LUTHER JET

Sean dan Alena baru saja duduk di kursi pesawat.

Sean sempat menunjukkan beberapa ruangan yang bisa Alena gunakan saat ia merasa bosan selama perjalanan.

"Silahkan memakai sabuk pengaman anda tuan dan nyonya." Seorang pramugari memberikan arahan.

Sean bergerak ke samping kanannya, memakaikan sabuk pengaman untuk Alena, baru miliknya.

"Aku bisa sendiri kok.." kata Alena, memandang Sean yang baru selesai memakai sabuknya.

"Tau sayang... tapi aku mau bantu kamu pakai. Gak masalah kan?" Sean berujar menjawab lontaran kalimat Alena.

"Gak apa-apa sih..." Balas Alena

Sean mengelus lembut puncak kepala Alena, tersenyum geli. " Suami pada umumnya memang banyak kasih perhatian ke istri sayang, jadi jangan terlalu canggung gitu."

Sean menyelesaikan ucapannya dengan tertawa.

 Sekarang Sean mengerti kenapa sedari tadi Alena nya terus menerus mengatakan ia bisa sendiri pada setiap bantuan yang Sean berikan.

Alena mengangguk pelan, menerima ucapan sean.

" Mau tidur ? Perjalanan kita masih 14 jam lebih? " Sean bertanya mengingat Alena bangun lebih pagi darinya hari ini.

"Belum ngantuk, nanti aja." Alena menggelengkan kepalanya.

...****************...

Waktu menunjukkan pukul 14:00 siang, masih ada 10 jam perjalanan lagi untuk sampai di Belanda.

Alena jatuh tertidur pulas, ia bahkan tidak terbangun ketika Sean memindahkan tubuhnya ke dalam kamar tidur.

Sean menemaninya, di sebelah tubuh Alena yang tertidur Sean duduk sembari berkutik dengan laptopnya, mengerjakan pekerjaan perusahaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Sesekali Sean menatap wajah polos Alena yang tertidur ketika ia lelah dengan pekerjaannya.

Dan itu berhasil membantu dirinya jauh lebih baik. Memang pada dasarnya Sean terlalu bucin pada Alena.

Alena mulai bergerak perlahan dalam tidurnya, sebentar lagi bangun.

Sean menyadari itu, ia menaruh laptopnya ke atas meja dan mengalihkan semua fokusnya untuk Alena.

"Ih! Ngagetin aja! " Alena berseru kaget, matanya baru terbuka, sudah dikagetkan dengan wajah Sean yang mendekat.

Sean tertawa, selanjutnya mengecup pelan kening Alena, tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

"Katanya gak ngantuk, tapi tiba-tiba ketiduran. " Sean mengejeknya.

"Berisik!" kesal Alena.

Sean kembali dibuat terbahak akan tanggapan yang Alena lontarkan.

Sedangkan Alena kembali bergelung di kasur, berbalik arah, membelakangi Sean.

" Siapa yang ijinin tidur ngebelakangin aku." Sean memutar paksa tubuh Alena.

Raut muka Alena menjadi cemberut, laki-laki ini menggangu kenyamanannya.

Ia tidak tahu apa, kalau mencari posisi nyaman itu susah.

"Dasar lebay! Inget umur om!" Alena mengatai Sean yang berlebihan.

Keinginan Sean mengambil laptopnya kembali tertunda karena perkataan Alena yang memancing.

"Ngomong apa tadi? Coba diulang." Sean bergerak ke arah Alena. Ia mengelitik perut Alena.

"Ahhh! Hahahah ampun! Ampun, udahh." Alena berteriak menyerah, minta ampun.

" Siapa yang om-om?" Tanya Sean, bertolak pinggang.

" Pilot, pilot pesawatnya om-om!" tebak Alena asal, yang terpenting ia tidak kelitiki lagi.

"Masih kecil udah pinter bohong!" Sean mencubit ujung hidung Alena, menyebabkan sang pemilik mengasuh kesakitan.

"Hehe, ampun." Alena mengacungkan dua jarinya, peace.

Melihat situasi sudah aman, Sean juga tidak menunjukkan tanda tanda akan mengelitikinya lagi, Alena kembali berbaring telentang di kasur.

Sean akhirnya bisa kembali melanjutkan pekerjaannya.

Perhatian Alena kini tertuju pada laptop Sean, melihat kerjaan yang sedang dilakukan suaminya.

"Mau dibantu?" Alena menawarkan diri membantu Sean.

"Hng?" Sean mengangkat satu alisnya. Bingung, biasanya Alena selalu melakukan pekerjaan di kantor dengan cepat sehingga Alena jarang membawa pulang pekerjaan kantor karena Alena malas bekerja.

Namun, pekerjaan yang Alena kerjakan memang selalu menghasilkan hasil akhir yang memuaskan.

"Tumben, biasanya mau cepet-cepet selesai-in kerjaan." Sean mengutarakan pikirannya.

"Kok tau sih?" Alena tersenyum malu, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sean tersenyum mengejek, " Kamu pakai dalaman ukuran berapa juga aku tahu." ujarnya

"Dasar mesum!" Alena memukul pelan lengan kanan Sean. Disambut dengan tawa Sean.

"Jadi masih mau bantu gak nih?" Sean bertanya akan penawaran Alena yang tadi.

"Tapi jangan susah-susah ya." Alena berkompromi

"iyaa sayang."

" Ya udah, aku harus ngapain?" Alena bangun dari tidurnya. Duduk bersimpuh menghadap Sean, menunggu diberikan kerjaan dari Sean.

Sean menepuk pahanya.

"Hah?" Alena tak mengerti maksudnya.

"Sini!" Sean kembali menepuk pahanya sekali lagi.

"Ngapain?" tanya Alena, ia mulai curiga

"Bantu tidur-in dia." ujar Sean tanpa dosa.

Alena dengan cepat berlari keluar ruangan melarikan diri sambil berteriak. "Dasar om-om mesum!"

Didalam kamar, Sean kembali tertawa terbahak-bahak.

Sepertinya kehidupannya ke depan akan penuh dengan warna.

Wajahnya akan lebih sering dihiasi dengan tawa karena kehadiran Alena di sampingnya.

Sean bersumpah untuk selalu menjaga dan membahagiakan Alena. Ia pastikan Alena akan selalu menjadi pendampingnya seumur hidupnya.

Tidak ada yang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!