Belenggu Nafsu Kakak Ipar

Belenggu Nafsu Kakak Ipar

Di Rumah Berdua

Di atas kasurnya, Alena duduk termenung menatap kosong ke depan sana. Ia tidak tahu ke depannya hidupnya akan seperti apa.

3 Hari yang lalu, Kakak kandungnya Halini baru saja berpulang untuk selamanya. Satu-satunya orang yang bisa Alena sebut sebagai keluarga, memilih pergi meninggalkannya sendirian.

Pemakaman hari itu berjalan dengan baik, di iringi dengan Isak tangis keluarga. Begitupula dengan ayah dan Ibu, mereka memasang wajah tanpa ekspresi. Alena harus bersyukur, setidaknya kedua orang tua mereka yang super sibuk masih menyempatkan diri untuk datang, melihat anak perempuan sulung mereka untuk yang terakhir kalinya.

Selepas pemakaman berakhir, kedua pasang suami istri tersebut hanya mengatakan sepatah kata pada Alena. "Kamu tetap tinggal sama Sean ya." Setelahnya tanpa peduli lebih lanjut, mereka kembali terbang menuju Paris.

Sean, kakak iparku yang resmi menjadi seorang duda sejak tiga hari yang lalu juga tampak linglung. Meskipun pernikahan mereka diakibatkan oleh perjodohan orang tua, mereka tetap pernah memiliki hubungan yang serius.

Aku, Alena, sudah tinggal di bawah atap yang sama dengan kakak kandungku semenjak ia menikah. Bukan tidak tahu diri, namun kakak yang memaksa.

"Kamu tinggal bareng kakak ya, enggak boleh protes!" Ucapnya hari itu.

Kakaknya bukanlah sosok yang sempurna, bukan juga tipe kakak yang di idamkan seorang adik, namun kehadirannya cukup memberikan semangat bagi Alena untuk terus bertahan.

Layaknya kakak beradik di luar sana, mereka juga sering beradu opini, berebut barang bagus, saling meminjam barang.

Kakaknya memang bukan sosok kakak yang baik, namun ia juga tidak jahat, Alena selalu merasa tercukupi hanya dengan kehadiran kakaknya.

Sekarang semuanya hanya tinggal kenangan.

"Al, ayo makan, kamu dari kemarin bengong terus, nanti sakit!" Sean berucap, entah sejak kapan ia berada di pintu kamar Alena.

"Iya, kak." Alena bergegas turun, menuju ruang makan.

"Mau makan apa?" Tanya Sean, ia tersenyum ramah.

" Aku bisa ambil sendiri kok kak, gapapa!" ucap Alena, buru-buru mengambil alih centong nasi yang sudah Sean angkat untuk Alena.

"Duduk aja Alena, kalau gini doang kakak juga bisa kok, tenang aja." Ucapnya menenangkan. Suaranya begitu berat namun menenangkan, tubuhnya tinggi semampai, segala gerak-gerik dan karakternya benar-benar menggambarkan seorang suami ideal. Gentleman.

Selalu seperti itu, sejak dulu kakak iparnya ini selalu memberikan kasih sayang juga perhatian pada Alena, layaknya adik kandung.

Setidaknya itu yang ia pikirkan. Sampai akhirnya Alena mengerti dengan jelas maksud dibalik semua perhatian yang Sean berikan padanya.

Kemarin malam, Alena mau tidak mau harus membangunkan Sean karena satu dua hal. Namun, pria itu tidak urung bangun dari tidurnya. Justru mengigau dengan keras.

"Alena, aku harus gimana biar kamu suka sama aku?"

Alena terkejut mendengar pernyataan tiba-tiba dari kakak iparnya.

Selama ini, Sean menyukai dirinya? Lalu bagaimana dengan Kakaknya? Apa perhatian yang Sean tunjukkan pada kak Halini itu palsu?

Sejak kejadian semalam, Alena semakin canggung setiap kali berinteraksi dengan kakak iparnya.

Ia takut, bagaimanapun di rumah ini hanya tersisa mereka berdua saja. Gagasan buruk menguasai pikiran Alena, namun seharusnya kak Sean tidak akan melakukan hal buruk yang hadir di benak Alena, dilihat dari tingkah laku kakak iparnya itu seharusnya itu tidak akan terjadi kan?

"Alena? Makanannya gak enak? Mau makan yang lain?" Lembut, Sean bertanya sambil mengusap pelan rambut adik iparnya itu.

Ah, atau mungkin bukan lagi adik iparnya?

Sebab statusnya sekarang adalah duda.

"Ah! Enggak kak, suka kok, tadi cuma lagi mikirin kerjaan." Bohong, Alena tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya kan.

"Di kantor ada yang nyusahin kamu? Kasih tau aja namanya biar kakak yang urus!" Suaranya berubah menjadi tegas begitu mengetahui Alena memikirkan kerjaan.

Entah bisa dibilang beruntung atau tidak, tapi Alena bekerja dibawah perusahaan yang dikelola Sean. Itu sebabnya, segala hal yang berurusan tentang kerjaan sangat di awasi dan diketahui oleh Sean.

"Bukan, maksudnya aku cuma mikir hari ini ada kerjaan apa gitu!" Elak Alena, gelagapan, takut akan menyebabkan masalah bagi atasannya di kantor.

Sean terkekeh pelan, gemas melihat tingkah panik gadis di depannya.

"Habis makan, berangkat sama kakak ya." Ujar Sean,mengusap pelan pucuk kepala Alena, sembari berlalu lewat, menyiapkan mobil, bersiap pergi ke kantor.

Alena biasanya tidak akan menolak, namun hadirnya kejadian semalam membuat Alena berusaha semaksimal mungkin untuk menolak ajakan kakak iparnya kali ini.

"Aku berangkat sendiri aja kak." Alena berbalik cepat. Menghentikan langkah kaki Sean yang sedikit lagi mencapai gagang pintu.

"Kenapa?" Sena mengernyit bingung, tidak suka. Biasanya gadis itu akan langsung mengiyakan ajakannya.

"Lagi pengen naik motor..." Suaranya meredup seiring kalimatnya berakhir. Alena takut kakak iparnya sadar bahwa ucapannya ketika tidur semalam diketahui oleh Alena.

"Oke, kalau gitu kita naik motor." Sean menjawab santai, meletakkan kunci mobil dan pergi mengambil kunci motor sport miliknya, lalu mengambil jaket kulitnya juga jaket milik Alena.

Alena di tempat duduknya, tidak tahu harus menolak dengan cara apa selanjutnya. Ia takut kegiatan menghindar dari kakak iparnya akan terbaca ketika ia membuat satu alasan lagi.

Hari itu dan seterusnya Alena tetap berangkat bersama kakak iparnya, begitu pula dengan pulangnya.

Kakak iparnya seolah tidak memberikan celah baginya untuk menghindar, apalagi sejak kepergian kakaknya.

Interaksi antar Sean dan Alena kian meningkat dan menjadi lebih sering.

Hingga akhirnya Alena memutuskan untuk melupakan kejadian malam hari itu.

'Lagipula mimpi itu kan sifatnya aneh, bisa jadi kak Sean juga enggak suka sama aku, iya, itu pasti cuma karena mimpi.'

Batinnya.

Selepas memantapkan pikirannya, Alena dan Sean memang lebih sering berinteraksi, baik rapat, kunjungan kerja, makan malam, sarapan, belanja bulanan, dan masih banyak lagi.

Hari ini, sepulang kerja, Sean mengajaknya pergi berbelanja bulanan. Mereka pulang sebentar untuk mengganti kendaraan menjadi mobil agar memudahkan membawa pulang belanjaan.

"Biasa kakak kamu cuci baju pakai sabun yang mana Al?" Tanya Sean saat mereka sedang berada di sesi sabun cuci baju.

"Aku gak tau Kak Halini pakai sabun apa." Alena menoleh, ia merasa tidak enak karena tidak banyak membantu dalam proses belanja bulanan ini.

"Kalau kamu, biasanya pakai apa?" Tanya Sean berusaha tetap menjaga interaksi antar keduanya, melihat Alena merasa bersalah.

"Yang lagi diskon kak." Ucapnya polos mengundang gelak tawa dari pria di sampingnya.

"Kenapa kak?"

"Enggak, lucu aja." Balas Sean ketika tawanya sudah reda.

"Jadi kamu gak ada merk sabun langganan ya?" Lanjutnya

"Enggak kak, tapi aku tau banyak rinso sih, kakak sebut aja mau yang wanginya kayak gimana, nanti aku pilihin." Ujarnya antusias, senang ketika mengetahui ada kesempatan bagi dirinya untuk membantu.

Sean tersenyum manis sebelum berkata "Kalau yang kayak kamu, wanginya apa?"

"Y-ya?"

Wangi seperti dirinya?

"Iya, baju kamu pakai sabun apa? Samain aja." Jelas Sean, mengelak dari arti awal yang ia maksudkan. Gadis di depannya benar-benar tidak peka.

"Ohh, aku pake yang itu!" Alena menunjuk pada satu sabun di atas rak.

"Tolong ambilin dong kak!" Pintanya pada Sean.

"Kalau dibantuin, nanti kakak dapet apa?" Pancing Sean.

Alena menelan ludahnya kuat. Bingung menjawab apa.

" Kalau aku traktir makan malam mau gak kak?" tanyanya. Pikirannya tidak bisa memikirkan jawaban yang lebih baik dari itu.

"Boleh banget." Pria di sampingnya tersenyum senang. Menggenggam tangan Alena, menuntunnya menuju kasir membayar.

Alena terdiam. Sentuhan ini normal kan harusnya?

Terpopuler

Comments

Elminar Varida

Elminar Varida

hi, thor. aku nyimak novelmu ya.

2024-08-20

0

Greenenly

Greenenly

dasar ngk peka/Chuckle/

2024-08-10

0

Rosdiana Diana

Rosdiana Diana

ok ka aku baru mampir ni kaya y cerita y bgus

2024-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!