari getaran bumi sekecil apapun, hal itu membuatmu bisa memperkirakan jumlah musuh jenis musuh hanya dengan menganalisa jumlah dan kekuatan getarannya, bahkan di level tertentu kau bisa merasakan detak jantung orang lain dari getaran tanah dan batu yang kau sentuh, level skill juga menentukan jarak deteksinya," ucap Lania menjelaskan.
"Kau menjelaskan itu detail sekali, tak seperti orang biasa, orang-orang di sini hanya menjelaskan suatu skill dengan sederhana, dari mana kau tahu semua informasi itu? Padahal kau hanya pelayan?" tanya Arif.
"Apakah itu lebih penting dari pada pertanyaanku?" tanggap Lania.
"Iya-iya, tapi jujur saja aku baru dengar soal sihir itu jadi aku tidak mempelajarinya dan juga Rosaria, seorang Maiden di timku berkata kalau aku harus fokus pada sihir serangan, jadi sihir pendukung dan pelacak seperti deteksi itu tidak pernah aku pelajari," ucap Arif.
Lania yang mendengar itu hanya diam. Namun, tatapannya terlihat tajam dan tidak menyenangkan, seolah-olah ia sedang memikirkan suatu hal yang tak bisa dibayangkan orang lain.
Tak lama setelahnya Hunter berputar-putar menampakkan wajah gelisah. Lania langsung tengkurap di jalan berbatu itu dan menempelkan telinganya ke jalan.
Setelah beberapa detik Lania duduk, "Hunter, kembalilah bawa surat ini pada komandan ksatria," ucap Lania yang dengan cepat menulis surat dengan menggunakan tomat sebagai tintanya ia juga mengalungkan suratnya di leher Hunter.
Hunter pun pergi, "Kenapa kau menyuruh Hunter pergi, bukankah kau membutuhkannya mencari jejak?" tanya Arif.
"Tidak, ada 5 orang berjalan ke arah kita, dari langkah kakinya, 3 orang berbobot 35 kg dan 1 orang lagi seorang wanita berbobot 30,6 kg dari getaran yang dihasilkan cara jalannya dan yang terakhir sedang menarik gerobak tambang seberat 70 kg," jelas Lania sambil melirik Arif, "Sekarang gunakan sihir bumi untuk menciptakan gundukan tanah untuk kita bersembunyi dan buat lubang kecil untuk mengintip dan bernafas," pinta Lania.
Arif, meski sedikit tercengang dengan informasi yang diberikan Lania, segera mengikuti instruksinya. Dengan cepat, ia menciptakan gundukan tanah yang cukup besar untuk menyembunyikan mereka berdua. Dengan sihir bumi, Arif juga membuat lubang kecil untuk mengintip sambil tetap terlindung.
Beberapa saat kemudian, kelima orang yang telah diidentifikasi oleh Lania mendekati lokasi mereka. Ternyata, Lania memang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menganalisis informasi dari getaran dan langkah kaki.
Lubang kecil tempat mereka bersembunyi memberikan pandangan yang cukup untuk melihat para individu tersebut tanpa terlihat. Mereka melihat, ada 3 pria dengan sepatu kulit membawa senjata tajam berupa pedang dan kapak, lalu wanita berambut pirang dengan telinga runcing membawa tongkat sihir, dan terakhir pria berotot yang membawa kereta tambang yang diisi karung hitam yang bergerak-gerak.
"Lelaki itu pasti sudah sampai di kota ini. Kita harus mempercepat persiapan. Dia pasti sangat senang ketika kita bisa memberikan Talia putri Kekaisaran untuk jadi budak," ucap pemimpin mereka.
Lania mendengarkan dengan seksama percakapan itu langsung menyenggol Arif. Arif pun merasakan tekanan dan tanggung jawab sebagai pahlawan untuk melindungi kota dari ancaman ini.
"Ada apa tanya Arif yang tersadar akibat senggolan Lania dengan sikutnya.
"Buka kubah batu ini secara perlahan jangan ada suara sedikitpun, lalu bunuh mereka," jawab Lania.
"Kau itu pelayan, kenapa bisa sesantai itu mengatakan kalimat itu?" tanya Arif heran.
"Demi keselamatan putri, lakukan perintahku, jika tidak orang akan berpikir kau ada di pihak mereka," ucap Lania yang tiba-tiba melepaskan sepatu yang ia gunakan, lalu Lania juga mengeluarkan pisau perak di pahanya, ia pun berkata, "Jika tuan pahlawan tak sanggup membunuh mereka karena mereka manusia, cukup bantu aku melumpuhkan mereka," gumam pelan Lania.
"Oke," jawab Arif yang tak mau berdebat panjang dengan Lania, akhirnya ia membuka jalan keluar secara perhalan. Lani yang tak pakai sepatu itu langsung berlari dengan berjinjit atau hanya menggunakan ujung kakinya, hal itu membuat suara langkah kakinya jadi sangat minim suara, yah meskipun Lania terlihat seperti menahan sakit, hal ini karena bekas luka goresan kaca masih belum sembuh, apalahi ia sempat keseleo jadi berlari dalam keadaan seperti itu tentu tidak akan nyaman bagi Lania itu sendiri.
Dan ketika jaraknya sudan dalam perkiraan yang tepat. Lania melompat ke udara dan ketika jatuh ia langsung menusukkan pisau peraknya ke leher belakang orang yang mendorong gerobak misterius dengan sangat dalam.
"Kuag!" mata si penjahat itu terbelalak kaget dan suaranya membuat tiga anak buahnya menatap ke belakang.
"Huh ada apa bos?" tanya mereka. Namun ketika mereka melihat ke arah bos mereka, mereka kaget karena leher bosnya terlihat bilah belati perak tajam menembus leher bos mereka dari belakang.
Sssssssssssssss
Darah mulai memancing keluar ketika belati itu dicabut dari leher si bos dengan sangat kasar dari belakang dan membuat si bos tertunduk lemas sambil menutupi lehernya yang berlubang, ia juga tak bisa bernafas dan bicara karena urat nadi dan darahnya masuk ke saluran pernafasan lalu pita suaranya juga rusak.
Saat itu tiga anak buahnya melihat siapa yang membunuh bos mereka. Yaitu seorang pelayan muda nan cantik berambut putih terkepang bagian samping, mengenaian seragam maid berwarna biru yang dinodai darah bos mereka, tatapannya sangat dingin.
Jangankan para penjahat, Arif yang tadi berbincang hangat dengan Lania juga kaget akan perubahan aura yang terjadi.
"Kalian sungguh tak tahu diuntung, Princess Talia dan Kekaisaran memberikan kalian perlindungan, tapi ini balasan kalian? Kalian menculik Princess Talia dan ingin menjualnya pada pedagang budak?" tanya Lania dengan nada dingin.
"Memangnya kau bisa apa, kau hanya sendiri dan kami bertiga!" seru mereka bersiap dengan senjata masing-masing.
Arif yang melihat itu langsung mengeluarkan sihirnya, meskipun sihirnya tidak ditujukan pada manusia. Namun, jika ia melihat manusia yang menurutnya tak pantas dilindungi, ia juga tidak akan ragu menyerang.
"Wind Cutter!" seru Arif sambil mengayunkan tongkatnya dan angin tajam pun melesat ke arah mereka.
"Airo defense," gumam lembut gadis bertelinga runcing dan seketika angin tajam itu tertahan oleh perisai angin.
"Hoh masih ada satu orang lagi ternyata," ucap mereka.
Lania hanya diam sambil melirik karung hitam yang bergerak-gerak, Lania pun menggunakan belatinya dan merobek karung itu, terlihat Tania ada di sana ia ketakutan ketika melihat Lania berlumuran darah ada di hadapannya.
"L-Lania, k-kaukah itu?" tanya Tania.
Lania hanya mengangguk dan mengeluarkan Tania dari karung dan menyerahkan Tania ke gendongan Arif, "Tolong lindungi Princess sebagai seorang pahlawan," ucap Lania yang nampaknya sudah tak ada niat untuk membunuh pahlawan.
"Tapi, bagaimana denganmu?" tanya Arif.
"Aku akan baik-baik saja, Tania adalah harta kekaisaran, sedangkan aku hanyalah sampah yang bisa digantikan siapa saja, kematianku tidak akan membawa pengaruh besar," jelas Lania sambil menyiapkan kuda kuda bertarung.
Dari caranya memegang pisau kali ini ia menggunakan gaya back handle, dimana bagian tajam dari pisaunya di bagian bawah genggaman tangannya. Dari cara Lania berdiri bisa disimpulkan kalau ia praktisi ahli bela diri di kehidupan sebelumnya yang terjebak ditubuh orang biasa, postur tubuhnya menunjukkan gaya bela diri yang dia pakai adalah gaya militer, tatapan tajam seperti seekor predator yang mengawasi pergerakan mangsa.
Aura membunuh yang kental membuat sekitarnya jadi dingin, Lania bergerak mendekat perlahan ke arah ketiga musuhnya sambil tak melepaskan pandangannya pada ketiga orang itu.
Ketiga orang itu saling pandang, Lalu gadis bertelinga runcing itu mulai merapal mantra akan tetapi baru juga mengucapkan satu kata, Lania langsung melemparkan pisau ke arahnya hingga menggores wajah si gadis bertelinga runcing itu.
"Shopie!" seru orang berpedang.
"Tidak ini hanya luka go...." ketika Shopie ingin menenangkan dua temannya ia langsung ambruk karena belati yang Lania pakai sudah dialiri racun dari empedu ikan buntal yang ia bisa dapatkan di dapur istana.
Shopie terlihat kesulitan bernafas ataupun bergerak, seluruh syarafnya lumpuh karena racun buntal.
"Shopie apa yang terjadi oy!" seru si pria berpedang.
"Alex tenangkan dirimu, lawan ki Kuhuag!"
Jleb
Raaaaaak
Saat mereka semua lengah Lania bergerak cepat merobek perut si pria kapak dengan menggunakan batuan tajam yang entah di dapat Lania dari mana.
"Logan!" Alex benar-benar kaget melihat Lania bisa dengan mudahnya membunuh Logan dan Shopie.
"Bajingan!" seru Alex yang langsung mencoba menebas Lania.
Namun Lania dengan memaksakan dirinya mendekat untuk memperpendek jarak agar pedang tidak menjadi begitu efektif.
Benar saja dalam jarak nol cm, pedang orang yang bernama Alex tidak mengenainya.
Lalu dengan jurus Muay thai, Lania menghantamkan sikutnya ke dagu pria itu dan membuat otak pria itu bergetar, hal itu membuas Alex oleng.
Lania kemudian langsung bergerak ke arah belakang dan melakukan kuncian leher terkuat di mma dan akhirnya membuat Alex kesulitan bernafas. Alex juga terus bergerak membenturkan Lania ke bebatuan agar Lania melepaskan kuncian lehernya. Namun, bukannya melonggar, Lania malah makin mengencangkan kunciannya, tak peduli apapun yang terjadi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Frando Kanan
btw next Thor 😃
2024-01-20
0
Frando Kanan
hmm? tumben lania gk jd bunuh pahlawan skrg....apakh berubah pikiran?
2024-01-20
0