Bab 15

Lania tersenyum dan pergi menelusuri malam sambil memasang topeng iblis di wajahnya, ia jalan-jalan mengenakan gaun pelayan atau maid, sambil membawa pedang pendek di pinggangnya, ia berjalan menuju rumah seseorang yang cukup mewah.

Lalu membunuh dua penjaga gerbang dengan sumpit yang menembakkan peser beracun, lalu saat berada di dalam rumah orang itu. Lania terus bersembunyi dan saat menemukan targetnya yang merupakan seorang hakim, ia langsung menebas perut gemuk si hakim dengan pedangnya membuat semua isi perut, mulai dari lambung, ginjal, hingga usus keluar dari perut si hakim.

Ketika ingin berteriak, Lania langsung memasukkan tangannya ke mulut si hakim dan menariknya keluar lalu memotong lidah hakim itu, membuat si hakim kesulitan berbicara dan muntah darah karena darah terus keluar dari lidahnya yang terpotong.

Ia melotot ke arah Maid bertopeng iblis yang membunuhnya, Lania si maid beropen iblis itu berkata, "Karena kau tidak menerima kesakaian daei saksi mata dan menerima bukti yang diberikan si pelapor. Viscount Loupestro semakin semena-mena pada orang lain, sebagai hukuman, Raja Neraka Enma mengutusku untuk merobek perutmu yang makan dari hasil suap, mengambil lidahmu yang memutar balik kenyataan. Sekarang aku akan mencabut matamu yang sengaja kau tutup untuk tidak melihat barang bukti," ucap Lania yang langsung mencabut mata si hakim saat ia masih sadar.

Lania kemudian pergi dengan seragam maid dan topeng iblis yang penuh darah. Lania melarikan diri dari kediaman hakim agung dan segera membersihkan diri dari bekas darah di rumahnya dan mengganti pakaiannya menjadi gaun bangsawan pada umumnya, ia juga menyimpan baju maid dan topengnya yang penuh darah di tempat rahasia.

Di ruangan yang sepi, Lania memandang cermin, mencermati wajahnya yang tetap tak berubah. Dia tahu, perbuatannya mungkin saja berdampak besar di kerajaan ini, namun tak satupun tanda-tanda penyesalan muncul di matanya.

"Lady, kapan anda pulang?" tanya Wiliam yang kaget dengan Lania yang tiba-tiba ada di dalam rumah.

Lania langsung berbalik lalu tersenyum dan berkata, "Baru saja, ada apa Wiliam?" tanya Liana.

"Tidak, hanya saja aura yang ada didiri Nona terasa sangat tidak biasa hari ini," ungkap Wiliam.

"Berbeda yah, sudahlah, aku lapar dan ingin makan, bisa hidangkan sesuatu?" tanya Lania sambil tersenyum tipis. Wiliam agak terdiam melihat ekspresi Lania. Wiliam hanya mengangguk dan pergi.

Lania mengikuti Wiliam dan akhirnya ia makan dengan tenang di meja makan.

Keesokan harinya, berita kematian hakim agung menjadi sorotan utama. Rumor tentang pembunuh berpakaian maid dan bertopeng iblis mulai menyebar. Masyarakat pun diisi dengan rasa takut dan penasaran.

Selain itu ada juga surat atau kain yang ditulis dengan darah dengan tulisan, [Hakim yang menutup mata atas bukti yang diberikan dan menggunakan lidahnya untuk membenarkan kejahatan tak pantas hidup, Raja Enma.]

Lania, kini kembali tampil sebagai Baroness Guardina di siang hari. Ia nampak juga datang ke kediaman Hakim agung untuk melihat karya seni yang ia buat. ia tersenyum ketika orang-orang memandangi jasad hakim agung, robek perutnya, mata dan lidahnya yang hilang lalu tangannya dipaku di dinding.

"Siapa yang berani melakukan hal mengerikan ini?" gumam orang-orang yang melihat itu.

Lania hanya diam dan pergi setelahnya ketika melihat Pangeran Lucas untuk mengintrogasi semua pekerja di rumah Hakim Agung.

Selain pangeran Lucas, juga ada Pangeran pertama Andrean dan pangeran kedua Liam. Ketiga pangeran itu turun lapangan karena yang mati bukanlah odang biasa, melainkan hakim agung yang menjaga keadilan di kerajaan.

"Hei, Lania kau ada di sini juga?" sapa Lucas setelah melihat Lania yang ingin pergi dari sana.

"Ah pangeran, ada apa?" tanya Lania

"Kenapa kau ada di sini? Apa kau punya keperluan?" tanya Pangeran Lucas penasaran akan kehadiran Lania yang datang dengan gaun yang cukup mewah selayaknya bangsawan pada umumnya. Namun, pakaian yang ia gunakan terlalu mewah untuk mengunjungi keluarga yang sedang berduka.

"Tidak, aku hanya tidak sengaja lewat dan mendengar dari orang-orang kalau ada hal yang mengerikan terjadi di sini," ungkap Lania dengan nada tenang. Ia nampak tidak begitu tegang saat bicara, hal itu membuat siapapun tidak akan curiga kepadanya, bahkan orang-orang yang ahli dalam psikologis manusia tak bisa mendeteksi kegugupan dari Lania atau hal-hal dari Lania yang mencurigakan.

Detektif bahkan tak mencurigai Lania, ia memandang Lania hanyalah sebatas Lady yang penasaran dengan apa yang terjadi di kediaman orang lain hingga membuat banyak orang datang berkunjung.

"Oh iya tuan Lucas apa anda tahu rumah yang cukup nyaman dan bisa dibeli olehku?" tanya Lania.

"Ya, tapi kenapa? Apakah kau tak begitu nyaman dengan rumah dinas yang kami sediakan?" tanya Lucas penasaran.

"Tidak, ini bukan untukku, tapi untuk seseorang yang sangat berjasa dalam hidupku, oleh karena itu sebagai bangsawan, aku harus menghadiahkannya sesuatu. Karena dia adalah seorang gelandangan, jadi aku berpikir untuk memberikannya rumah, tak usah mewah, yang penting layak huni itu sudah lebih dari cukup," ucap Lania dengan nada tenang.

"Hoooh, memangnya apa yang kau alami, sampai-sampai butuh bantuan gelandangan?" tanya Lucas.

"Pagi itu saat aku jalan-jalan, tasku tiba-tiba dijambret oleh seseorang dan dari sekian banyak orang, hanya gelandangan itu yang bergerak membantuku, ia berhasil mengambilnya walau wajahnya agak berdarah karenanya," ucap Lania memberi tahu kronologinya.

"Baiklah aku mengerti, soal perumahan, kau bisa datang ke alamat ini, bilang saja kau tahu tempatnya dariku, maka ia akan memberikan diskon padamu," ucap Lucas.

Lania hanya tersenyum mendengarnya, "Terima kasih bantuannya Yang Mulia, aku sangat senang punya teman seperti anda."

Lania dengan cepat menyudahi urusannya dengan Lucas dan pergi sendirian.

"Siapa dia Lucas?" tanya pangeran kedua bertanya pada Lucas.

"Hanya kenalan saja, dan juga apa kak Liam tidak tahu apa-apa mengenai Lady Lania Guardina yang merupakan Baroness baru kerajaan kita?" tanggap Lucas.

"Lady Guardina? Ah benar, orang dari Kekaisaran itu, dia rupanya, cantik juga," gumam pelan Pangeran pertama yang bernama Andrean ikut nimbrung.

"Yah, tapi sayang sekali kak Andrean, ayah tidak akan setuju jika salah satu dari kita menikah dengannya atau menjadikannya permaisuri," jelas Lucas.

"Yah ... Itu pasti karena dia hanyalah seorang Baronesskan," ungkap Liam.

"Ya, sayang sekali, kalau saja dia sekelas viscount atau countess, maka salah satu dari kita bisa mendapatkannya," ucap Andrean.

"Kenapa kalian tiba-tiba tertarik padanya? Padahal kalian tak pernah bertemu dengannya?" tanya heran Lucas.

Sementara itu di medan perang.

"Semuanya bertahan, aku akan menyiapkan sihir tingkat tinggi!" seru Arif sambil merapal mantra yang sangat panjang.

Para warrior akhirnya maju ke depan menggunakan perisai menahan pasukan iblis yang dipenuhi Goblin, Orc dan Ogre.

Mereka semua menahan semua serangan dengan perisai, mereka juga saling membantu untuk bisa menahan daya serangan yang hampir setara serudukan banteng.

"Windy Cutter!" seru Arif dan seketika mengayunkan tongkat sihirnya san mengeluarkan gelombang angin tajam yang berhembus dengan kecepatan 350 km/jam dengan satu hembusan angin membuat tubuh para monster berhamburan menjadi potongan-potongan kecil.

"Pemanah!" seru Arif.

"Siap!" seru para pemanah yang langsung menghujani para monster dengan hujan anak panah.

Tak lama kemudian para prajurit, bisa beristirahat dengan tenang saat para monster mundur, yah sama halnya seperti manusia, mereka akan mundur jika merasa terlalu banyak korban di pihak mereka dan saat mereka terlalu lama berperang hingga lelah.

Melihat para iblis menarik pasukan mereka, Arif dan para prajurit yang bertarung bersamanya menghela nafas lega, "Haaaaah, akhirnya," gumam pelan para prajurit yang bisa bernafas lega.

Tak lama kemudian ada pemberitahuan dari orang barisan belakang.

"Tuan pahlawan, kita kedatangan seorang gadis bangsawan yang membawa bahan makanan," seru para prajurit barisan belakang.

"Kalau begitu biarkan dia masuk," jawab Arif.

"Benar, kita sudah kekurangan bahan makanan," ucap Komandan pasukan.

"Damian, Larisa, ayo berkumpul, kita akan menerima bahan makanan," ucap Arif.

Tak lama kemudian seorang gadis bangsawan berambut putih pendek, bagian samping rambutnya dikepang dan ia mengenakan riasan sederhana, datang dengan gaun hitam berenda, mata biru sebiru permata menatap sangat tajam dan tenang. Berjalan dengan keanggunan dan ketegasan.

Gadis itu ditemani oleh oleh seorang butler yang berpakaian rapi dan dikawal beberapa rakyat kecil dalam membawa gerobak yang berisikan kentang, tepung gandum, mayones dan lain sebagainya.

"Lania, kau datang untuk mengantar semua ini?" kaget Arif.

"Tuan pahlawan, apa kau mengenalnya?" tanya Komandan ksatria yang berbadan kekar penuh bekas luka.

Lania pun maju dan memperkenalkan dirinya, "Salam hormat saya, Komandan ksatria yang berjuang di garis depan. Nama saya Lania Guardina, saya adalah Baroness di kerajaan Grander yang ditunjuk langsung oleh Kaisar," ungkap Lania dengan nada lembut.

"Oh betapa tidak sopannya saya, perkenalkan Laiger T Verga, komandan perang yang masih hidup untuk saat ini. Sungguh keberuntungan bisa mendapat kunjungan dari nona," gumam pelan Sang Komandan.

Lania tersenyum ke arahnya, "Aku akan memasak langsung untuk kalian di sini, setelahnya aku pulang," ucap Lania yang langsung menuju ke tempat para tentara memasak.

Lania membawa alat masak yang banyak untuk dirinya memasak di kamp militer ia juga terlihat mengupas kentang dan merebus kentangnya dengan tenang. Lania bahkan juga memecahkan beberapa telur ayam sekaligus tepung dan mulai meremas kentang dan mengaduk adonan dengan sangat kuat dan terlihat Lania mengerjakan pekerjaannya dengan sangat serius.

Setelahnya ia berhasil membuat adonan yang dibuat seperti piring lebar, ia kemudian memasukkan toping untuk dan saos dan ia panggang di dalam oven bakar.

Hingga akhirnya ia berhasil membuat 20 porsi pizza. Ia kemudian membagikan pizza sederhana itu yang akhirnya ia bagi-bagi ke para prajurit.

Soal minuman, ia juga memberikan rebusan jahe hangat, selain itu ia juga membuat bubur kacang untuk dinikmati para tentara dan pergi setelahnya.

Saat Lania pukang hari sudah mulai gelap dan ia dikawal oleh Wiliam dan beberapa rakyat kecil serta dua tentara yang diminta komandan untuk melindungi Lania dari bandit yang kemungkinan akan mencegat Lania dalam perjalanan pulang.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

next Thor 😃

2024-02-04

0

Frando Kanan

Frando Kanan

windy cutter? bknny wind cutter????

2024-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!