Pagi ini, Alena tidak masuk kerja karena kakak iparnya meminta bantuannya untuk menemani dirinya pergi ke pesta ulang tahun anak dari rekan kerjanya.
Alena mematut dirinya di cermin. Gaun merah maroonnya yang ia padukan dengan outer berbulu domba membalut tubuhnya dengan sempurna.
Alena menghembuskan nafasnya gugup, sudah dua minggu lamanya sejak terkahir kali ia bertemu dengan Sean.
Malam itu, selepas keduanya pulang berbelanja bulanan, Sean mendapatkan kabar genting mengenai cabang perusahaannya di luar negeri, mengakibatkan dirinya harus segera terbang menyelesaikan masalah yang terjadi.
Tok Tok Tok
"Alena?" Suara seseorang yang ia kenal baik terdengar jelas di telinganya.
"Sebentar kak!" Alena segera mengambil dompet kecilnya, berjalan keluar kamar.
Di depan kakak iparnya sudah terbalut sempurna di dalam tuxedo mahalnya, rambutnya ditata sedemikian rupa hingga memperlihatkan sebagian keningnya.
Terjadi keheningan sejenak, Sean memperhatikan secara gamblang seluruh tubuh Alena, dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Ekspresi mukanya datar, Alena yang melihat itu sontak hendak segera berjalan kembali ke kamarnya. "Aku bisa ganti baju lagi kak, 5 menit, bentar."
Belum sempat melangkah, tangannya dicekal oleh Sean. "Ini udah bagus Alena, cuma gaun kamu bagian bawah terlalu terbuka, nanti jangan duduk jauh-jauh dari kakak."
"Iya kak."
Sean mengarahkan Alena menuju mobil sedan hitamnya. Membukakan pintu mobil agar Alena mudah masuk, tangannya tak lupa melindungi kepala Alena, agar tak terbentur atap mobil.
Setelah memastikan Alena sudah masuk dan duduk dengan sempurna, Sean berjalan mengitari mobil, masuk di kursi kemudi.
"Udah pakai seatbelt nya?" Tanyanya, sesegera setelah ia mendudukkan dirinya di kursi kemudi.
"Udah kak." Jawab Alena.
Tidak ada yang bersuara sepanjang perjalanan menuju Hotel tempat pesta diadakan, hanya iringan musik yang meramaikan suasana hening mereka.
Sedangkan Sean sesekali melirik ke samping melalui ujung matanya, mengagumi seluruh inci paras dan tubuh adik iparnya.
Ia benar-benar dibuat jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada adik iparnya. Perempuan dengan seribu pesona.
Sean meneguk ludahnya ketika pandangannya jatuh pada paha putih mulus gadis disampingnya.
Tubuhnya tegang memikirkan bagaimana menawannya paha putih itu jika ia memberikan tanda disana.
Sial, ia tidak seharusnya berpikir seperti itu.
...****************...
Pesta berjalan begitu meriah, ada begitu banyak orang hadir disini.
Sekarang, mereka sedang berada di sesi party, sekaligus acara penutupan, itu artinya akan ada DJ dengan musiknya yang kencang, minuman beralkohol, juga lampu warna-warni yang memusingkan mata.
Alena sudah terpisah dari Sean sejak 15 menit yang lalu. Sean dengan muka terpaksa harus mengijinkan Alena untuk menepi ke tempat sepi guna mengangkat panggilan telepon dari pacarnya.
"Aku juga gak tahu kalau ada sesi party begini, John." Ucap Alena pada pacarnya diseberang sana melalui telepon.
Sudah hampir dari 15 menit, Johnny terus menerus menginterogasinya akibat sesi party ini.
Hubungan yang baru jalan selama 2 bulan, selalu dihiasi dengan permasalahan.
Johnny pacarnya selalu mempunyai cara untuk memutar balik fakta, apa pun yang Alena lakukan selalu salah.
"Kalau gitu, putus aja Al, gua enggak mau punya cewek yang bebal!" Balas Johnny dengan nada marah. Selalu seperti ini ketika dia sudah kehabisan akal, gaslighting .
"hufft... Ya udah kalau gitu, kita putus!" Final Alena, ia lelah mempunyai hubungan yang tidak sehat seperti ini.
"Alena tun-" Belum selesai sepenuhnya ucapan Johnny di telepon, Alena dengan segera mengakhiri panggilan.
Sedih namun lega menjadi satu ketika Alena memasukkan kembali handphonenya ke dalam tasnya. Hubungannya dengan Johnny yang notabenenya seorang pria yang ia cintai telah kandas, namun memang sebaiknya hubungan yang tidak sehat harus diakhiri sebelum menyakiti lebih dalam.
"Gak apa-apa Al, ini hal yang benar!" Alena berseru kepada dirinya sendiri, berjalan masuk kembali ke dalam ruangan pesta, mencari Sean berada.
...****************...
Sesampainya Alena di sisi Sean, dengan segera lengan kekar laki-laki di sebelahnya itu melingkar di pinggangnya.
Alena yang merasakan itu, terhenyak sekali, hendak menyingkirkan lengan kakak iparnya sebelum perkataannya dipotong.
"Kenapa kamu lama sekali bicara dengan pacar kamu, hm?" Tanya Sean. Mukanya mendekat pada wajah Alena, sedangkan tatapannya yang terlihat kurang fokus turun pada leher jenjang Alena.
Alena mengernyit kala dapat mencium bau alkohol yang amat menyengat dari mulut kakak iparnya. "Kakak minum berapa banyak?"
"Hm?" Sean tidak mendengarkan perkataan Alena. Fokusnya sudah beralih pada leher Alena.
'sial, kenapa tubuhku panas sekali' Sean meneguk ludahnya keras menyadari minuman yang ia tegak sedari tadi pasti sudah dimasuki obat per*ngs**g.
Dengan nekat, Sean semakin mendekati leher Alena, mengendusnya pelan. Wangi gadis di depannya benar-benar menjadi candu baginya, hingga hanya dengan mengendus pelan saja, ia bisa merasakan sesuatu di bawah sana mulai bereaksi.
Alena yang risih segera menjauh dari Sean. "Kak! Kita pulang aja, kakak mabuk berat!" Tegurnya pada Sean yang sebentar lagi dikuasai obat.
Alena sontak menyeret Sean keluar ruangan pesta, membawanya ke mobil dan pulang, sebelum langkah mereka dihentikan oleh pemilik pesta.
"Ahh, dia kayaknya udah mabuk berat itu, mau tidur disini aja gak? Tenang saja, satu tempat ini udah kita booking untuk antisipasi kejadian seperti ini." Tawarnya pada Alena.
Alena hendak menolak, sebelum akhirnya Sean yang sejak tadi linglung mengambil alih pembicaraan. "Boleh Pak, kasian pacar saya kalau harus nyetir malam-malam."
Mata Alena membola sempurna mendengar penuturan laki-laki mabuk di depannya ini. Belum sempat memproses kejadian, Alena sudah ditarik menaiki lift menuju kamar hotel tempat mereka tidur malam ini.
"Aku yang bukain sini Kak!" Alena mengusulkan dirinya untuk membukakan pintu kamar hotel, karena sejak tadi Sean benar-benar seperti orang gila yang kesetanan. Gerakannya sangat tidak beraturan.
Alena berjalan masuk terlebih dahulu, baru Sean yang masih berdiri diam di pintu kamar yang baru saja tertutup.
"Langsung mandi kak, mulut kakak bau banget!" Titah Alena, berjalan masuk begitu saja ke dalam kamar hotel yang sama dengan seorang laki-laki mabuk tanpa rasa curiga sama sekali.
Ia tidak tahu, dibelakangnya laki-laki yang ia anggap kakak ipar itu sudah sepenuhnya dibawah kendali obat per*ngsang, tatapannya pada Alena sudah berubah, Sean sudah dipenuhi dengan hawa nafs*.
"Kak?" Alena berbalik ketika tak mendapati jawaban dari Sean, bahkan kakak iparnya itu tidak juga melangkah masuk ke dalam.
"K-kak gak apa-apa?" Alena yang melihat Sean yang hanya diam menatapnya dari atas hingga bawah dengan tatapan lapar. Bak hewan yang siap menerkam mangsanya.
Klek
Pintu di kunci manual oleh Sean, setelahnya ia masukkan ke dalam kantong celananya.
Berjalan perlahan ke arah Alena, masih dengan tatapannya yang sangat mengintimidasi.
Kakinya yang panjang, memudahkannya untuk memojokkan Alena dengan cepat. Alena sudah tidak bisa lagi mundur, ia terkukung sempurna di antara lengan Sean.
"K-kak....?" Alena menciut takut, tatapan kakak iparnya sangat berbeda dari biasanya.
"Saya gak kuat lagi Alena." Selepas mengatakan kalimat itu, Sean memadukan bibirnya dengan gadis pujaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Eva Nietha✌🏻
Merapat
2024-09-09
1